Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Setelah Senja (73): Sehelai Daun dan Setitik Air

24 April 2021   04:04 Diperbarui: 24 April 2021   04:24 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. sourcewing.blogspot.com

Semesta menyimpan misteri yang kadangkala hadir di saat yang tak disangka membuka mata hati manusia. Semesta menggugah jiwa dengan caranya yang mampu menyegarkan hidup tanpa menunggu kehausan. Hidup dalam kebijaksanaan semesta mencoba menghadirkan hidup yang penuh permenungan.

Hidup ini terasa menyenangkan ketika kubuka mataku pagi ini. Setelah beberapa detik duduk di pinggir kasur, kubuka jendela di sampingku. Aku benar-benar menyadari bahwa malam telah berganti pagi, ketika tak kulihat bintang di langit. Setelah beberapa menit aku menikmati langit yang cerah, kuputuskan untuk berjalan menyusuri rumah. Kulihat buku-buku bekas yang aku baca kemarin malam berserakan di depan garasi. Ketika kulihat garasi, kusadari kedua orang tuaku telah berangkat bekerja, karena hanya tertinggal sepeda di sana.

Pagi itu hanya tertinggal aku di rumahku yang kecil. Rumahku berada di sebuah desa yang masih sangat sejuk udaranya. Desaku semakin terasa sejuk ketika aku mendengar derasnya air sungai mengalir di dekat rumahku. Pagi itu aku ingin sekali menjelajahi desaku yang indah. 

Kuputuskan untuk mengayuh sepedaku dan berjalan-jalan di sekitar rumah. Kusadari banyak rumput ilalang di sekitar rumahku menutupi jalan. Aku merasa cukup lelah ketika aku harus mengayuh sepedaku cepat-cepat melewati menara tua bekas revolusi Belanda. Setelah sampai di pasar, aku menyesal dan hatiku mulai merasa sedih. Aku sedih karena banyak sekali anak-anak yang ikut berbelanja dengan ibunya.

Ilustrasi. www.istockphoto.com
Ilustrasi. www.istockphoto.com
Air mataku mulai berlinang ketika aku mulai mengingat masa kecilku yang indah. Aku ingat kembali bagaimana ibuku memarahiku dengan seribu kalimat tanpa koma. Aku juga ingat betapa sakitnya daun telingaku ditarik kuat-kuat oleh ibuku. Belum lagi aku sering sekali dipukul dengan gulungan koran ketika aku melakukan sedikit kesalahan. Aku benci saat-saat aku harus merasakan hal itu. Namun aku sadar bahwa semua itu adalah bentuk kepedulian dan cinta kasih seorang ibu. Kemudian aku mulai tersenyum mengingat saat ibuku menggandeng aku ketika menyeberang jalan raya, serta menemani saat-saat pertama kali aku menorehkan tinta pertamaku di kertas. Ibuku juga selalu merasa gelisah ketika darah mengalir dari luka di tubuhku. Kemudian sehelai daun jatuh di atas kepalaku dan menyadarkan lamunanku.

Aku sadar aku tidak boleh terlalu larut dalam kesedihan. Aku mengayuh sepedaku lagi dan berhenti di sebuah halaman toko untuk membeli sebotol air. Setelah meminum setitik air aku mulai sadar bahwa aku harus memperbaiki hidupku. Aku bertekad untuk bisa membangun lingkaran kekeluargaan yang baik mulai saat ini. Aku ingin mengembalikan rantai kebahagiaan yang sempat terputus di keluargaku. Aku ingin hidupku kembali berwarna sampai titik akhir dalam hidupku.

Setelah menyadari hal itu, kubawa botol dari toko ke rumah agar kupindah ke gelas. Setelah itu aku duduk di sebuah kursi dan kembali menyegarkan tubuhku dengan air. Kemudian aku tersenyum dan semangat hidup mulai muncul dalam diriku. Terasa seperti sebuah panah telah membuka gembok keterpurukanku. Aku mulai mengambil pensil dan kertas lalu menuliskan di sana komitmen-komitmen baru dan refleksi pribadiku. Aku berkomitmen untuk memulai peradaban baru dalam hidupku. Dalam refleksiku aku juga menyadari bahwa manusia harus terus berubah menjadi lebih baik.

*WHy-riSS

**Setelah Senja: sebuah kisah imajinatif reflektif yang mencoba mendaratkan nilai-nilai kehidupan (life value) dalam kisah fiksi ke dalam konteks zaman yang sangat nyata dalam realita hidup ini.

***Setelah Senja: Dari pagi menjelang malam ada berbagai dinamika kehidupan yang menjadi bagian cerita hidup kita. Semuanya itu akan berjalan begitu saja dan pada akhirnya terlupakan begitu saja pula jika kita tidak berusaha mengendapkannya dalam sebuah permenungan sederhana tentang hidup ini demi hidup yang lebih hidup setiap harinya. "Setelah Senja" masuk dalam permenungan malam untuk hidup yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun