"Aku tertarik dengan dia, mungkin akan aku jadikan menantu..."
Bagasiwi menanggapinya dengan mengangkat kedua alis,
"Hmm..., moga-moga dia tidak menelikungmu."
Jawaban itu membuat si Letnan mengerutkan dahi, lagi-lagi menggelengkan kepala, lalu dengan lembengnya menyahut, "Daddy belum kenal dia sichhh...!"
Bagasiwi meresponnya dengan mengangkat bahu, sambil meringis menahan rasa sakitnya.
 "Kalian berdua kawal mertuaku ini keluar dari gerbang secepatnya. Beliau sedang terburu-buru." perintah si Letnan kepada dua petugas tadi yang masih berdiri dengan sikap tegak bagai patung.
"Siappp komandannn...!!" sambil mendongakkan kepala, mereka menjerit sampai suara mereka serak.
Bergegas dua petugas itu berbaris dengan tegap, lagaknya seperti petugas voorijder, sigap dan tangkas mengawal Bagasiwi yang sudah berjalan mendahului. Terdengar dari mulut dua petugas itu, suara meraung-raung mirip sirene, "Nguing...nguing...nguing...!"
Si Letnan hanya bisa bengong terheran-heran melihat tingkah polah dua anak buahnya,
"What's wrong whit them...?" tanya si Letnan kepada anak buah yang selama itu hanya berdiri dan masih belum hilang keheranannya melihat sikap dua petugas tadi.
Si Letnan memicingkan mata memandang langit, dia sepertinya sudah melupakan kejadian tadi, terlihat di bibirnya tersungging senyuman,