Letnan Sen Pattasoma Gitawilada mengangkat kedua alisnya," Itu hanya butuh dua hari lagi. Sekarang keberadaan Pangeran dan Mpu sudah saya ketahui, bagaimana bisa saya tidak melayani. Dimana rasa hormat ini. Ijinkan saya meminta Pangeran sekalian untuk istirahat di tempat yang selayaknya, di Permukiman Yomastair."
" Kau tidak perlu repot, kami tidak berhenti di kota Yomastair. Seorang sahabat telah menyiapkan rumahnya, di Kotapraja, kami hanya semalam disana, lalu melanjutkan perjalanan." lagi lagi yang  menjawab Mpu Tiwika Tututala Batata
 " Ini tidak repot sama sekali. Apa yang saya lakukan sudah sewajarnya. Pihak istana akan menjamu  siapa pun  bila mengetahui ada keluarga kerajaan  disini. Pihak istana akan merasa tidak dihargai bila ada yang menolak."
" Tentunya kau tidak akan memberitahu pihak istana, bukan...?" tanya Pangeran Dramboora.
Mendengar itu, Letnan Sen Pattasoma Gitawilada menatap Pangeran. Entah apa yang dipikirkan. Lalu menghembuskan nafas panjang, kemudian memanggil seorang pengawal,
" Darsingga, teruskan tugas pembersihan jalur. Aku akan menunggu disini sampai rombongan Senapati Agung lewat," perintahnya.
Akhirnya delapan Pengawal Garda Adirajasa telah mencongklang kuda mereka meninggalkan si Letnan sendirian, yang sedang bicara dengan Pangeran Dramboora,
" Bila itu kemauan Pangeran, silahkan  masuk ke kereta. Saya khawatir bila tetap berdiri disini, mungkin akan ada orang di dalam iring iringan Senapati Agung yang mengenali Pangeran dan Tuan Guru." Â
Setelah mereka berada didalam kereta,
" Letnan muda itu ternyata cukup bijak," ujar Pangeran Dramboora
" Juga cukup cerdik," ucap Mpu Batata