Mohon tunggu...
Marjuni
Marjuni Mohon Tunggu... Guru - Praktisi dan Pelaku Pendidikan Islam

Fokus pada Manajemen Pendidikan Islam, Branding Strategy Lembaga Pendidikan Islam, Marketing Lembaga Pendidikan Islam, Kajian Pesantren, Kajian Pemikiran Pendidikan Islam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mungkinkah Bullying (ada) di Pesantren: Bagaimana Solusinya?

26 Januari 2023   00:38 Diperbarui: 26 Januari 2023   10:29 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.unesa.ac.id 

"Ibarat bara dalam sekam, bullying adalah fenomena luar biasa yang harus segera diselesaikan"

Komitmen terhadap pengakuan dan perlindungan hak anak dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28B ayat (2) menyatakan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, serta berhak bebas dari kekerasan dan diskriminasi. Sudah banyak peraturan perundang-undangan tentang anak yang telah dipublikasikan, namun penerapannya di lapangan masih menunjukkan maraknya berbagai macam kekerasan yang menimpa anak, termasuk bullying.

Anak-anak yang dibully, anak-anak yang membully orang lain, anak-anak yang menyaksikan bullying, dan bahkan sekolah dengan masalah intimidasi kronis semuanya rentan terhadap dampaknya. Kenyamanan emosional dan fisik anak-anak mungkin "terciderai" akibat bullying. Kekerasan, termasuk bunuh diri, sering dikaitkan dengan dampak bullying. Dampak bullying antara lain:


A. Kekesalan dan kemarahan
Bullying dapat membahayakan pada siswa dengan bentuk menurunnya tingkat partisipasi dan prestasi akademik yang buruk, IQ siswa dan kemampuan analitis yang menurun.

B. Akibat bagi pelaku. 

Pelaku bullying memiliki kepercayaan diri dan harga diri yang tinggi; mereka biasanya agresif dan mendukung perilaku kekerasan; mereka cepat marah dan bertindak berdasarkan dorongan hati; mereka memiliki toleransi yang pendek terhadap frustrasidirinya sendirinya; dan seterusnya. Kurangnya empati terhadap orang lain dan memiliki kebutuhan yang kuat untuk mendominasi mereka. 

Pelaku mengira mereka mengendalikan situasi karena cara mereka bertindak. Perundungan semacam ini, jika dibiarkan, pada akhirnya dapat berkembang menjadi tindakan kriminal (kekerasan) terhadap anak di bawah umur.


C. Efek bullying terhadap murid yang menjadi saksi bullying (bystanders).
Siswa yang melihat bullying dan tidak melakukan apa-apa untuk membela korban bullying sama halnya dengan menyetujui terjadinya bullying. Beberapa siswa mungkin memihak pelaku bullyinguntuk menghindari menjadi korban berikutnya, sementara yang lain mungkin tidak melakukan apa-apa karena merasa tidak ada gunanya mencoba mengubah situasi.

"apa yang menjadi penyebab bullying di sekolah?"

Bullying di sekolah, bisa disebabkan oleh tinggi badan yang dianggap lucu dan gemesin, bentuk tubuh, keterampilan komunikasi, jenis kelamin dan status sosial. Selanjutnya, ketidakberdayaan disalahgunakan untuk kepentingan pelaku dengan mengalihkan perhatian atau mengasingkan anak tersebut dari komunitas mereka (Sumber: www.unesa.ac.id) .

Penelitian oleh Novi Herawati, Deharnita Deharnita (Prodi D-III Keperawatan Solok, Poltekkes Kemenkes Padang, 25146, Indonesia) menyebutkan bahwa lebih dari tujuh puluh sembilan persen responden terlibat dalam beberapa bentuk intimidasi fisik dalam bentuk memukul, lebih dari lima puluh delapan persen melakukan beberapa bentuk intimidasi verbal dalam bentuk sulih suara, dan lebih dari tujuh puluh delapan persen terlibat dalam beberapa bentuk. mental bullying dalam diam (tidak peduli). Sebagian besar responden (82,3%) menyebutkan faktor keluarga sebagai penyebab perilaku bullying mereka, sedangkan 46,8% menyebutkan faktor sekolah. Tindakan anti-bullying di sekolah harus diutamakan, dan diharapkan instruktur BK, khususnya, lebih memperhatikan perilaku siswa (Sumber: NERS Jurnal Keperawatan, Vol 15, No 1 (2019). Anda dapat memeriksanya melalui Link atau DOI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun