Mohon tunggu...
Marjuni
Marjuni Mohon Tunggu... Guru - Praktisi dan Pelaku Pendidikan Islam

Fokus pada Manajemen Pendidikan Islam, Branding Strategy Lembaga Pendidikan Islam, Marketing Lembaga Pendidikan Islam, Kajian Pesantren, Kajian Pemikiran Pendidikan Islam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mungkinkah Bullying (ada) di Pesantren: Bagaimana Solusinya?

26 Januari 2023   00:38 Diperbarui: 26 Januari 2023   10:29 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.unesa.ac.id 

Artikel ini bermula dari pertanyaan kunci: "Apakah mungkin Bullying (bisa) terjadi di Pesantren?"

Kajian ini cukup menarik, karena pesantren, yang nota benenya sebagai "rumah damai" berbasis nilai-nilai Islam yang luhur, harus mencerminkan nilai-nilai saling asah, asih dan asuh di antara para penghuni pesantren. Fenomena bullying di pesantren, menurut penelitian Ahmad Nashiruddin (2019) dapat berupa, baik verbal maupun non-verbal. Secara verbal meliputi mengumpat, meledek, membentak, membuat label negatif, sedangkan secara non verbal meliputi memukul, menendang, merusak barang milik temannya, memaksakan kehendak. Pada aspek dinamika psikologis korban bullying, rata-rata secara fisik atau akademik setingkat lebih rendah dari pelaku, secara fisik lebih lemah. Sedangkan dinamika psikologis pelaku bullying menganggap dirinya lebih unggul, secara fisik lebih besar dan kuat, pelaku lebih dominan, lingkungan santri lebih senang dengan tontonan kekerasan (agresif). Dinamika psikologis dalam konteks situasi, termasuk pengelola yang tidak tanggap terhadap semua anak, baik besar maupun kecil, bercampur aduk tanpa ada pemilahan.

Penelitian oleh Zidni Nuris Yuhbaba dari Program Studi Ilmu Keperawatan, Stikes dr. Soebandi Jember (2020), menyebutkan bahwa Perilaku bullying sering terjadi di kalangan remaja saat ini, tidak hanya di lingkungan sekolah tetapi juga di lingkungan pesantren. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa partisipan memahami bullying sebagai kekerasan. Bentuk bullying yang dialami berupa physical bullying, verbal bullying dan sosial bullying. Pelaku adalah senior dan juga teman sebaya, dikarenakan adanya persaingan, keinginan untuk diakui, ke-iseng-an dan kurangnya perhatian pengasuh pesantren. Dampak yang dirasakan partisipan berupa terluka secara fisik, perasaan tidak nyaman, sedih, ketakutan, cemas sehingga berkeinginan untuk berhenti atau keluar dari pesantren. Kasus bullying yang terjadi di lingkungan pesantren mengakibatkan dampak buruk bagi korban dalam perkembangan bio-psiko- dan sosial para korban. Pihak pesantren dan orang tua perlu memberikan perhatian khusus pada para santri, dan memberikan pemahaman lebih mendalam bagaimana cara mengatasi bullying di pesantren.  

"Perundungan (bullying) di sekolah, hingga kini masih menjadi fenomena yang nyaris tidak berhenti"

Bullying, seperti yang didefinisikan oleh Olweus (1997), adalah "pola perilaku bermusuhan yang ditandai dengan ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan korban, dan oleh pengalaman korban yang tidak nyaman atau cedera sebagai akibat dari perilaku tersebut."

Kata "bullying", yang berarti "menggertak orang yang rentan", adalah asal mula istilah "penindasan". Di Indonesia, ketika orang berbicara tentang bullying, biasanya yang mereka maksud adalah perilaku seperti perpeloncoan, pengucilan, atau intimidasi kepada yang "lemah" agar sesuai dengan kemauan yang "kuat".

Karena unsur "jahat" yang melekat dalam bullying (intimidasi), Dibutuhkan sejumlah faktor untuk mengarahkan skala ke arah negatif dan membuat pola perilaku menjadi kriminal sebelum kita dapat menyebutnya "bullying".

Bullying menurut American Psychiatric Association (APA) adalah perilaku agresif yang ditandai dengan tiga kondisi: (a) perilaku negatif yang bermaksud merusak atau mencederai, (b) perilaku yang berulang dalam jangka waktu tertentu (c) ada ketidakseimbangan kekuatan atau potensi dominasi dari orang-orang yang terlibat. 

Menurut Psikologi, suatu  perilaku dapat disebut "bullying" manakala memenuhi unsur-unsur berikut:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun