"Kakak gak bisa kasih kepastian kapan Tyo masuk sekolah lagi, tapi kamu sama teman-teman gak usah khawatir, Tyo baik-baik aja, kok."
Gue menghentikan langkah yang hendak ke dapur untuk mengambil minum setelah mendengar suara Kak Tyco yang sepertinya sedang teleponan dengan teman sekolah gue, karena ia membahasakan atau menyebut dirinya 'kakak'. Begitulah Kak Tyco. Bicara sama teman-teman gue ia lembut, sementara sama adik sendiri kasar banget.
"Tyo lagi gak mau ditemuin sama siapapun dulu. Ada sesuatu yang terjadi yang kakak gak bisa cerita ke kamu, jadi Tyo butuh menenangkan diri."
Gue terus memasang telinga baik baik agar bisa mendengar jelas percakapan antara Kak Tyco dengan teman gue itu.
"Makasih banyak ya kamu sama teman-teman udah perhatian sama Tyo. Nanti kakak sampein salamnya ke Tyo,"
Setelah mengatakan kalimat itu, telepon pun ditutup. Kak Tyco kembali meletakkan handphone gue di samping telepon rumah. Semenjak keadaan gue kayak gini, gue jarang banget menyentuh handphone karena gue udah gak bisa menggunakannya lagi.
Biasanya handphone gue gunain buat mendapat pengetahuan yang mungkin gak didapat di sekolah dengan menjelajahnya di google, sebagai media hiburan gue dengan menonton youtube dan membuka sosmed untuk menambah pertemanan di dunia maya.
Kini, TV-lah pengganti handphone tersebut walau gue cuma bisa mendengarkan aja yang penting ada hiburan yang buat hidup gue gak sepi sepi banget.
"Telepon dari siapa?" tanya gue yang sebenarnya udah mengetahui jawabannya.
"Dari temen lo, Cinta namanya. Dia nanya kapan lo masuk sekolah lagi," jawab Kak Tyco yang juga memberitahu nama si penelpon itu. "Dia pacar lo ya?" tambahnya.