Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Reformasi Polri: Menjadi Realita atau Sekadar Fatamorgana?

27 September 2025   08:28 Diperbarui: 27 September 2025   08:28 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Polri (Tempo)

Meski angka survei kadang menunjukkan apresiasi, kenyataan di lapangan sering jauh berbeda.

Masyarakat masih menyimpan luka kolektif akibat kasus besar seperti Cicak vs Buaya yang mempertemukan Polri dan KPK dalam konflik terbuka. Tragedi Sambo juga mengguncang kepercayaan publik pada skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Dalam kehidupan sehari-hari, keluhan soal pungutan liar, pemerasan, hingga diskriminasi pelayanan masih kerap terdengar. Pepatah lama mengatakan, melapor kehilangan kambing ke polisi bisa berakhir kehilangan seekor sapi, karena biaya "tambahan" yang diminta.

Sarkasme publik pun lahir: hanya ada dua polisi yang benar, yakni polisi Hoegeng dan "polisi tidur."

Upaya Reformasi yang Layu di Tengah Jalan

Berbagai upaya reformasi sebenarnya sudah pernah digulirkan. Tilang elektronik diluncurkan untuk menutup celah suap di jalan. Ujian SIM berbasis komputerisasi digadang-gadang agar transparan.

Bahkan ajang penghargaan Hoegeng Award digelar untuk mencari figur teladan.

Tetapi banyak program berhenti di tengah jalan, layu sebelum berkembang. Usaha itu tampak lebih sebagai pencitraan ketimbang pembenahan struktural yang menyentuh akar masalah.

Kompolnas dan Masalah Pengawasan

Di atas kertas, Polri sudah memiliki Kompolnas sebagai pengawas eksternal.

Namun lembaga ini sering dianggap sebagai "macan ompong", hanya bisa memberikan penilaian dan saran tanpa kewenangan untuk menjatuhkan sanksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun