Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gurauan "CIA" Jadi Pangkal Drama

11 September 2025   14:03 Diperbarui: 11 September 2025   14:01 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebanggaan yang Terbalik Menjadi Arogan

Wajar seorang anak pejabat merasa bangga ketika orang tua mereka dihormati. Tapi ketika kebanggaan itu dikemas dengan merendahkan pihak lain, itu bukan sekadar kesalahan gaya --- itu kebanggaan yang mirip kecongkakan.

Yudo seharusnya paham bahwa jabatan tinggi bukan tiket untuk menerabas norma. Kebanggaan tanpa kontrol mirip bahan peledak yang siap meledak begitu tersulut komentar salah. Adalah pepatah Jawa yang relevan: "Ajining dhiri saka lathi, ajining raga saka busana." Harga diri ada di lisan. Dan lisan digital? Sebuah kontrak komunikasi publik yang serius.

Soal Moral, Tanggung Jawab, dan Politik Keluarga

Publik sekarang menunggu: akankah Purbaya mengambil langkah moral? Permintaan maaf terbuka, mungkin klarifikasi bahwa keluarga menghormati pendahulu, menolak citra konspiratif CIA, memperkuat etik publik. Atau akan diam dan berharap badai reda?

Karena kepercayaan publik jauh lebih mudah hancur daripada reputasi dibangun. Sebagai Menteri Keuangan, Purbaya tak hanya bertanggung jawab pada APBN, ekonomi, inflasi --- tapi juga menjaga agar nama baik keluarganya tidak menjadi senjata lawan atau lelucon sarkastik di media sosial.

Pelajaran yang (Harusnya) Gampang

Kasus Yudo Sadewa adalah ulang babak dari drama yang tidak pernah habis: anak pejabat + caption viral + klarifikasi "cuma bercanda." Publik sudah tahu skenario ini; yang diharapkan adalah inovasi moral --- bukan postingan lagi, tapi tindakan nyata: sikap etis, kerendahan hati, dan kontrol diri digital.

Kebebasan berekspresi tidak bebas dari konsekuensi. Seperti kata John Stuart Mill, kebebasan berhenti ketika mulai merugikan orang lain. Dalam konteks ini, yang dirugikan adalah reputasi pejabat, kepercayaan masyarakat, dan kredibilitas institusi publik.

Satu Caption Bisa Jadi Catatan Politik

Di era digital, satu baris caption bisa menetapkan sejarah. Yudo mungkin menganggap dia sedang bercanda di luar layar serius, tapi publik membaca bahwa dia baris pertama dalam bab reputasi ayahnya sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun