Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Garin Nugroho: Gibran Mundur Saja? Drama Demokrasi atau Narasi yang Tergelincir?

11 Juli 2025   18:21 Diperbarui: 11 Juli 2025   18:21 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas warga Solo puas terhadap kepemimpinan Gibran. Survei LSI Denny JA pada 2022 menunjukkan tingkat kepuasan mencapai 85%. Gibran dinilai sukses dalam tata kelola kota, infrastruktur, digitalisasi pelayanan publik, dan respons terhadap pandemi COVID-19.

---

Peran Gibran: Pelengkap, Bukan Penghambat

Jika dilihat dari pendekatan teknokratis, Prabowo dan Gibran justru bisa menjadi pasangan yang saling melengkapi. Prabowo adalah tokoh militer senior dengan basis kekuatan dan jaringan luas di tingkat nasional dan internasional. Sementara Gibran membawa semangat muda, koneksi digital generasi Z, serta gaya kepemimpinan lapangan yang responsif.

Dalam masa transisi pemerintahan pun, Gibran aktif berkunjung ke berbagai daerah, mendengar langsung aspirasi masyarakat, dan berkomitmen mendorong percepatan proyek nasional seperti Ibu Kota Nusantara (IKN) serta hilirisasi industri. Apakah itu disebut tidak efektif?

---

Kritik dan Demokrasi: Boleh Kritis, Tapi Jangan Reduksi

Garin Nugroho, sebagai seniman, tentu berhak menyampaikan pandangan politik. Namun seperti halnya kritik terhadap film, pandangan juga harus didasari oleh data dan objektivitas, bukan drama semata. Jangan sampai demokrasi dijalankan dengan narasi yang hanya melihat hitam dan putih, tanpa ruang untuk gradasi dan fakta yang lebih utuh.

Seperti kata Aristoteles, "Keadilan adalah kebaikan tertinggi dalam masyarakat. Ia terletak di tengah antara kekurangan dan kelebihan." Maka kritik pun harus bersandar pada keadilan --- bukan sekadar dramatisasi ketidakpuasan.

---

Epilog: Demokrasi Butuh Kedewasaan

Demokrasi bukan hanya soal siapa yang menang atau kalah, tapi bagaimana menghormati prosesnya. Menyarankan seorang Wapres terpilih untuk mundur sebelum bekerja, hanya karena sekelompok orang tidak suka, adalah bentuk penolakan terhadap kedaulatan rakyat.

Jika kita benar-benar ingin menjaga demokrasi tetap hidup, mari kita awasi, kritisi, dan beri masukan konstruktif pada pemimpin yang telah dipilih oleh rakyat. Bukan dengan menggiring opini dramatis yang merusak legitimasi.

"Bukan kehormatan yang membuat seseorang jujur. Tapi kejujuranlah yang membuat seseorang terhormat."
--- Bung Hatta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun