Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Fadli Zon: Tulis Ulang Sejarah Dibuat Tim, Bebas Politik dan Aktivis?

26 Juni 2025   13:28 Diperbarui: 26 Juni 2025   13:45 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fadli Zon, Menteri Kebudayaan (detik.com)

Sejarah Adalah Milik Bersama

Sejarah Indonesia tidak hanya dibentuk oleh para tokoh negara, tetapi juga oleh mereka yang melawan arus. Dari pejuang hak buruh, aktivis 1966 dan 1998, korban pelanggaran HAM, hingga para tokoh adat yang tak tercatat dalam buku pelajaran. Mereka semua memiliki hak untuk diakui sebagai bagian dari sejarah bangsa.

Maka, proses penulisan ulang sejarah idealnya dilakukan secara partisipatif, terbuka, dan lintas pandangan. Ada forum publik, diskusi akademik, keterlibatan organisasi masyarakat sipil, dan tentu saja jaminan bahwa tidak ada bab sejarah yang disensor atau didegradasi demi kenyamanan politik penguasa.

Sejarah bukan milik Menteri Kebudayaan, bukan milik Fadli Zon, bukan milik pemerintah, tetapi milik rakyat Indonesia.

Solusi: Transparansi dan Partisipasi

Jika Fadli Zon ingin meredakan kecurigaan publik, langkah yang paling bijak bukan sekadar klarifikasi bahwa ia tidak terlibat langsung, tetapi justru mengajak dialog terbuka. Berikut langkah konkret yang bisa diambil:

  1. Publikasikan metodologi dan kerangka kerja penulisan ulang sejarah secara terbuka.
  2. Undang akademisi independen, organisasi korban, aktivis, dan masyarakat sipil untuk memberi masukan.
  3. Jamin tidak ada sensor terhadap bab sejarah yang menyakitkan, seperti peristiwa 1965, Petrus, Talangsari, atau reformasi 1998.
  4. Libatkan generasi muda dalam menyumbangkan perspektif dan narasi alternatif.

Dengan langkah ini, sejarah yang ditulis akan lebih legitimate karena lahir dari keterlibatan banyak pihak. Seperti kata filsuf Karl Jaspers, "Sejarah tidak hanya untuk diketahui, tetapi untuk dimiliki secara batin."

Jangan Ulangi Kesalahan Masa Lalu

Kita belajar dari Orde Baru bahwa sejarah bisa menjadi alat cuci otak yang mematikan. Generasi muda selama puluhan tahun hanya tahu satu versi sejarah---versi yang menyingkirkan tokoh-tokoh yang dianggap mengganggu narasi kekuasaan. Jika hari ini sejarah kembali direvisi dalam ruang tertutup, tanpa refleksi dan partisipasi luas, maka sejarah bukan ditulis ulang---tapi sedang dihapus ulang.

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak takut pada sejarahnya sendiri." --- Bung Karno.

Fadli Zon, sebagai tokoh nasional, punya tanggung jawab moral dan intelektual lebih besar dari sekadar membela tim penulis sejarah. Ia harus menjadi jembatan, bukan benteng; fasilitator, bukan pembungkam. Karena sejarah sejatinya bukan untuk dimiliki, tapi untuk dihidupi---oleh seluruh anak bangsa.***MG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun