2. Kekhawatiran terhadap pengaruh Jokowi: Meskipun bukan lagi presiden, figur Jokowi masih menjadi salah satu aktor politik yang kuat. Lobi global, relasi internasional, dan elektabilitasnya dinilai bisa menganggu poros kekuasaan atau otoritas baru. Karakter popularitas itu sendiri bisa memicu serangan berkelanjutan.
3. Budaya Hoaks & Politisasi Media Sosial: Menurut Onora O'Neill, "Trust is like a paper, once crumpled, it can't be perfect again." Kepercayaan publik terhadap tokoh politik mudah rusak, selanjutnya narasi hoaks bisa dengan cepat diturunkan citra tanpa perlu bukti kuat.
4. Agenda lingkungan dan pertambangan: Sorotan atas izin tambang nikel di pulau kecil dengan status konservasi (Pulau Gag) memicu emosi publik. Menyasar figur publik yang dikenal karena legitimasi politik kuat menjadi salah satu cara untuk mengekang arus kritik tersebut.
---
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
1. Kritisi Informasi, Bukan Tokoh: Pisahkan narasi kapal yang viral dan fakta kepemilikan. Cek database resmi (Ditkapel, BEI, vessel tracking) sebelum ikut menyebar.
2. Diseminasi Data yang Tegas: Media dan publik cerdas perlu terus menyalurkan klarifikasi seperti milik Kompas dan Bisnis.com.
3. Tingkatkan Literasi Digital: Ajarkan masyarakat memverifikasi klaim viral dan jangan cepat turuti narasi berdasarkan nama saja.
4. Pertahankan Perspektif Filosofis: Mengutip Aristoteles, "It is the mark of an educated mind to be able to entertain a thought without accepting it." Kita harus bisa menguji informasi sebelum menerima.
---
Akhir KataÂ