Di banyak ruang kelas hari ini, suasananya jauh berbeda dari dua dekade lalu. Guru tak lagi menjadi sosok yang ditakuti atau paling berwibawa di ruangan itu.
Sebaliknya, semakin banyak kasus di mana siswa berani membantah, melawan, bahkan merekam gurunya saat ditegur. Dan yang lebih mengejutkan, sebagian dari mereka akan berkata dengan nada enteng:
> "Saya laporkan ke orang tua saya."
Fenomena ini bukan sekadar kisah viral di media sosial. Ia adalah cerminan perubahan sosial yang mendalam --- bahwa otoritas pendidikan di rumah dan di sekolah sedang bergeser.
---
Dari Takut Guru ke Takut Orang Tua Siswa
Dulu, guru adalah simbol kedisiplinan. Suara penggaris mengetuk meja saja sudah cukup membuat satu kelas diam. Tapi kini, banyak guru justru menahan diri untuk tidak menegur keras, bukan karena mereka tak peduli, melainkan karena takut berurusan dengan orang tua siswa yang mudah tersinggung.
Tidak sedikit guru yang akhirnya memilih diam. Mereka khawatir teguran dianggap kekerasan verbal, atau hukuman ringan disalahartikan sebagai pelanggaran hak anak.
Beberapa bahkan mengaku, setiap kali hendak menegur murid, mereka lebih dulu memikirkan: "Bagaimana kalau orang tuanya marah?"
Anehnya, sebagian orang tua justru menganggap keberanian anak membantah sebagai tanda kritis dan percaya diri. Padahal, antara berani bersuara dan tidak tahu adab --- adalah dua hal yang berbeda.
---