Setiap kali aku berdoa untukmu,
Deret namamu tercecer sangat dalam untuk aku sebut.
Terurai sendu pada senja yang cukup redup,
Menderai, mendersik dan mendesah bagiku.
Dengarlah, alunan teduh suara rumah Tuhan itu,
Engkau dengar itu! Berkumandang - bertalu-talu dan menggema di antara, kerdipan lilin-lilin suci,
Taburkan noktah-noktah cinta penyatu jiwa.
Sesungguhnya, di kalbuku berdiang percikan- percikan kerinduan,
Seperti  bunga-bunga api ganas dari tungku menyala-nyala;
Menghardik mimpiku. Menepis tidur malamku.
Tinggalkan air mataku yang datang lalu pergi,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!