Mohon tunggu...
Mariemon Simon Setiawan
Mariemon Simon Setiawan Mohon Tunggu... Silentio Stampa!

Orang Maumere yang suka makan, sastra, musik, dan sepakbola.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Masyarakat Adat dan Inovasi Teknologi: Harapan Menyelamatkan Satwa Karismatik

2 Oktober 2025   23:59 Diperbarui: 2 Oktober 2025   23:59 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Narasi Para Satwa

"Sejak orang-orang proyek itu datang, hidup kami menjadi terancam. Bahkan untuk bergelantung dari dahan ke dahan dengan leluasa seperti dulu pun serasa menantang maut. Hutan kami lalu digunduli dengan api dan alat berat. Saat alat-alat berat yang dibawa itu menggondol sebatang pohon, kami baru saja kehilangan rumah. Dan saat api melahap seisi hutan, kami bingung harus ke mana."

"Barangkali, kami adalah spesies yang menyedihkan. Jumlah kami semakin sedikit ketika lahan menyempit, makanya kami berjalan jauh, bahkan sampai memasuki kebun sawit. Tetapi kehadiran kami dianggap meresahkan, padahal kami lebih dulu dirugikan. Kami pun tak kuat menghadapi senjata atau racun mematikan dari pemburu, sekalipun kami bertubuh besar. Yang paling memilukan, selama sepasang gading masih laku keras di pasar gelap, anak-anak kami menjadi yatim."

"Dulu, kami adalah raja rimba. Suara kami menggelegar, mengisi sakralnya hutan. Negara ini bangga karena punya spesies yang unik seperti kami. Namun, kini hidup kami terancam. Kami kehilangan mangsa, juga rumah. Hutan yang dibakar pun menyesakkan dada kami sampai sekarat. Kami juga dikejar seperti buronan, hingga terancam punah setelah mati di ujung peluru pemburu."

Narasi-narasi di atas bukanlah fiksi, melainkan sebuah kenyataan. Suara-suara itu jarang terdengar (apalagi dalam rapat pemerintah), tetapi penderitaan mereka nyata. Data pun mengamini: harimau Sumatera diperkirakan tinggal 600-an ekor, gajah diperkirakan berjumlah 1.300-1.500 ekor, dan orangutan, oleh International Union for Conservation (IUCN), diperkirakan dapat menyusut sampai angka 47.000 pada tahun ini.

Hilangnya hutan (baca: rumah) menjadi akar persoalan dari merosotnya jumlah spesies-spesies karismatik tersebut. Dilansir dari Global Forest Watch, Indonesia telah kehilangan 10,7 juta hektar hutan primer basah dari tahun 2002 sampai 2024, sementara hutan alam kita lenyap 259.000 hektar pada tahun kemarin. Padahal pada tahun 2020, hutan alam kita seluas 93,8 juta hektar.

Di balik angka-angka itulah, mesin keserakahan manusia beroperasi. Kegiatan pertambang yang semakin menggila, ekspansi perkebunan sawit, hingga proyek kebijakan nasional atas nama 'demi kemakmuran bangsa' menjadi penyebab deforestasi. Hutan-hutan menjadi gundul dan rusak akibat aktivitas-aktivitas ini.

Pemerintah barangkali memiliki program konservasi alam, menetapkan target rehabilitasi hutan, atau membuat peraturan anti-perburuan. Namun, terkadang kebijakan-kebijakan itu hanya megah di atas kertas. Lemahnya komitmen dan 'ketergantungan pada dana' membuat program-program tersebut hanya berjalan sebentar. Akibatnya, satwa kehilangan rumah, seiring luas hutan yang menyusut. Kepunahan menjadi ancaman serius.

Di tengah situasi yang runyam seperti ini, barangkali agak naif jika kita berbicara soal harapan. Apa yang bisa kita harapkan dari keadaan ini? Jika pihak-pihak yang berwenang sulit diandalkan dan orang-orang yang peduli lingkungan selalu dibungkam, kepada siapa lagi kita berharap?

Masyarakat Adat: Penjaga Hutan Mencegah Kepunahan

Di tengah berbagai solusi untuk konservasi, masyarakat adat hadir berdiri di garda terdepan dalam usaha pelestarian. Komunitas adat terbukti menjadi penjaga hutan dan mencegah kepunahan. Mereka diperkirakan mengelola sekitar 80% keanekaragaman hayati dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun