Mohon tunggu...
Maria MagdalenaManao
Maria MagdalenaManao Mohon Tunggu... Administrasi - Hakikat manusia adalah kebebasan!

Kita percaya bahwa Tuhan menyediakan makanan bagi semua burung-burung. Tetapi makanan itu tidak dilemparkan ke dalam sarang. Berjuanglah!

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Gotong Royong Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan

26 Agustus 2020   12:45 Diperbarui: 26 Agustus 2020   12:35 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui website resminya mengatakan pertumbuhan kredit perbankan mengalami penurunan 6,08% pada tahun 2019. Hal ini jauh berbanding terbalik pada pertumbuhan kredit yang disalurkan oleh perusahaan keuangan berbasis teknologi atau yang sering disebut  Financial Technologi (Fintech). Produk keuangan teknologi ini mencapai pertumbuhan yang sangat signifikan pada tahun 2019, yakni mencapai 259,56% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Kecenderungan masyarakat saat ini menginginkan produk keuangan yang instan, mudah dan dapat diakses dimana saja. Maka dapat dimaklumi bila pertumbuhan Fintech begitu pesat saat ini.

Namun coba kita telusuri bagaimana tingkat pengembalian kreditnya. Masih melalui laman resmi OJK, pada tahun 2019 persentase Non Performing Loan (NPL) sebesar 2,53% sedangkan tingkat pengembalian Fintech yang biasa dikenal dengan TKB 90 (Tingkat Keberhasilan 90 Hari) sebesar 96,35%. Atau jika dihitung persentase kredit macetnya sebesar 3,65%. Ternyata pertumbuhan kredit Fintech yang sangat tinggi juga diikuti dengan tingginya tingkat kredit macet.

Kemudahan mengakses keuangan pada era digital saat ini juga harus diikuti dengan literasi keuangan yang baik. Jangan sampai kemudahan memanfaatkan produk keuangan membuat kita kalap dan menjadi bumerang untuk diri kita sendiri di kemudian hari karena kita tidak mampu mengelola dan mengendalikan resiko keuangan dengan baik. Berdasarkan data OJK, tingkat literasi keuangan Indonesia tahun 2019 sebesar 38,03%. Sedangkan tingkat inklusi keuangan sebesar 76,19%. Kita patut berbangga karena persentase literasi keuangan dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia sudah melewati target yang ditetapkan Pemerintah dalam Peraturan Presiden No. 82 tahun 2019, yaitu 35% untuk inklusi keuangan dan 75% untuk literasi keuangan.

Namun, kita masih harus banyak berbenah dan belajar. Bukan berarti karena kita sudah melewati target yang ditetapkan pemerintah kita langsung berpuas diri. Faktanya, per April 2019 hanya 60% masyarakat dewasa yang memiliki rekening tabungan di bank. Padahal, rekening tabungan adalah produk keuangan konvensional yang paling umum digunakan masyarakat Indonesia. Kita belum berbicara bagaimana antusias masyarakat terhadap produk keuangan bank yang lain seperti deposito, giro, kredit usaha rakyat dan yang lainnya. Atau berbicara tentang produk keuangan non bank seperti asuransi, pegadaian, pembiayaan dan investasi. Sebenarnya, apa yang menjadi permasalahannya? Mengapa masih banyak masyarakat yang enggan untuk berurusan ke bank atau lembaga keuangan lainnya? Ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama.

Saya sendiri sudah memanfaatkan begitu banyak produk keuangan, salah satunya Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disalurkan oleh salah satu bank BUMN. Kemudahan mengakses informasi mengenai KUR membuat saya memahami seluk beluk KUR mulai dari apa itu KUR, manfaatnya dan bagaimana proses pengajuannya. Informasi itu banyak saya peroleh dari website resmi dan media informasi lainnya. Sehingga mulai dari proses pengajuan hingga pencairan dana saya tidak mengalami kendala yang berarti. Kredit ini sangat membantu saya untuk mengembangkan usaha tenun kain tradisional milik keluarga.

Ternyata, usaha pemerintah untuk membantu mengembangkan UMKM melalui Kredit Usaha Rakyat tidak sia-sia. Saya mengalami dan merasakannya sendiri manfaatnya. Melalui modal tersebut saya bisa mempekerjakan beberapa Ibu Rumah Tangga yang sebelumnya tidak memiliki pekerjaan sehingga mereka bisa memiliki penghasilan. Saya pun bisa meningkatkan omset dan meningkatkan taraf hidup keluarga saya.

Bisa dibayangkan seandainya seluruh pengusaha mikro mau dan mampu memanfaatkan program pemerintah ini dengan baik. Akan terjadi peningkatan keuangan yang akhirnya akan meningkatkan perekonomian negara ini.

Seluruh perusahaan keuangan saat ini berinovasi dengan sangat baik agar masyarakat memanfaatkan produk keuangan mereka dengan mudah dan cepat. Penerapan standar Open Application Programming Interfaces (API) yang dilakukan oleh Bank dan Fintech memiliki banyak tujuan, salah satunya untuk meningkatkan efisiensi transaksi sistem pembayaran dan meningkatkan inklusi keuangan. Masyarakat tak perlu lagi antri ke ATM untuk membayar tagihan karena beberapa bank sudah memiliki aplikasi yang dapat melakukan berbagai transaksi keuangan  hanya melalui ponsel. Inovasi ini diharapkan dapat meningkatkan antusias masyarakat untuk semakin aktif menggunakan produk dan jasa keuangan.

Bila kita sudah aware terhadap produk keuangan maka akan berdampak pada perilaku keuangan kita. Kita akan mampu mengelola keuangan dengan baik dan memilih produk dan jasa keuangan mana yang kita butuhkan. Mampu memahami manfaat dan resiko dari produk keuangan yang kita pilih. Seperti saya ketika menggunakan KUR untuk menambah modal usaha.

Saya memilih produk tersebut karena saya meyakini bahwa kredit tersebut mampu mengembangkan usaha saya, tentu saja dengan perencanaan dan pengelolaan keuangan yang baik hingga akhirnya bisa mensejahterakan hidup saya dan beberapa Ibu Rumah Tangga yang bekerja pada saya. Selain itu, saya juga menyadari bahwa saya memiliki kewajiban untuk melakukan pembayaran kredit sesuai dengan perjanjian dengan pihak bank. Hingga akhirnya ketika saya melakukan kewajiban pembayaran dengan lancar akan membantu bank untuk mengelola kembali uang tersebut untuk kredit yang lain sehingga makin banyak pelaku usaha yang disejahterakan.

Kita masih berbicara mengenai manfaat satu produk keuangan. Padahal masih banyak produk keuangan yang bisa kita manfaatkan, baik yang ditawarkan oleh bank maupun lembaga keuangan non bank. Tetapi kembali lagi, kita harus memiliki literasi keuangan yang baik agar mampu mengelola keuangan dengan baik. Apabila saya tidak memiliki pemahaman keuangan yang baik dan meminjam modal ke rentenir akan beda ceritanya. Atau kalaupun saya mendapatkan pinjaman melaui KUR tetapi tidak mampu mengelolanya dengan baik bisa jadi kredit saya akan macet. Maka dari itu, masyarakat harus terus diedukasi dan ditingkatkan pengetahuannya mengenai literasi keuangan secara berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun