Sebuah surat tergeletak di atas meja. Bingung dan penuh tanda tanya Tasya memandang kertas merah jambu itu. Pelan-pelan diambilnya, tercium bau wangi dari kertas bergambar bunga.Â
Bergetar tangannya saat membuka lipatan demi lipatan. Suara gaduh teman-temannya tidak mengganggu perasaan berdebarnya. Tasya memberanikan diri membaca tulisan yang tertera.Â
Dear Tasya, sudah lama aku mengagumimu. Sejak kita belajar bersama saat pelajaran matematika beberapa minggu lalu, aku tidak bisa menghapus wajahmu dari ingatan.Â
Konyol kan. Anggap surat ini mewakili perasaanku. Aku ingin lebih mengenal dirimu. Kalau boleh aku ingin memanggilmu Tasya ku. Jika kau setuju, bawalah surat ini pulang dan simpan.Â