Mohon tunggu...
Maria Kristela
Maria Kristela Mohon Tunggu... Penulis adalah Mahasiswa Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Penulis adalah Mahasiswa Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Secangkir Teh Jagoi Babang: Aroma Rindu dan Nuansa Ramah di Perbatasan Indonesia-Malaysia

12 Maret 2021   14:44 Diperbarui: 14 Maret 2021   10:53 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya menikmati secangkir teh di daerah perbatasan|Dokpri

Sesampainya di kawasan gerbang perbatasan Indonesia – Malaysia. Kami memutuskan untuk berhenti di sebuah warung kopi. Tanah masih basah saat saya dan Bapak turun dari mobil.

Di depan warung kopi, kami disambut oleh seorang pria. Mungkin sang pemilik warung kopi. “Mau minum apa, Pak?” tanyanya pada Bapak. “Satu kopi, satu teh” jawab Bapak. Saat menunggu minuman, Bapak bercerita panjang lebar tentang Jagoi Babang dan seputar hubungan mutualisme antara masyarakat Indonesia dan Malaysia. Sambil mendengarkan Bapak bercerita, mata saya asyik menelusuri warung kopi ini.

Perhatian pertama saya jatuh pada pria pemilik warung. Selain memiliki logat berbicara yang unik, pria itu memiliki warna rambut yang cukup menarik perhatian saya yaitu perpaduan warna pirang, cokelat dan sedikit kehijauan. Di bagian depan, rambutnya dimode ala - ala cepak sedangkan rambut bagian belakang dibiarkan sedikit gondrong.

Lumayan nih bisa jadi inpirasi mode. Lalu perhatian saya jatuh pada makanan – makanan ringan yang dijual di warung ini. Selain menjual snack - snack Indonesia, warung ini juga menjual snack - snack asal negeri tetangga. Ingin rasanya saya mencicipi snack itu satu per-satu.

Secangkir teh panas sangat cocok dinikmati saat suasana mendung dan dingin seperti ini.  Di depan saya, sekitar 20 meter dari tempat saya duduk, tampak gerbang yang menjadi batas antara Indonesia dan Malaysia. Gerbangnya cukup sederhana, bukan gerbang besar nan megah seperti yang saya bayangkan sebelumnya.

Di kanan dan kiri gerbang, saya melihat banyak tentara yang berjaga. “Ayo foto !” ajak Bapak sambil berdiri dari kursinya. Malu - malu, saya ikut berdiri dan mengikuti langkah Bapak.

Tanda perbatasan Indonesia - Malaysia (cr : pribadi)
Tanda perbatasan Indonesia - Malaysia (cr : pribadi)

“Lagi tugas, mas ?” tanya Bapak pada salah seorang tentara. “Iya, Pak” Jawab tentara tersebut sambil tersenyum. Seketika saya memperhatikan para tentara tersebut. Sebagian besar dari mereka menggunakan perpaduan celana army dan baju kaos.

Sebagian kecil menggunakan seragam tentara lengkap. Saat saya dan Bapak mendekati mereka, mereka tersenyum dan menyambut kami. Ramah sekali. Unexpected..

Saya pikir, tentara penjaga perbatasan akan menggunakan pakaian tentara lengkap dengan senjata, menggunakan loreng - loreng pada wajah dan memiliki watak yang mudah marah. Seperti di film-film. Ahhh lagi – lagi saya menjadi korban film.

Setelah beberapa waktu bercakap – cakap dengan para tentara, saya dan Bapak kembali ke warung kopi. Langit menurunkan hujannya lagi. Untunglah warung kopi ini cukup luas sehingga dapat melindungi kami beserta pelanggan lainnya dari hujan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun