“Daerah ini Namanya Purun Besar, setelah Purun Besar ada Purun Kecil. Kalo Purun Besar mayoritasnya suku Melayu, di Purun Kecil mayoritasnya suku Cina” kata Bapak. Sepanjang perjalanan, Bapak terus bercerita tentang daerah - daerah yang kami lewati. Maklum, pekerjaannya memang seputar jalan - jalan. Tak heran jika ia tahu tentang banyak tempat. Lumayanlah.. Saya bisa jalan - jalan sambil memperkaya pengetahuan.
Mobil kami sudah melewati ibukota Kabupaten Bengkayang saat jam menunjukkan sekitar pukul 2 siang. Perkiraan sekitar 2 jam lagi kami sampai di Jagoi Babang. Saya benar - benar tidak sabar, apalagi ini adalah pengalaman pertama saya mengunjungi perbatasan Indonesia - Malaysia. Alasan lain : pegal banget duduk berjam - jam !
Setelah melewati ibukota Kabupaten Bengkayang, jalanan menjadi lebih sepi dan lebih lebar (Tetap ramai saat melewati kawasan pasar kecamatan/desa). Tiba - tiba mata saya terperangah. “Ini dimana, Pak?” tanya saya pada Bapak sambil membuka jendela mobil. Saya tidak pernah melihat jalanan seperti ini.
Bagaimana ya menjelaskannya ? Jalanannya sangat lebar dan beraspal. Sesekali kami berpapasan dengan mobil mini - travel dan motor. Itupun bisa dihitung dengan jari. Sepi dan tenang. Pohon – pohon berjejer teratur di kiri - kanan jalan. Langit terasa sangat dekat dengan jalanan yang berkelok cantik. Kalo kata anak muda jaman sekarang aesthetic. Bagus deh pokoknya ! Tak tahan, saya lantas mengambil handphone dari tas dan mengabadikan jalanan cantik ini melalui foto dan video. Lumayan bisa menambah konten di Instagram. Hehehe
Sekitar 30 menit kemudian, saya terheran - heran saat melihat kondisi jalanan yang berbeda 180 derajat dengan jalanan yang kami lewati tadi. Tidak ada aspal. Jalanannya masih tanah kuning dan lumayan berlumpur. Langit yang sudah mulai menurunkan hujan membuat jalanan menjadi licin. Untungnya Bapak cukup jago mengendarai mobil sehingga kami tidak tergelincir karena lumpur. Di beberapa tempat, kami menemui lubang dengan ukuran yang cukup lebar.

Mungkin jalannya belum sempat dibangun atau sengaja tidak dibangun” kata Bapak sambil melepaskan kacamata hitamnya. Ya mungkin saja sih.. Mungkin jalan ini memang sengaja tidak dibangun beberapa kilometer untuk alasan tertentu. Pertahanan dan keamanan ? Mungkin saja.
Secangkir Teh di Perbatasan Indonesia – Malaysia : SYAHDUUU-NYAAA POLLLLLLLLLLL
Hujan baru saja berhenti saat kami mulai memasuki kawasan Jagoi Babang. Untuk ke Jagoi Babang, kami harus melewati beberapa pos tentara yang bertugas menjaga perbatasan. Satu pos dijaga oleh 5 atau lebih tentara. Entahlah. Saya tidak menghitung. Nyali saya keburu ciut melihat tentara - tentara itu.
Tampang mereka terlihat tegas dan teliti. Setiap melewati pos, mobil kami diberhentikan dan diperiksa. Setelah dirasa aman dan tidak berbahaya, baru kami dipersilahkan melanjutkan perjalanan.