Mohon tunggu...
Maria IiAgista
Maria IiAgista Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang ingin menjadi jurnalis.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mengemas Informasi Jurnalistik Multimedia Masa Kini

19 Februari 2020   01:18 Diperbarui: 19 Februari 2020   01:24 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perusahaan media kini semakin berkembang dan bertumbuh semakin banyak. Banyaknya perusahaan media yang muncul beriringan dengan perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi tersebut memunculkan berbagai cara untuk menyebarkan informasi, melalui berbagai media.

Cara menyampaikan informasi pada jurnalisme masa lalu dan masa sekarang berbeda. Semakin berkembangnya jaman, penyampaian informasi kini semakin mudah dan cepat. Begitu juga dengan proses penerimaan kepada audiens, dimana audiens bisa memilih lebih banyak sumber informasi dimasa kini dibandingkan dengan masa lalu. Salah satu perkembangan yang ada dari penyebaran infromasi adalah melalui multimedia.

Penggunaan multimedia tidak membuat multiemedia memiliki definisi pasti. Bahkan penggunaan istilah "multimedia" masih sering membuat bingung. Multimedia diharapkan menggunakan berbagai teknologi baru dan teknik baru, sehingga lebih variatif dan memiliki karakteristiknya masing-masing.

indiamart.com
indiamart.com
Perusahaan media saling berlomba untuk bisa menyajikan informasi yang berguna bagi audiensnya melalui produk multimedia. Perusahaan media merasa bahwa penggunaan multimedia bisa membuat mereka unggul. Kenyataannya, berbagai perusahaan media masih menerapkan hal yang sama pada penggunaan multimedia mereka. Cara suatu perusahaan media membentuk sebuah cerita untuk menyampaikan informasi masih banyak yang tidak memiliki keunggulan. Persaingan pun tidak akan terlihat secara signifikan.

Pembentukan multimedia storytelling sangatlah penting bagi perusahaan. Tapi kembali lagi, jurnalisme multimedia sendiri pun tidak memiliki definisi yang spesifik. Oleh karena itu, perusahaan media harus mengemas sebuah informasi lebih menarik dalam beberapa acuan.

indiamart.com
indiamart.com
Terdapat enam (6) cara yang dapat digunakan sebagai acuan membuat cerita dalam multimedia, berdasarkan tulisan dari Mindy McAdams:

a. Saling Melengkapi, Tidak Melakukan Pengulangan

Pada tiap-tiap media yang digunakan, diharapkan satu sama lain saling melengkapi. Sebisa mungkin menghindari adanya persamaan konten antar media. Jika terdapat pengulangan, mungkin hanya ssebatas diawal, namun isi dari pembahasan haruslah berbeda. Pengulangan bisa menyebabkan kebosanan, sehingga orang akan kehilangan rasa tertarik untuk mengikuti informasi. Orang biasanya akan merasa "kan sudah ada di video, untuk apa harus mendengarkan informasi yang pada dasarnya memiliki inti yang sama". Itulah mengapa, pembentukan cerita dibuat seolah menjadi bab-bab yang dikemas dalam teks, audio, video, gambar, dan lain-lain.

b. Integrasi Jenis Media

Dalam membuat storytelling informasi, diharapkan bahwa pada tiap media memiliki porsi yang sama. Maksudnya adalah antara teks, video, dan audio memiliki keseimbangan. Hal tersebut membuat informasi lebih menarik. Hal utama dari penyebaran informasi adalah isi informasi, bukan tata letak dari informasi tersebut.

indiamart.com
indiamart.com

c. Ringkas

Storytelling informasi yang akan dibuat oleh jurnalis harusnya mudah dimengerti dan tidak bertele-tele. Pembuat konten harusnya menyusun poin-poin apa saja yang akan dikemas menjadi sebuah konten. Jika isi dari konten terlalu banyak, biasanya orang akan sulit menemukan poin apa yangs sebenarnya ingin disampaikan oleh jurnalis. Penilaian sebuah informasi bukan dilihat dari sepanjang apa sebuah informasi disampaikan, tetapi sejauh mana informasi mudah dimengerti oleh orang.

d. Minimnya Interaksi Diwajarkan

Beberapa multimedia storytelling memang menerapkan sebuah ruang bagi media dan audiens untuk saling berinteraksi. Hal tersebut tidak diwajibkan, karena interaktif yang dimaksudkan adalah audiens bisa mengatur sendiri sampai dimana dirinya ingin memulai dan berhenti dalam  mengikuti informasi. Bahkan hyperlink pun sebenarnya baru bisa dikatakan "hampir" interaktif. Hal tersebut karena ketika audiens meng-klik link yang disediakan, kegiatan terseut hanyalah seperti sedang membuka lembaran buku yang baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun