Mohon tunggu...
Marga Rizaldi
Marga Rizaldi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

NKRI Bukan Harga Mati

31 Juli 2017   11:23 Diperbarui: 31 Juli 2017   12:39 1211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain rasa bangga, adakah alasan lain yang cukup logis yang melatarbelakangi anda untuk tetap bernama Indonesia?


Saya yakin bahwa akan ada (dan tidak sedikit) yang menghujat pendapat atau pemikiran semacam ini, mulai dari komentator-komentator anarkis tanpa identitas hingga cendekiawan dan profesor nasionalis yang berkapasitas, selalu saja membantah dengan berbagai argumen yang selalu berakhir di satu kata ajaib: "BANGGA!" untuk mempertahankan ideologi. Benar tidak? Apapun itu, entah mereka mengistilahkan suara orang-orang seperti saya sebagai benih-benih separatisme, pemecah-belah bangsa, atau bahkan cikal bakal terorisme, namun tetap saja pada intinya mereka hanya mencela, tanpa menawarkan solusi. Benar tidak?

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya!

Tentu saja, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya, tetapi apakah dengan itu lantas kita tidak menghargai masa depan kita sendiri? Memang benar menghargai jasa para pahlawan ialah dengan cara mempertahankan apa yang sudah mereka perjuangkan dan melanjutkan apa yang mereka cita-citakan. Lantas apakah kita sudah mempertahankan dan melanjutkan? Secara kasat mata memang sudah, yaitu menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan atas nama Indonesia. Namun ada tujuan yang lebih esensial dari perjuangan itu yang seolah kita lupakan, yaitu KESEJAHTERAAN.

Tidakkah anda berfikir bahwa para pahlawan yang berjuang dengan segenap jiwa raga muncul karena adanya ketidaksejahteraan? Jika demikian mengapa orang-orang yang saat ini bergerilya berjuang untuk kesejahteraan dengan jiwa dan raga justru disebut pengkhianat? Bukankah mereka calon-calon pahlawan bagi "bangsa mereka" nantinya? Dan apakah anda benar-benar berfikir bahwa para pahlawan berjuang dengan darah dan nyawa HANYA GARA-GARA TIDAK BANGGA BERNAMA HINDIA BELANDA?

Jika anda hidup di masa itu, tentu masa bodoh dengan titel dan kebanggaan, masa bodoh dengan kedaulatan politik, masa bodoh dengan pancasila, masa bodoh dengan identitas bangsa, masa bodoh dengan khatulistiwa, masa bodoh dengan warna bendera, masa bodoh dengan bentuk pemerintahan, masa bodoh dengan klaim-klaim budaya oleh negeri jiran, serta urusan-urusan "sekunder" lainnya. Mereka hanya peduli pada urusan "primer" mereka: mengusir orang-orang asing yang berbuat keji dan dzalim! Tidak lain dan tidak bukan demi sesuatu bernama KESEJAHTERAAN, agar dapat hidup dengan nyaman dan bahagia.

Seandainya kesejahteraan pada saat masa pendudukan sudah didapatkan, percayalah tidak akan ada yang berperang melawan Portugis atau Belanda pada saat itu. Hal ini diindikasikan dengan disambutnya awal kedatangan Jepang oleh bangsa Indonesia, yang berpikir bahwa Jepang akan memberikan KESEJAHTERAAN, sekali lagi masa bodoh dengan urusan-urusan "sekunder" tadi, yang penting adalah SEJAHTERA. Jika waktu itu bangsa ini terlalu peduli dengan urusan-urusan "sekunder" tadi, tentu tidak akan ada sambutan untuk Jepang bukan?

Demi tujuan kesejahteraan itulah para pahlawan berjuang bersama mengangkat senjata, untuk tujuan kesejahteraan itulah para pemuda bersatu di bawah sumpah pemuda, untuk tujuan kesejahteraan itulah para organisatoris mendirikan berbagai kelompok perlawanan. Pada akhirnya, atas rasa senasib sepenanggungan, berbagai daerah menyatukan diri dalam satu kesatuan untuk melawan bangsa-bangsa penjajah dan akhirnya menang.

Meskipun, sepertinya ada fakta yang ingin kitaabaikan bahwa kemerdekaan ini secara tidak langsungadalah hadiah dari Amerika Serikat dengan bom atom-nya.Apakah anda yakin bung Karno bisa berproklamasi seandainya Jepang tidak hancur di PD II?

Mengapa tinggi sekali "harga diri" bangsa ini? Apakah memang karakter bangsa ini untuk selalu "meninggikan harga dirinya semaunya sendiri"???

Lalu apakah saya salah kalau mengatakan proklamasi merupakan buah keberhasilan dari upaya curi-curi kesempatan? Ya kalau salah saya minta maaf, saya yakin sebagian dari anda juga mempertanyakan itu cuma takut dicap ndak sopan kan? Ndak apa-apa biar saya saja yang dicap ndak sopan atau bodoh dan sebagainya. Saya harap yang pinter berkenan menjelaskan biar ndak salah paham lagi. Saya yakin kok yang pinter ndak akan emosi apalagi lapor-lapor, wong saya cuma nanya ya masak mau dipenjara ya mas Kaesang ya? Ooo ndes... ups maaf.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun