Mohon tunggu...
Marcko Ferdian
Marcko Ferdian Mohon Tunggu... Dosen

Love what you have || Kompasianer pemula

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Swasembada di Era Smart Farming: Menggagas Solusi Agroindustri dari Desa

11 Juni 2025   13:14 Diperbarui: 12 Juni 2025   06:56 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Smart Farming Flow Chart | Freepik

Sementara itu, kebanyakan petani belum familiar dengan teknologi digital, apalagi jika aplikasinya menggunakan bahasa asing atau butuh koneksi internet yang stabil. Tantangan infrastruktur digital di daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal) masih besar.

Mentalitas konservatif juga menjadi tembok tak kasatmata. Masih banyak orang yang menganggap bertani itu pekerjaan kasar, bukan profesi masa depan. Hal inilah yang menyebabkan generasi muda enggan turun ke sawah. Sehingga program agroindustri harus dibarengi edukasi berkelanjutan melalui SMK pertanian, kampus vokasi, komunitas digital desa, dan kampanye di media sosial.

Harapan: Kedaulatan, Inklusivitas, dan Kolaborasi

Smart farming itu tidak hanya tentang alat, tapi juga pola pikir dan sistem kerja baru. Smart Farming membutuhkan kolaborasi antara pemerintah, petani, akademisi, swasta, dan pelaku industri digital. Dana desa dapat difokuskan pada pembentukan koperasi digital, pelatihan drone dan aplikasi, pembangunan WiFi publik, sampai kepada subsidi alat teknologi pertanian.

Kampus pertanian dan politeknik harus lebih aktif dalam program pengabdian masyarakat yang aplikatif, seperti mendampingi satu desa selama satu musim tanam, bukan hanya sosialisasi sehari. Start-up agritech juga harus memperluas jangkauan teknologi mereka agar menjangkau petani kecil, bukan hanya petani korporat.

Jika semua pihak bekerja bersama, agroindustri bisa menjadi jembatan emas menuju swasembada pangan. Bukan dalam wujud gudang beras berlimpah, tetapi dalam bentuk sistem pangan yang berdaulat, berakar dari desa, dikelola secara digital, dan berorientasi pasar.

Musim Panen (Sumber: trijayakendari.com)
Musim Panen (Sumber: trijayakendari.com)

Swasembada sebagai Gerakan Sosial dan Budaya

Lebih dari sekadar target ekonomi, swasembada adalah cita-cita kolektif yang membutuhkan gerakan sosial. Ini soal harga diri bangsa, tentang bagaimana kita memaknai pangan bukan sekadar komoditas, tapi juga identitas budaya. Negara agraris seperti Indonesia tidak boleh kalah dalam urusan pangan.

Untuk itulah, saat kita berbicara smart farming dan agroindustri, sejatinya kita sedang menggagas masa depan Indonesia yang lebih berdaulat, berkelanjutan, dan bermartabat yang dimulai dari desa.

Sudah saatnya petani menjadi inovator, desa menjadi laboratorium teknologi, dan kita semua, baik itu pembuat kebijakan, pendidik, pelajar, aktivis, maupun konsumen menjadi bagian dari solusi. Karena swasembada bukan sekadar mimpi, melainkan panggilan sejarah yang harus dijawab hari ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun