Mohon tunggu...
Marcko Ferdian
Marcko Ferdian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pencinta Monokrom dan Choir

Love what you have || Kompasianer pemula

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Inilah Mengapa Debu Vulkanik Gunung Berapi Berbahaya bagi Kesehatan

5 Desember 2022   10:09 Diperbarui: 6 Desember 2022   03:45 1238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Letusan dari Kawah Jonggring Saloka Gunung Semeru dilihat dari Puncak Mahameru  Foto: Kompas.com/Anggara Wikan Prasetya

Belakangan ini erupsi gunung berapi di Indonesia sering terjadi. Rentetan peristiwa demi peristiwa jika ditarik mundur 10 tahunan ke belakang terkesan terjadinya peningkatan dari kualitas maupun kuantitas letusannya.

Jika dahulu kala, erupsi gunungapi tidak terlalu berdampak signifikan, mengingat saat itu penduduk kepulauan Nusantara ini masih sedikit, saat ini erupsi gunung-gunung tersebut sangat terasa dampaknya.

Sebagai wilyah atau zona cincin api pasifik (pacific ring of fire), Indonesia memiliki banyak sekali gunung berapi yang "rajin" meletus diantaranya Merapi di Yogyakarta, dan Semeru di Jawa Timur yang kemarin mengeluarkan bahan-bahan vulkaniknya.

Bahkan karena posisi Indonesia sebagai zona cincin api tersebut, Gunung Sinabung yang notabene sudah puluhan atau bahkan ratusan tahun tidak aktif, sempat meletus di tahun 2010 dan 2017 yang lalu.

Saat diberitakan oleh kompas edisi 4 Desember 2022, semburan debu vulkan sudah sejauh 19 kilometer dengan ketinggian mencapai 1,5 kilometer dari puncak gunung.

Bagaimana karakter debu erupsi Semeru dan gunungapi lainnya sehingga sangat mempengaruhi kesehatan.?

komponen kimia penyusun debu vulkan (merah untuk unsur Si, hijau untuk C, dan biru untuk O2)/Foto: Wasis A., dkk/Sumber: journal.itny.ac.id
komponen kimia penyusun debu vulkan (merah untuk unsur Si, hijau untuk C, dan biru untuk O2)/Foto: Wasis A., dkk/Sumber: journal.itny.ac.id

Karakter Debu Vulkan Semeru Secara Fisik dan Kimia

Umumnya jika terjadi letusan, yang keluar dari gunung berupa awan panas, lava, hujan abu dan gas beracun. Letusan Semeru sendiri memiliki dua tipe bahaya, di antaranya bahaya primer berupa batu, kerikil, pasir dan debu panas dengan suhu mencapai 600 derajad celcius. Sementara bahaya sekundernya berupa lahar dingin dan material lainnya.

Dari sisi fisik, erupsi Semeru menghasilkan ukuran partikel debu vulkan yang sangat kecil dengan diameter ukuran debu <1mm bahkan dalam beberapa penelitian, diameter partikel debu vulkannya mencapai ukuran mikron.

Semeru tergolong aktif sehingga dari hasil-hasil penelitian sebelumnya dapat diketahui bagaimana bentuk dari abu vulkan ini jika dilihat dengan menggunakan mikroskop.

Bentuk dimensi atau bangun ruang dari partikel abu ini sendiri tergolong tidak beraturan atau irregular. Seperti pecahan kaca atau beling, debu vulkan memiliki sisi-sisi yang tajam dan keras sehingga bisa dibayangkan apa dampaknya jika masuk ke dalam tubuh.

Karena ukurannya, debu vulkan mampu bertahan di udara. Saking kecil ukurannya, debu vulkan ini mampu terbawa angin atau mengikuti arah angin sehingga kemungkinan tempat jatuhnya akan sangat jauh dari zona utama erupsi.

Dari segi kimia, susunan debu vulkan secara umum tersusun dari unsur seperti karbon (C), Silikon (Si), Aluminium (Al), Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) sementara unsur gas utama yang dapat dideteksi dari susunan ini adalah oksigen.

Infografis bahaya debu vulkan gunungapi/By Sabit/Sumber: mmc.tirto.id
Infografis bahaya debu vulkan gunungapi/By Sabit/Sumber: mmc.tirto.id

Dampak Terpapar Debu Vulkan

Tak bisa dipungkiri bahwa debu vulkan dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Dari data-data peristiwa erupsi sebelumnya beberapa kasus yang umum terjadi adalah Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) teristimewa pada anak-anak.

Berkaca dari peristiwa Sinabung di tahun 2018 yang lalu, jumlah penderita ISPA lebih mendominasi dibanding gangguan kesehatan lainnya.

Kira-kira apa penyebabnya? 

Saat erupsi terjadi, material yang dimuntahkan mengandung komponen silika (Si) yang berbentuk seperti kristal, berukuran sangat kecil. Jika masuk ke dalam tubuh karena terhirup, partikel ini dapat masuk ke bagian terdalam dari paru-paru. Dalam beberapa sumber pustaka disebutkan karena ukurannya yang kecil, silika akan bertahan di dalam paru-paru, tidak tersaring dengan baik ketika melewati hidung.

Dari bentuk fisik yang terlihat dari pengamatan mikroskop, silika merupakan komponen debu yang keras dan tajam sehingga dalam perjalanannya di dalam tubuh, menyebabkan iritasi bahkan melukai jaringan-jaringan lunak yang dilaluinya.

Gambar sebagai ilustrasi/foto SEM debu vulkanik/Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id
Gambar sebagai ilustrasi/foto SEM debu vulkanik/Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id

Dalam sebuah dokumen hasil kolaborasi IVHHN (International Volcanic Health Hazard Network), Cities on Volcanoes Commission ( IAVCEI) GNS Science dan USGS (United States Geological Survey) tentang bahaya abu gunugapi terhadap kesehatan, menyebutkan bahwa debu vulkan ini akan sangat membahayakan penderita paru-paru kronis.

Hal tersebut karena debu yang masuk ke dalam tubuh mengiritasi saluran pernapasan dan menyebabkan kontraksi. Debu yang mengandung silika ini menghasilkan banyak sekresi sehingga penderita akan lebih banyak batuk dan sulit bernapas.

Selain permasalahan pernapasan, dari dokumen tersebut juga menjelaskan bahwa mata yang terpapar debu vulkan akan mengalami iritasi yang disebabkan masuknya partikel debu, terutama komponen silika yang dari kenampakan fisiknya di bawah mikroskop terlihat keras dan tajam.

Butiran-butiran debu yang tajam menyebabkan rusaknya jaringan kornea mata. Terpaparnya debu vulkan pada organ penglihatan ini menyebabkan kornea menjadi tergores dan efek iritasi yang sakit dan perih. Bagi pengguna lensa kontak sangat disarankan untuk melepas lensa kontak tersebut untuk menghindari terjadinya abrasi kornea.

Gambar sebagai ilustrasi/Sumber: bpbd.serangkab.go.id
Gambar sebagai ilustrasi/Sumber: bpbd.serangkab.go.id

Apa yang harus dilakukan?

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah dan melindungi diri dari debu vulkan atau abu gunungapi tersebut diantaranya;

Kurangi berkendara

Segera setelah hujan debu, direkomendasikan untuk tidak berkendara sebab hujan debu meskipun terlihat sementara, jarak pandang dan kualitas udara menjadi buruk, air hujan mampu meredam namun karena sifatnya yang cepat kering, debu akan kembali bertebaran. Jika harus berkendara, jaga jarak aman serta kemudikan kendaraan dengan pelan.

Perlindungan tubuh

Selalu gunakan masker, karena masker dirancang untuk memiliki perlindungan berlapis guna mencegah masuknya benda asing berukuran kecil ke dalam tubuh, namun jika tidak terdapat masker, kain bisa menjadi pilihan tetapi sebelum digunakan, ada baiknya kain tersebut dibasahi agar efektif menangkap debu.

Untuk melindungi mata, sebaiknya gunakan kacamata pelindung atau kacamata korektif dibanding lensa kontak.

Inilah beberapa alasan mengapa debu vulkan sangat berbahaya bagi kesehatan, tidak ada orang "sakti" yang kebal terhadap paparan langsung debu ini sehingga sangat baik jika berhadapan dengan kondisi tersebut, perlindungan diri diutamakan.

Besar harapan kiranya perlindungan-Nya diberikan bagi para petugas dan sukarelawan yang terjun langsung untuk membantu para pengungsi dan masyarakat terdampak. Begitupun dengan masyarakat yang merasakan langsung, semoga bantuan serta pertolongan yang diberikan dapat membantu meringankan beban yang dialami.

Sumber :

[1],[2],[3],[4]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun