Industri, inovasi, dan infrastruktur merupakan fondasi penting dalam memperkuat daya saing suatu bangsa di era globalisasi. Kemajuan teknologi dan pertumbuhan ekonomi dunia saat ini menuntut negara-negara untuk memiliki infrastruktur yang tangguh, industri yang kompetitif, serta ekosistem inovasi yang berkelanjutan. Tanpa adanya pembangunan infrastruktur yang merata, kesenjangan antarwilayah akan semakin lebar dan menghambat integrasi ekonomi nasional. Demikian pula, industrialisasi yang tidak inklusif berisiko menimbulkan ketimpangan sosial dan lingkungan. Oleh sebab itu, SDG 9 hadir sebagai kerangka strategis untuk menjawab tantangan pembangunan dengan menekankan keberlanjutan, inklusivitas, dan inovasi.
Indonesia sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia memiliki peluang besar untuk menjadikan SDG 9 sebagai landasan transformasi ekonomi. Dengan pasar domestik yang luas dan bonus demografi pada 2045, Indonesia berpotensi menjadi kekuatan ekonomi global bila mampu mengoptimalkan pembangunan industri dan infrastruktur (Pratiwi, 2025. Namun, kenyataannya masih terdapat tantangan berupa ketimpangan infrastruktur antarwilayah, rendahnya kualitas sumber daya manusia, serta keterbatasan riset dan inovasi. Kondisi ini membuat daya saing Indonesia di tingkat internasional masih tertinggal dibanding negara maju di kawasan Asia. Oleh karena itu, upaya implementasi SDG 9 menjadi sangat mendesak untuk mempercepat pembangunan nasional yang inklusif dan berkelanjutan.
Sejalan dengan visi pembangunan berkelanjutan, pemerintah Indonesia telah meluncurkan berbagai program strategis yang mendukung pencapaian SDG 9. Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) sebagai kota modern, cerdas, dan hijau merupakan salah satu contoh nyata dari upaya membangun infrastruktur berkelanjutan. Selain itu, penguatan ekosistem inovasi melalui inkubator bisnis di perguruan tinggi, peningkatan akses pembiayaan bagi UMKM, serta pemanfaatan teknologi energi terbarukan juga menjadi langkah konkret yang dijalankan. Meski demikian, keberhasilan implementasi SDG 9 tidak hanya bergantung pada kebijakan pemerintah, tetapi juga pada partisipasi sektor swasta, akademisi, dan masyarakat luas. Dengan kolaborasi yang kuat, Indonesia dapat menjadikan SDG 9 sebagai motor penggerak menuju transformasi ekonomi yang inklusif, tangguh, dan berdaya saing global.
Pembahasan
Pencapaian SDG 9 di Indonesia sangat penting karena berkaitan dengan infrastruktur, industrialisasi, dan inovasi yang berkelanjutan. Infrastruktur yang tangguh menjadi fondasi integrasi wilayah sekaligus kunci pemerataan pembangunan nasional. Namun, kesenjangan infrastruktur antarwilayah masih nyata, terutama di Indonesia bagian timur yang minim akses jalan, listrik, dan internet. Kondisi ini memperlebar jurang ketimpangan sosial-ekonomi antarwilayah. Penelitian menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 turut memperlambat pencapaian SDG 9 akibat terhambatnya alokasi anggaran pembangunan infrastruktur (Nauli, 2022).
Dari sisi industrialisasi, Indonesia berupaya melakukan transformasi menuju industri yang berdaya saing global sekaligus ramah lingkungan. Hilirisasi sumber daya alam seperti nikel, bauksit, dan kelapa sawit didorong untuk meningkatkan nilai tambah perekonomian. Di sisi lain, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mendapat dukungan melalui akses permodalan seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) agar mampu bertahan di era digital. Meski demikian, industrialisasi masih menghadapi tantangan berupa keterbatasan teknologi, pembiayaan, serta kualitas tenaga kerja. Negara dengan diversifikasi sektor industri terbukti lebih tangguh menghadapi krisis dan lebih cepat pulih pasca-pandemi (Akhmadi, 2024).
Aspek inovasi menjadi pilar penting dalam SDG 9 yang menentukan keberlanjutan pembangunan jangka panjang. Namun, investasi riset dan pengembangan (research and development) di Indonesia masih rendah dibandingkan negara tetangga di Asia Tenggara. Padahal, inovasi teknologi digital, energi terbarukan, dan kecerdasan buatan dapat memperkuat transformasi industri nasional. Pemerintah meluncurkan program 1000 Startup Digital untuk mendorong kewirausahaan berbasis teknologi dan memperkuat ekosistem inovasi. Studi menunjukkan bahwa ekosistem inovasi yang inklusif, berbasis ICT, dan didukung pembiayaan berkelanjutan menjadi kunci dalam mewujudkan SDG 9 (Hales & Birdthistle, 2022).
Tantangan lain dalam pencapaian SDG 9 adalah pembiayaan infrastruktur yang membutuhkan dana sangat besar. Alokasi APBN tidak mampu menutup seluruh kebutuhan, sehingga perlu alternatif pendanaan berkelanjutan. Sukuk negara misalnya, dapat menjadi instrumen keuangan syariah untuk membiayai proyek infrastruktur berkelanjutan. Meski potensial, implementasi sukuk masih menghadapi kendala berupa rendahnya literasi masyarakat, regulasi, dan tata kelola penerbitan. Penelitian menunjukkan sukuk dapat menjadi solusi pembiayaan SDG 9 jika didukung regulasi yang kuat dan kesadaran publik yang lebih luas (Abubakar & Handayani, 2020).
Secara global, pencapaian SDG 9 menghadapi tantangan berupa ketimpangan akses teknologi dan infrastruktur antara negara maju dan berkembang. Negara-negara di kawasan Global South, termasuk Indonesia, masih membutuhkan transfer teknologi, kolaborasi riset internasional, dan investasi hijau. Integrasi digital juga menjadi peluang besar dalam mempercepat industrialisasi inklusif, terutama melalui perluasan broadband dan ekosistem industri 4.0. Perspektif sosiologis menegaskan bahwa pandemi memperburuk ketidaksetaraan, tetapi digitalisasi dapat menjadi motor pemulihan industri berkelanjutan (Klimczuk dkk., 2024). Dengan memanfaatkan bonus demografi dan potensi pasar domestik, Indonesia berpeluang menjadikan SDG 9 sebagai motor transformasi ekonomi yang inklusif, tangguh, dan berdaya saing global.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, SDG 9 tentang industri, inovasi, dan infrastruktur memiliki peran vital dalam mendorong pembangunan berkelanjutan Indonesia. Berbagai inisiatif, seperti pembangunan Ibu Kota Nusantara, penguatan UMKM melalui akses pembiayaan, pemanfaatan energi terbarukan, serta inkubator bisnis di perguruan tinggi, menunjukkan langkah konkret menuju industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan. Meski masih dihadapkan pada tantangan berupa ketimpangan infrastruktur, keterbatasan pendanaan, rendahnya kualitas sumber daya manusia, dan minimnya kolaborasi global, peluang besar tetap terbuka melalui bonus demografi dan inovasi teknologi. Oleh karena itu, implementasi SDG 9 harus diposisikan sebagai prioritas nasional dengan melibatkan pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat secara kolaboratif. Dengan komitmen yang konsisten, Indonesia berpotensi mewujudkan visi pembangunan berkeadilan, tangguh, dan berdaya saing global menuju Indonesia Emas 2045.