Mohon tunggu...
Marcellinus Vitus Dwiputra
Marcellinus Vitus Dwiputra Mohon Tunggu... Freelancer - Il Pellegrino e Il Ricercatore del mondo...

Sto studiando per godere la vita

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Asyiknya Keliling Museum Gratis di Kota Abadi

3 Februari 2020   22:11 Diperbarui: 4 Februari 2020   03:38 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Castel Sant'Angelo. Foto: Dokumentasi Pribadi

Fun Fact: Jika di Paris hanya terdapat satu arco, yakni Arc de Triompe, di Roma terdapat banyak sekali arco yang sama luar biasanya.

Arco di Tito untuk mengenang Kaisur Titus. Foto: Dokumentasi Pribadi
Arco di Tito untuk mengenang Kaisur Titus. Foto: Dokumentasi Pribadi
Colosseo menjadi tempat terakhir yang hendak saya kunjungi. Namun, karena terlalu asyik mengunjungi Foro Roma saya tiba di pintu masuk Colosseo pukul 15.32 waktu Roma. Sementara pintu masuk ditutup puku 15.30. Alhasil, hasrat untuk memasuki Colosseo secara "gratis" harus saya urungkan untuk satu bulan ke depan.

Lokasi yang bersebelahan menjadikan Foro Romano menjadi lokasi favorit untuk berfoto dengan latar belakang Colosseo. Foto: Dokumentasi Pribadi
Lokasi yang bersebelahan menjadikan Foro Romano menjadi lokasi favorit untuk berfoto dengan latar belakang Colosseo. Foto: Dokumentasi Pribadi
Domenica al Museo: Mengenal Identitas dan Antidote Media Sosial

Bagi saya, pengalaman Domenica al Museo menjadi kesempatan menarik untuk belajar sejarah dan peradaban di kota Roma. Namun, lebih dalam dari itu: Mengenal Identitas Roma (dan Kekaisaran Roma) itu sendiri. Museum menjadi tempat "merawat ingatan" sejarah yang membentuk identitas bangsa.

Oswald Spengler (1880-1936), dalam bukunya The Decline of the West, menggambarkan sejarah sebagai satuan organik yang memiliki siklus kehidupannya masing-masing: Lahir -- tumbuh -- berkembang -- Kematian. 

Dalam siklus itulah, terdapat kekhasan dari masing-masing peradaban yang dapat menjadi bahan pembelajaran ke depannya. Domenica al Museo menawarkan kesempatan tersebut.

Pengunjung yang datang pada saat Domenica al Museo tidak hanya para orang tua atau orang dewasa, melainkan juga para anak muda dan anak kecil. 

Banyak keluarga yang datang beserta anggota keluarga lainnya. Menjadi momen menarik ketika orangtua mengenalkan kepada anak-anaknya suatu kisah sejarah langsung dari tempat peristiwa sejarah itu berlangsung. Dengan kata lain, Domenica al Museo menjadi sarana "pengenalan identitas".

Hal menarik lainnya adalah Domenica al Museo ialah menjadi momen kebersamaan dan perjumpaan dengan orang lain: pergi bersama anggota keluarga dan teman, panjangnya antrian, dan ramainya museum. 

Hampir sebagian besar asyik berinteraksi langsung dengan orang lain pada momen ini, dan bukan perkara update status ataupun feed instagram. Tidak menampik tetap hadirnya media sosial, namun "intereksi langsung" dengan pribadi lain menjadi bintang utamanya. Dengan demikian, bolehlah dibilang demikian: Domenica al Museo menjadi antidote Media Sosial.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun