Mohon tunggu...
Andri Setiawan
Andri Setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Aku Membaca Maka Aku Ada

Kemampuan terbesar manusia adalah bergosip dan berimajinasi

Selanjutnya

Tutup

Politik

"Relevansi Antara Konsep Ibnu Khaldun dengan Sosial Politik Indonesia Menuju Perubahan Kekuasaan Tahun 2024"

19 Juni 2021   22:47 Diperbarui: 19 Juni 2021   23:42 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kedepan Indonesia harus bisa memperkuat dan mempertajam Vision, Strategi dan doktrin pertahanan, "kenapa itu harus benar-benar diperhatikan?" Perang masa depan akan lebih mengerikan karena mengatasnamakan "kemanusiaan" sebagai contoh dulu negara-negara adikuasa berperang hanya memperebutkan sumber daya alam dan jalur perdagangan. Tapi sekarang sangat berbeda, karena kedepan akan ada operasi militer "humanitarian intervention" mengatasnamakan kemanusiaan dan HAM yang akan dijadikan sebuah senjata negara adikuasa dalam "Intervensi" suatu negara. Jikalau suatu negara tidak bisa menangani permasalahan keuangan dan kesejahteraan rakyat nya. 

Senada dengan hal tersebut, Mantan Presiden Soeharto mengingatkan akan bahaya situasi "globalisasi pada abad ke 21" di mana banyak serbuan produk asing yang masuk ke Indonesia. Dalam isi pidatonya Soeharto memberikan ingatan "Jika pemuda nanti kesemsem dengan produk yang murah namun hasil produksi luar negeri atau impor, hancur daripada bangsanya". Maka "Salah satu bentengnya adalah cinta produk dalam negeri, agar produsen dalam negeri tidak mati", kalau kita lihat realita yang terjadi hari ini nubuatan Soeharto menjadi kenyataan, dimana Cina dan Amerika sudah menguasai pangsapasar di Indonesia. Pesan yang tersirat beliau 26 tahun silam yaitu "Mari kita hidupkan kembali nasionalisme kita, dengan mencintai, membeli dan menggunakan produk dalam negeri". Jikalau para pemuda tidak memiliki jiwa Nasionalisme maka berakibat 'Banyak pengangguran tak bisa bekerja' karena matinya produksi dalam negeri akibat serbuan produk asing yang masuk yang mengakibatkan sepi pembeli dan berdampak gulung tikar sejumlah pabrik - pabrik dan home industri yang memproduksi produk dalam negeri.

Negara dan Ulama


Negara sebagai tempat berkumpulnya segala eleman dan lapisan masyarakat sudah tentu memiliki peran yang begitu besar terhadap kelangsungan hidup rakyat yang terdapat didalamnya. Negara jika kita ibaratkan, seperti sebuah rumah yang kokoh dengan pondasi dan pilar-pilar yang kuat. Pondasi yang kuat merupakan dasar dari pada sebuah bangunan. Ditambah lagi dengan pilar-pilar tiang penyangga yang kokoh dapat menopang rumah dari segala macam angin dan badai. Apalagi ditambah dengan campuran semen, pasir, koral, besi dan kerikil yang pas tentu saja menambah daya tahan lama dan tidaknya sebuah bangunan. Namun tidak menutup kemungkinan sebuah rumah dapat runtuh jika orang-orang yang tinggal didalamnya ingin menghancurkan rumah tersebut.

Berbicara tentang runtuhnya sebuah Negara tidak lepas dari peran masyarakat dan pemimpin. Banyaknya kerajaan-kerajaan dimasa keemasan islam maupun kerajaan yang notabenenya hindu-budha di Indonesia, memberikan gambaran kepada kita bahwa sebuah kekuasaan dapat runtuh begitu saja dan hanya menjadi sejarah dalam peradaban zaman. Ibnu Khaldun dalam teorinya tentang negara memberikan penggambaran fase-fase tentang runtuhnya sebuah negara dan kekuasaan.

Sehingga sejarah tidak terlepas dari perkembangan suatu peradaban, entah itu peradaban negara, kelompok, hingga zaman. Ibnu Khaldun mengklasifikasikan tumbuhnya suatu peradaban menjadi 6 tahap ;
Tahap pertama, negara memiliki solidaritas yang sangat tinggi, merasa lebih kompak dan tak terkalahkan karena solidaritas masyarakat yang kuat.


Tahap kedua, penguasa berusaha menguatkan kekuasaannya dan bertindak otoriter. Tidak hanya berbuat semena-mena, ia bahkan menyingkirkan musuh-musuhnya dan segala macam hal yang dapat merugikannya dan menggoyahkannya.


Tahap ketiga, negara mulai menikmati hasil dari pemerintah sebelumnya dan pada tahap ini solidaritas mulai lemah.


Tahap keempat, negara mulai statis, tidak ada kreativitas, tidak ada pembaharuan, dan negara mulai kacau.


Tahap kelima, penguasa mulai menghamburkan kekayaan, moral penguasa mulai rusak dan pada tahap ini korupsi, suap, nepotisme dan segala hal yang merusak negara mulai merajalela.


Tahap terakhir, negara hancur, pecah, dan bercerai-berai. Sepanjang sejarah banyak negara yang telah mengalami kehancuran, padahal negara tersebut pernah berjaya dan berkuasa hingga diakui seluruh dunia. Seperti, Ottoman Empire (1299-1922), Uni Soviet (1922-1991), Yugoslavia (1918-1992), Jerman Timur (1949-1990) dan Orde baru (1966 - 1998) Kekuasaan yang berlangsung selama 32 tahun tersebut, runtuh akibat demonstrasi yang dilakukan masyarakat dan mahasiswa. Akibatnya adalah terjadi perubahan besar-besaran terhadap ketatanegaraan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun