Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Keseruan Ngabuburit Keliling Situs Sejarah Banten Lama Sambil Bersepeda

4 Mei 2020   07:48 Diperbarui: 4 Mei 2020   07:58 1233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halaman Vihara Avalokitecvara (Dokpri)

Jika kesini jangan kaget ketika melihat anak-anak bermain bola di tengah keraton yang dijadikan sebagai lapangan. Kawasan ini memang terbuka, jangankan anak-anak bermain bola, warga saja sampai mengembalakan kambingnya di sini.

Keraton Surosowan

Setelah mengunjungi Keraton Kaibon, kita bergerak ke utara. Berjarak 500 meter dan menyebrangi sungai Cibanten kita telah sampai di Keraton Surosowan.

di depan Kraton Surosowan (Foto Faesal/Dokri)
di depan Kraton Surosowan (Foto Faesal/Dokri)

Seperti Kaibon, Surosowan juga hanya meninggalkan reruntuhannya saja. Dahulu keraton ini menjadi pusat pemerintahan yang berkaitan dengan politik, ekonomi, sosial, serta budaya. Surosowan menjadi tempat tinggal para raja. Sementara para keluarga raja, pejabat tinggi kesultanan, dan bangsawan tinggal di sekitarnya.

Keraton seluas 3 hektare ini mulai dibangun sejak  tahun 1552 hingga 1570 dengan empat fase pembangunan. Sayang banget, ketika Kesultanan Banten ditaklukan Belanda,  keraton dihancurkan atas perintah Gubernur Jendral Herman Deandles pada tahun 1813. Keraton ini pun terpaksa ditinggalkan oleh para penghuninya.


Meski tinggal bekas reruntuhannya saja, keraton yang bersebelahan dengan Masjid Agung Banten ini menarik untuk dikunjungi. Revitalisasi kawasan Banten Lama membuat tempat bersejarah ini lebih terawat dan cantik.

Masjid Pecinan Tinggi

Berhubung tidak bisa masuk Masjid Agung Banten, perjalanan bersepedah menuju arah barat, tepatnya di kampung yang dulunya dihuni oleh warga asal Cina. Di sini terdapat Masjid Pecinan Tinggi.

Bagian depan Masjid Tinggi Cina (Dokpri)
Bagian depan Masjid Tinggi Cina (Dokpri)
Masjid yang dahulunya dijadikan sebagai kawasan perdagangan warga Cina ini pun hanya meinggalkan sisa puing bangunan saja. Bagian masjid yang tersisa adalah mihrab dan fondasi bangunan masjid. Menara masjid berbentuk persegi empat ini masih sangat kokoh.

Ternyata masjid ini usianya lebih tua dari Masjid Agung Banten. Sultan Syarif Hidayatullah sebagai Sultan Banten pertama yang membangun, kemudian pembangunan dilanjutkan oleh anaknya Sultan Maulana Hasanuddin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun