Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Bahaya Terlalu Santuy Baca E-Book

15 Januari 2020   19:31 Diperbarui: 16 Januari 2020   18:47 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku dan ebook (Dokpri)

Beberapa minggu terakhir, membaca melalui layar elektronik dari gawai dan leptop menjadi keharusan yang saya lakukan.

Sebagai mahasiswa yang sedang menyusun tugas akhir karya tulis, membaca puluhan jurnal online dan ebook menjadi satu kewajiban untuk menambah refrensi. Kebetulan buku-buku rujukan sulit ditemukan.

Sebagai kaum rebahan, membaca ebook dengan gawai membuat semakin simpel. Cukup mengambil posisi senyaman mungkin di tempat tidur bisa membaca dengan santuy.

Namun sering berlama-lama membaca di layar elektronik membuat mata mengalami sakit. Ada perih di bola mata. Pusing di sekitar pelipis kepala. Bahkan pandangan kabur. Jika terlalu lama rebahan, kemudian bangun, membuat keseimbangan tubuh juga terganggu.

Setelah periksa ke klinik, dokter mendiagnosis saya mengalami astenopia atau eye strain. Sebuah kondisi yang terjadi ketika mata mengalami kelelahan setelah beraktivitas berlebihan menatap layar gawai dan leptop. Jika terus-terusan dilakukan bisa saja mengalami buta.

Kondisi mata sakit ini benar-benar mengesalkan. Rasa sakit membuat sulit tidur. Padangan mata terlihat kabur dan mengalami sensitif terhadap paparan cahaya langsung.

Bahkan konsentrasi dan daya ingat saat menyadur kutipan ke dalam karya tulis yang tinggal copy dan paste, berdampak terhadap kemampuan mengingat yang lemah. Kemudahan itu justru membuat saya sulit menganalisa dan memahami isi ebook yang dibaca.

Melepaskan diri dari bacaan ebook dan jurnal digital rasanya sulit. Apalagi itu sudah berdasarkan rekomendasi dosen pembimbing yang sesuai dengan penelitian. Mencoba mencetak ke kertas bisa saja jadi solusi, namun jumlah lembaran yang cukup banyak hanya akan membuat sampah saja.

Ketika beralih ke buku konvensional atau buku biasa ada transisi yang tidak membuat nyaman lagi. Mata yang sudah lelah terpapar cahaya biru rupanya tidak bisa diredam dengan membaca tulisan di kertas. Kebiasaan membaca di layar eketronik juga merasa kehilangan rasa fisik buku.

Ketika mengalami dampak negatif terhadap bacaan elektronik, lalu apa yang mesti dilakukan?

Layar elektronik setidaknya mampu mengeluarkan cahaya biru dengan jarak 30 cm. Tingginya cahaya ini tentu harus diimbangi dengan penerangan di sekitar ruangan. Artinya jangan coba-coba membaca di layar elektronik dengan pencahayaan ruang yang minim. Mata akan dipaksa dijejali oleh pancaran cahaya biru yang menyakitkan.

Membaca dalam posisi duduk juga akan lebih membantu dari pada membaca sambil rebahan. Generasi rebahan pastinya lebih suka membaca atau bermain gudget dengan posisi tiduran. Emang enak sambil santai, tapi kata Bang Haji Roma Irama, yang enak-enak justru yang dilarang. Membaca sambil rebahan memang enak, tapi saraf dan otot mata justru menegang.

Membatasi membaca di layar elektronik sebelum tidur juga, kata dokter, harus dilakukan. Minimal dua jam sebelum tidur. Karena pengaruhnya bisa menyebabkan otak tegang dan setres, bisa membuat sulit tidur.

Sebagai karyawan yang seharian sibuk dengan pekerjaan, menyelesaikan tugas kuliah tentu lebih banyak pada malam hari, tidak kecuali menulis artikel untuk kompasiana.  Disarankan berhenti melakukan aktifitas membaca di layar elektronik sebelum tidur.

Kita semua tahu, membaca memang memiliki sejumlah manfaat. Perkembangan teknologi yang mempermudah adanya ebook lebih simpel untuk dibaca. Bisa sambil rebahan dengan santuy. Namun penyakit juga bisa dengan santuy hadir tanpa kita sadari.

Berhentilah membaca sejenak ketika mata merasa sudah lelah. Mengalihkan pandangan ke objek yang menyegarkan, seperti pohon-pohon yang menghijau, gadis tetangga yang cantik, atau sesuatu yang menarik lainnya.

Jangan memaksakan mata menerima paparan cahaya biru terus menerus. Apalagi membaca membuat mata fokus pada layar saja, jika berlama-lama akan membuat otot dan saraf bola mata menjadi tegang.

Bukan hanya itu saja, para peneliti menemukan cahaya biru yang menyinari sel-sel mata mengubah molekul vital di retina menjadi pembunuh sel. Kornea dan lensa mata menjadi tidak dapat menghalangi atau memantulkannya. Jika berlangsung lama, bola mata akan rusak dan mengalami kebutaan.

Salah satu menjaga mata agar tetap sehat tentu hanya bisa dilakukan pembatasan dan bijak mengatur waktu menggunakan layar elektronik. Kembali ke buku konvensional juga bisa membuat sehat mata meskipun lama-lama membaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun