Kedua matanya terbelalak hebat menatap para peserta yang sibuk menulis cerita dengan khidmat. Beberapa di antaranya ia tahu ada dua peserta yang langganan juara dari tahun ke tahun. Ya, Freya terlambat datang, lomba sudah dimulai sejak sepuluh menit yang lalu.Â
Freya menutup kedua mata. Doa dan harapan terbaik ia bumbungkan ke langit. Nafasnya ia tarik dalam-dalam menghimpun serpihan kisah hidup yang terlalu mencekam. Tibalah sugesti diri untuk menulis cerita kegetiran hidup yang telah ia lalui selama ini.
Satu jam lebih Freya menumpahkan haru biru gelombang ombak kehidupan yang menimpa diri dan keluraga kecilnya di atas kertas. Di atas kertas itulah pengorbanan terakhirnya dilabuhkan. Ia berharap tautan rasa dan gunung harapan dapat mencair. Frekuensi emosional dapat menyentuh nurasi dewan juri.Â
Dua jam berlalu, dewan juri usai mengkhatamkan semua naskah. Tibalah momentum yang membuat jatung semua peserta berbedar lebih kencang. Ya, detik-detik pengumuman juara kompetisi akan segera diumumkan.Â
Freya menunduk. Dilihatnya luka berbalut darah di kedua lutut yang sudah mengering. Ia memejamkan kedua mata. Kilas balik perjalanan hidupnya begitu jelas tergambar di benak. Kini ada banyak ruang yang menganga. Kerinduan yang tak tertahan akan sosok sang ayah, kekhawatiran yang kian membuncah terhadap sang ibu yang tak kunjung sembuh dan adik kecilnya yang membutuhkan mentari untuk terus tumbuh.Â
"Alhamdulillah, rekapitulasi hasil penilaian dewan juri telah usai. Kini tibalah saatnya saya mewakili panitia pelaksana mengumumkan pemenang lomba menulis cerita pendek. Mohon maaf jika seluruh peserta harus menunggu sedikit agak lama", tegas panitia.Â
"Dewan juri merasa tertampar sekaligus haru biru tatkala membaca tiga naskah terbaik. Tapi lebih takjub dan simpati lagi manakala membaca cerita perjuangan seorang gadis memperjuangkan kehidupan di tengah-tengah kondisi ekonomi yang tidak memihak kepada keluarganya.Â
Kami hanyut dan merasa terpukul oleh perjuangan gadis kecil yang tumbuh karena tempaan tanggung jawab. Kiranya kami sepakat untuk memuliakan dan menghargai caranya menuangkan kisah inspiratif itu kedalam tulisan yang renyah dan hidup sehingga tidak bosan membacanya", lanjut panita.
"Jadi anda sudah tahu kan siapa pemenangnya?", panitia sembari mengarahkan micphone ke arah para peserta. Semuanya mematung hanya Freya seorang yang terperangah dan tidak percaya. "Apa mungkin yang dimaksud itu aku ya?", gumam Freya dalam hati sambil mata berkaca-kaca.Â
"Ya, itu kamu. Ya, kamu. Pemenangnya, ya kamu itu, Fre... Fre... Freyaaaaaa", suara lantang panitia seolah mendengar gumam Freya. Air mata pun membanjiri pipi Freya. Ia masih tidak percaya Juara 1 menjadi miliknya.
Kedua tangan pun ia angkat, "Alhamdulila.... Ya Allah. Terima kasih atas anugerah dan nikmatmu. Berkat doamu, Bu, aku berhasil. Aku bisa segera membawamu ke rumah sakit. Terima kasih, Adik. Doa-doa sucimu dikabulkan Allah. Terima kasih, Lit, berkat dukunganmu dan ayahmu aku sampai di titik ini".