Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pengemis

23 Juli 2020   22:39 Diperbarui: 23 Juli 2020   22:30 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Siapa gerangan yang disebut derajat hina?
Orang seperti apa yang dimaksud durjana?
Termasuk para pemeluk keyakinan bermuka dua
Dalam persebagian waktu hobinya mengadu domba

Boleh mungkin aku sedikit mempersepsikannya
Berterus-terang tanpa berbisik-bisik menjatuhkannya
Meraba-raba penuh waspada tanpa menaruh curiga
Sedikit mengobati rasa penasaran yang membuncah di dada

Sekarang izinkan aku mengawali menanyakannya
Diakah yang menenteng mangkuk di pinggir jalan sembari mengiba?
Merekakah yang melekatkan pakaian lusuh di tubuhnya?
Kamukah yang cacat di atas kenormalan fisik berpura-pura?
Ataukah justru aku yang kerapkali menjadi penjilat handal, lantaran hasrat yang membabi buta?

Barang sesaat manusia lebih suka dalam-dalam membenamkan diri dengan sengaja
Memoles wajah dengan ekspresi penuh derita
Seakan-akan kehidupan dunia telah mengucilkannya
Menistakan apa-apa yang menjadi pilihan sekejap dengan dengkulnya

Sementara angin menyapu tiap seperinci tawanya
Sang awan telah meletakkan suram dalam benaknya
Mentari mencabut sinar pesona rupawan miliknya
Dan embun sibuk menitipkan gelayut butir kusamnya

Lantas siapakah yang disebut sengsara?
Jika nyatanya masing-masing kita sibuk banting tulang memeras keringat dingin yang tak pernah tak ada habisnya
Mengering sesaat kemudian meneteskan peluhnya

Namun, belakangan ini berkali-kali kulihat mereka sedang berdusta
Sedang pandai mainkan peran dalam drama
Hilir-mudik kemari ke sana
Menimang-nimang buah hatinya sebagai cideramata
Diam-diam sembari mengeksploitasinya

Anak-anaknya riang berlari-lari di sekitarnya
Sementara sang ibu yang bugar itu terus lihai menengadahkan telapak tangan kanannya
"Pak, Bu, sedekahnya...", tukasnya meminta-minta
Rangkaian dalil andalan akal bulus itu yang terus-menerus dilontarkannya

Menyusur jalan, melongak dedaun pintu yang menganga
Berharapan penuh lembar rupiah beralih kepemilikannya
Dengan mudah tanpa terpaksa
Menunggang sedekah memburu pahala
Pun ia sedang asyik menabur do'a mengatasnamakan penggadaian kunci surga

Ah, dia mungkin lupa tentang sepenggal cerita
Tentang usaha keras mengukir makna
Tentang kesederhanaan hidup arti bahagia
Tentang riwayat Diogenes yang anti bertakdir tuna
Tentang mengemis, namun hakikatnya sedang membebaskan jiwa-jiwa
Menegaskan ketiadaan dan fakir adalah karakter manusia

Tulungagung, 23 Juli 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun