Mohon tunggu...
Maman Abdullah
Maman Abdullah Mohon Tunggu... Pengasuh Tahfidz | Penulis Gagasan

Magister pendidikan, pengasuh pesantren tahfidz, dan penulis opini yang menyuarakan perspektif Islam atas isu sosial, pendidikan, dan kebijakan publik.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Barang Sitaan Dibakar, Rakyat Kelaparan: Dimana Nurani Negara?

4 Oktober 2025   06:35 Diperbarui: 4 Oktober 2025   06:35 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam maqashid syariah, setiap harta yang berada di tangan negara—apalagi hasil sitaan—seharusnya diarahkan untuk kemaslahatan umum. Selama barang itu aman, lolos uji mutu, dan tidak membahayakan, lebih utama bila dimanfaatkan: diberikan ke fakir miskin, lembaga sosial, pesantren, sekolah, atau dijual lewat lelang lalu uangnya disalurkan ke program sosial.

Membalik Pola Pikir

Coba bayangkan: bawang putih sitaan yang tadinya akan dibakar, ternyata setelah diuji layak konsumsi, lalu disalurkan ke dapur umum korban bencana. Bukankah itu lebih menenteramkan? Atau laptop sitaan yang masih berfungsi, diserahkan ke sekolah negeri di pelosok. Bukankah itu akan melahirkan generasi belajar lebih baik?

Dari barang bukti kriminal bisa lahir berkah sosial. Dari sitaan bisa tumbuh manfaat. Itulah cara pandang yang sesuai dengan nurani, juga sesuai dengan nilai Islam.


Reformasi yang Mendesak

Tentu saja, tidak semua barang bisa diselamatkan. Jika barang berbahaya, kadaluwarsa, atau terbukti melanggar standar keamanan, pemusnahan memang harus dilakukan. Tetapi yang masih layak, seharusnya jangan buru-buru dimusnahkan.

Diperlukan sistem yang lebih transparan:

  1. Barang sitaan diklasifikasi: layak pakai, tidak layak, berbahaya.
  2. Barang layak diuji mutu oleh lembaga terkait (BPOM, Kementan, BSN).
  3. Distribusi barang dilakukan terbuka, melibatkan lembaga sosial dan pemerintah daerah.
  4. Lelang dilakukan secara transparan, hasilnya masuk kas negara untuk program sosial.
  5. Audit independen agar tidak ada ruang bagi oknum bermain.

    Dengan mekanisme seperti ini, negara bukan hanya menegakkan hukum, tetapi juga menghadirkan keadilan sosial.


Penutup

Membakar rokok ilegal mungkin memang perlu. Tetapi membakar bawang putih, beras, atau barang elektronik yang masih bisa dimanfaatkan jelas meninggalkan luka di hati rakyat. Apalagi jika di balik api pemusnahan tersimpan cerita miring tentang oknum yang ikut bermain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun