Cinta dan Rindunya pada Kesucian
Cinta adalah fitrah yang Allah titipkan dalam hati manusia. Ia bisa datang tiba-tiba, menyelinap lembut tanpa izin, lalu tumbuh menjadi kerinduan yang menggetarkan jiwa. Di dunia modern, cinta kerap dibungkus dengan narasi instan: cukup “klik” di layar, cukup “like” di media sosial, cukup beberapa kata manis lalu dianggap cinta sejati. Namun, kenyataannya, cinta yang berjalan tanpa kesucian sering berakhir sebagai luka. Padahal, cinta yang sejati justru lahir dari kesucian yang terjaga.
Cinta Tanpa Kesucian: Indah di Awal, Luka di Akhir
Banyak orang yang mengira cinta tanpa aturan itu lebih indah. Mereka menjalin hubungan tanpa batas, pacaran bebas, bergaul tanpa kendali. Di awal, semua tampak manis: perhatian yang intens, kata-kata romantis, janji setia. Namun, sering kali keindahan itu hanya seumur jagung. Saat hawa nafsu lebih dominan daripada iman, cinta cepat layu, bahkan berubah menjadi duri yang melukai.
Berapa banyak cerita remaja yang kandas di tengah jalan karena cinta mereka tak berlandaskan kesucian? Berapa banyak keluarga yang hancur karena cinta dibangun di atas dasar nafsu? Dunia modern sering menjual cinta sebagai kebebasan, padahal kebebasan tanpa arah justru merusak. Indah di awal, tetapi sering berujung luka yang mendalam.
Kesucian sebagai Sumber Kekuatan Cinta
Kesucian adalah napas yang membuat cinta bertahan lama. Cinta yang dijaga kesuciannya tidak terburu-buru, tidak tergesa, dan tidak asal menuruti nafsu. Ia tumbuh perlahan, berakar pada keimanan, dan mekar dengan penuh tanggung jawab. Cinta yang suci bukan hanya menggetarkan hati, tetapi juga menenangkan jiwa.
Dalam Islam, cinta suci adalah cinta yang berlandaskan iman. Ia tidak membuat hati gelisah karena takut kehilangan, tidak membuat jiwa risau karena penuh rahasia, melainkan memberi ketenangan karena yakin bahwa cinta itu dirawat dalam ridha Allah. Kesucian menjadikan cinta kuat, tahan terhadap ujian, dan setia menghadapi cobaan.
Syariat: Penjaga Kesucian Cinta
Islam tidak pernah menolak cinta, tetapi Islam menuntunnya agar tetap terjaga. Karena itu, ada pagar-pagar syariat: menundukkan pandangan, menjaga aurat, menghindari khalwat, dan menjauhi zina. Semua itu bukan untuk mematikan cinta, melainkan untuk menjaganya tetap suci. Sama seperti pagar di tepi jurang yang melindungi orang agar tidak jatuh, demikianlah syariat melindungi cinta agar tidak berubah menjadi bencana.