Fenomena ini hanya bisa dipahami bila kita melihat cara ulama generasi awal mempraktikkan deep work. Fokus total, niat yang lurus, dan minim distraksi menjadikan mereka bisa menyerap ilmu dengan cepat. Apa yang bagi kita butuh waktu bertahun-tahun, bagi mereka hanya butuh hitungan bulan karena perhatian dan energi terkonsentrasi penuh.
Rahasia Produktivitas Ulama
Apa yang membuat para ulama mampu mencapai prestasi yang bagi kita hampir mustahil? Ada beberapa rahasia yang bisa kita kaitkan dengan konsep deep work:
-
Kehidupan zuhud – Mereka menjauhi kemewahan, sehingga waktu dan pikiran tidak habis untuk urusan duniawi.
Kedisiplinan waktu – Hari-hari mereka dibagi ketat antara belajar, menulis, mengajar, dan ibadah. Hampir tidak ada ruang untuk kegiatan sia-sia.
Minim distraksi – Tidak ada media sosial, televisi, atau gadget. Fokus mereka hanya ilmu.
Tujuan spiritual – Bagi mereka, menulis kitab atau menghafal hadis bukan sekadar prestasi akademik, tapi ibadah dan jalan menuju ridha Allah. Inilah motivasi terdalam yang membuat mereka tahan bekerja panjang tanpa lelah.
Relevansi bagi Kita
Kita mungkin tidak akan bisa menandingi produktivitas Imam Ahmad atau Imam Nawawi. Tetapi kita bisa belajar dari pola deep work mereka. Di era digital, distraksi datang dari notifikasi HP, media sosial, dan budaya multitasking. Tanpa sadar, energi kita terpecah sehingga sulit menghasilkan karya bermutu.
Ulama klasik memberi teladan bahwa untuk melahirkan karya besar, kita harus menyediakan ruang khusus: waktu tenang, niat lurus, dan fokus penuh. Bahkan bila hanya satu atau dua jam sehari, jika dilakukan konsisten, bisa melahirkan karya yang mendalam.