Ketika kita mendengar istilah public service atau pelayanan publik, yang terbayang biasanya adalah profesi-profesi formal: dokter dan perawat di rumah sakit, guru di sekolah, pegawai negeri di kantor pemerintahan, atau bahkan petugas kebersihan di ruang publik. Semua itu identik dengan pekerjaan yang digaji, diberikan penghargaan, dan diikat oleh aturan birokrasi. Tidak salah, sebab sistem kerja modern memang dibangun di atas kontrak dan kompensasi.
Namun, pernahkah kita berpikir bahwa pelayanan publik bukan sekadar profesi bergaji, melainkan bisa menjadi jalan menuju pahala abadi?
Antara Materi dan Maknawiyah
Mayoritas pelayan publik bekerja karena dua alasan utama. Pertama, madiyah atau alasan material: gaji, tunjangan, fasilitas, dan jaminan pensiun. Kedua, maknawiyah atau alasan non-material: kebanggaan sebagai abdi negara, rasa puas karena dihormati masyarakat, atau kebahagiaan karena mendapat pujian.
Dua hal ini lumrah, tetapi jika pelayanan berhenti di sini, nilainya akan tetap terbatas. Ia hanya mengantarkan pada kepuasan duniawi yang sementara. Ketika gaji habis atau pujian sirna, maka semangat pelayanan ikut pudar.
Ruhiyah: Orientasi yang Sering Terlupakan
Islam memberikan perspektif lain: pelayanan publik adalah khidmah lillāh—pelayanan karena Allah. Rasulullah ﷺ bersabda:
الإمام راعٍ وهو مسؤول عن رعيته
“Seorang pemimpin adalah pemelihara, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mengingatkan bahwa hakikat kepemimpinan adalah pelayanan, bukan kekuasaan. Pemimpin sejati bukanlah yang minta dilayani, tetapi yang mengabdi dan mengurus rakyatnya.
Prinsip ini berlaku luas. Guru yang mendidik murid, dokter yang merawat pasien, petugas kebersihan yang menjaga lingkungan tetap bersih—semua adalah bentuk pelayanan publik. Bila dilakukan dengan niat ruhiyah, setiap tetes keringat mereka berubah menjadi ibadah.
Dari Kantor hingga Jalanan
Mari kita ambil contoh. Seorang perawat yang dengan sabar merawat pasien, padahal gajinya tidak seberapa. Seorang guru di pelosok yang tetap semangat mengajar meski fasilitas minim. Seorang tukang sapu jalan yang setiap hari bekerja membersihkan sampah kota.
Di mata sebagian orang, mereka hanya pekerja biasa yang dibayar. Namun di mata Allah, bila mereka niatkan lillāh, maka setiap langkah, ucapan, dan tindakan menjadi amal jariyah. Inilah keindahan pelayanan ruhiyah: pekerjaan yang tampak sederhana bisa menjadi tiket surga.
Gaji Berhenti di Dunia, Pahala Mengalir ke Akhirat