Mohon tunggu...
Maman Abdullah
Maman Abdullah Mohon Tunggu... Pengasuh Tahfidz | Penulis Gagasan

Magister pendidikan, pengasuh pesantren tahfidz, dan penulis opini yang menyuarakan perspektif Islam atas isu sosial, pendidikan, dan kebijakan publik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kenapa Ngopi Malam Bisa Jadi Dakwah Paling Asik?

17 September 2025   19:00 Diperbarui: 17 September 2025   18:37 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Warung Kopi: Masjid Kedua

Di banyak kota dan desa, warung kopi bukan sekadar tempat mengisi perut atau mengusir kantuk. Ia sudah menjelma jadi "masjid kedua", tempat orang bertemu, berdiskusi, bahkan berdebat. Dari meja kopi inilah sering lahir obrolan tentang politik, ekonomi, sampai agama.

Menariknya, suasana warung kopi biasanya lebih cair. Orang bisa bicara apa saja tanpa sungkan. Topik yang kaku di forum resmi, bisa mengalir ringan di atas meja kayu dengan gelas kopi hitam. Tak jarang, obrolan itu berubah jadi dakwah---meski tanpa disadari.

Dakwah Tak Selalu di Mimbar

Selama ini dakwah identik dengan khutbah Jumat, ceramah di masjid, atau kajian resmi. Padahal Rasulullah mengajarkan: "Sampaikan dariku walau satu ayat." (HR. Bukhari). Artinya, dakwah bisa hadir di mana saja, bahkan di warung kopi.

Ketika kita berbagi cerita tentang kejujuran, mengingatkan teman agar tidak menunda shalat, atau sekadar mengajak bersyukur atas rezeki kecil yang kiKta nikmati malam itu, semua itu sudah bagian dari dakwah. Tidak perlu pengeras suara, cukup ketulusan hati.

Obrolan Ringan, Pesan Dalam

Bayangkan: seorang kawan curhat tentang lelah bekerja seharian. Kita lalu menyelipkan nasihat bahwa sabar dalam bekerja bisa jadi ibadah. Atau ada teman yang resah soal utang, lalu kita mengingatkan tentang pentingnya qanaah dan menghindari riba.

Dari obrolan sederhana itu, ada nilai agama yang mengalir. Orang tidak merasa digurui, justru merasa diajak berbagi. Inilah kelebihan dakwah di warung kopi: tidak kaku, tidak formal, tapi mengena.

Menjembatani Ideologi

Bahkan isu besar sekalipun bisa dibicarakan santai di warung kopi. Misalnya soal keadilan sosial, kapitalisme, atau sistem ekonomi Islam. Tema yang berat di ruang kuliah bisa jadi cair ketika dibungkus dengan contoh sehari-hari: harga cabai, ongkos ojek online, atau utang cicilan motor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun