Pengelolaan harta untuk maslahat umat, misalnya melalui baitul mal, bukan sistem ribawi.
Penutup
QRIS adalah pisau bermata dua. Ia memberi kemudahan luar biasa, tapi juga menyimpan potensi bahaya yang besar: kontrol, hilangnya privasi, bahkan risiko kebebasan ekonomi rakyat bisa terkunci dengan sekali klik. Masyarakat perlu kritis, tidak cukup puas dengan slogan “modernisasi transaksi”. Negara pun harus jujur: apakah QRIS benar-benar untuk rakyat, atau sekadar memperkuat dominasi bank dan sistem global?
Solusi jangka panjang adalah membangun sistem ekonomi yang adil dan mandiri. Islam memberi jalan: digitalisasi boleh, tapi fondasinya harus syariah—bebas riba, adil, dan menjaga kedaulatan umat. Hanya dengan itu, teknologi tidak menjadi alat kontrol, melainkan benar-benar alat maslahat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI