Di tengah gemuruh perubahan zaman, banyak orang mulai bertanya-tanya: sistem apa yang benar-benar mampu membawa keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh manusia? Dunia sudah mencoba banyak hal. Ada yang berharap pada kapitalisme, ada pula yang menaruh harapan pada sosialisme. Namun, setelah puluhan bahkan ratusan tahun berlalu, keduanya menyisakan kegagalan yang nyaris serupa: ketimpangan, kegelisahan, dan kehilangan arah.
Lalu, ke mana manusia harus berpaling?
Kapitalisme: Janji Kebebasan yang Menjerat
Kapitalisme menjanjikan kebebasan ekonomi dan hak individu. Namun di balik jargon "kebebasan", sistem ini justru menghasilkan dunia yang dipenuhi kesenjangan sosial, komersialisasi kebutuhan dasar, dan perdagangan nilai-nilai kemanusiaan.
Kesehatan, pendidikan, bahkan keamanan, tidak lagi dilihat sebagai hak, tapi sebagai layanan berbayar. Yang tidak mampu, tertinggal. Yang miskin, disuruh bersabar. Negara hanya berperan sebagai wasit di pasar bebas, bukan sebagai pelayan rakyat.
Dalam kapitalisme, agama tak lagi punya ruang dalam mengatur kehidupan. Ia dianggap urusan pribadi. Padahal manusia tidak hidup dari logika dan perut saja—ia butuh arah, makna, dan ketenangan hati.
Sosialisme: Harapan yang Tergelincir
Di sisi lain, sosialisme muncul sebagai reaksi atas ketidakadilan kapitalisme. Ia menekankan pemerataan dan kepemilikan bersama. Namun, dalam praktiknya, sosialisme justru mengekang kebebasan individu, menghapus ruang spiritual, dan sering kali berubah menjadi negara otoriter yang mengekang suara warganya.
Agama dianggap "candu", dan kepercayaan pada Tuhan dipinggirkan dari tatanan sosial. Manusia direduksi menjadi bagian dari mesin produksi. Tak heran, sistem ini tidak bertahan lama. Uni Soviet runtuh. Cina bertransformasi. Negara-negara yang masih bertahan, hidup dalam tekanan panjang.
Islam: Keseimbangan antara Akal, Jiwa, dan Kehidupan
Berbeda dari dua sistem tadi, Islam datang tidak sebagai ciptaan manusia, melainkan sebagai wahyu yang diturunkan untuk membimbing manusia menjalani kehidupan. Islam bukan sekadar agama dalam arti sempit, tetapi sebuah sistem hidup yang lengkap: mengatur urusan pribadi hingga publik, ibadah hingga tata negara.