Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Setahun Sekolah Online, Banyak Hal yang Akhirnya Saya Syukuri

23 Juni 2021   06:02 Diperbarui: 23 Juni 2021   07:52 1077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Setahun sekolah online (Foto: Dokumentasi pribadi)

Genap sudah tahun pelajaran 2020/2021 ini dilaksanakan 100% secara online. Anak-anak sudah menyelesaikan hingga akhir tahun pelajaran.

Sebagai ibu yang mendampingi mereka, saya merasa sedikit lega. Tentu semua tahu, pembelajaran online ini tak luput dari aneka rupa "drama". Anak-anak membutuhkan waktu beradaptasi. Selain itu, mereka pun harus melawan rasa jenuh karena harus menatap gawai.

Akan tetapi, saya juga merasakan adanya banyak pengalaman penting, unik, dan bisa dikatakan "istimewa" selama pembelajaran online ini.

Hal tersebut pada akhirnya membuat saya merasa bersyukur. Di masa yang tak mudah ini pun, selalu ada hal yang patut kita syukuri.

1. Anak-anak sehat

Adalah hal istimewa dan bisa jadi "langka", anak-anak tak pernah absen sekolah. Padahal jika sekolah tatap muka, selalu ada hari dimana anak saya izin tak masuk sekolah karena sakit.

Hal ini benar-benar saya syukuri. Terlebih untuk si bungsu yang masih di kelompok bermain. Biasanya, anak seusianya mudah sakit setelah bersekolah.

Kerap kali jika di sekolah ada anak yang sakit (batuk, pilek, cacar air, gondongan dan lain-lain), anak lain ikut tertular dan sakit. Hal yang sangat umum terjadi ketika sekolah tatap muka.

Saya tak henti bersyukur, anak-anak sehat selama pandemi ini karena selalu di rumah. Suatu berkat yang luar biasa. Dengan demikian, mereka tak pernah sehari pun tak sekolah online.

2. Bisa memantau perkembangan anak

Naluri orangtua itu adalah "kepo". Selalu ingin tahu anaknya belajar apa, di sekolah bagaimana, dan seterusnya. Dengan sekolah online ini, orangtua tak perlu kepo lagi. Malahan harus ikut terlibat untuk mendampingi.

Umumnya, yang paling membuat kepo itu adalah tingkah lucu anak TK saat di sekolah. Dengan sekolah online, orangtua langsung bisa melihat kelucuan dan kekonyolan mereka.

Selama setahun ini, saya acapkali tertawa saat mendampingi si bungsu. Dia sangat percaya diri dan santai cenderung polos seenaknya sama gurunya.

Saya sering dibuat menepuk jidat. Misalnya, ketika diminta memimpin doa, dia malah menjawab, "Kemarin kan sudah, Miss!" atau "Sorry, I'm bussy". Ampunnnnn....

Namun, saya juga bahagia sekaligus bangga ketika melihat dia berani bernyanyi, membuat karya, atau menjawab pertanyaan dari guru.

Dengan sekolah online ini, saya juga bisa memantau langsung proses dan perkembangan belajarnya. Sebagai orangtua, saya bisa menilai kemampuan, daya tangkap, dan kemajuan belajar anak sendiri.

Sesuatu yang istimewa sekali!

3. Lebih mengenali karakter anak

Setiap hari bersama anak bukanlah jaminan bisa mengenal karakter anak sendiri. Terlebih jika orangtua hanya menyuruh ini dan itu tanpa pernah berkomunikasi dari hati ke hati.

Orangtua berperan dan terlibat saat sekolah online. Inilah yang mau-tak mau memaksa saya untuk mengenal karakternya untuk kemudian bernegosiasi demi kebaikannya.

Si Sulung yang sudah masuk masa pra pubertas memberi tantangan tersendiri. Saya selalu mendorong untuk rajin mengerjakan tugas dan fokus saat sesi berjalan. Terkadang dia tidak semangat, tidak fokus, santai, dan suka menunda mengerjakan tugas.

Ternyata saat itulah, waktu yang tepat untuk menanamkan karakter pada anak. Bolak-balik saya selalu menekankan pentingnya langsung mengerjakan tugas, alih-alih menundanya.

Selain itu, saya juga tekankan pentingnya integritas sebagai siswa. Saya wanti-wanti untuk selalu jujur meskipun guru dan orangtua tidak melihat. "Ada Tuhan yang selalu tahu apa yang kamu perbuat loh, Kak?"

Sejauh ini, si Sulung selalu jujur. Nilai memang tak semua sempurna seperti saat sekolah tatap muka, tapi dia tetap juara di hati saya. Untuk apa nilai sempurna tapi hasil menyontek?

Akankah tetap sekolah online?

Sesuai anjuran pemerintah, sekolah anak saya untuk tahun pelajaran 2021/2022 memberikan dua opsi: home based learning (HBL) atau blended learning (BL).

Begitu saya beri tahu si Sulung, dia langsung berseru: "Yes!!!" Tentu dia akan memilih BL karena akan ke sekolah meski tidak tiap hari dan jam sekolahnya lebih pendek.

Sebagai orangtua, saya langsung beri tahu bahwa jikalau ke sekolah nanti tidak akan sama seperti dulu, harus patuh prokes, dan seterusnya. Dia pun setuju. Jadi, saya yakin akan memilih BL untuk anak-anak nantinya.

Namun, tak lama sejak surat pemberitahuan dari sekolah kasus Covid-19 di daerah saya melonjak sangat tajam sekali. Bahkan saya lihat banyak anak-anak ikut terkena. Ada kemungkinan disebabkan oleh varian delta yang lebih ganas dan cepat menular.

Duh, serasa naik rollercoaster lagi. Entah, saya belum tahu akan memilih apa untuk anak-anak sekolah. Saya menulis artikel ini bukan karena saya pro sekolah online. Semua ada plus dan minusnya. Jika bisa memilih dan semua aman, tentu lebih baik sekolah tatap muka.

Sayangnya, dengan kondisi sekarang sepertinya tak akan mungkin sekolah tatap muka dengan metode blended learning. Zona merah di depan mata. Resiko yang sangat besar untuk anak-anak.

Jika harus sekolah online lagi, mau bagaimana lagi. Just do it! Bagi saya lebih baik lelah karena mengurus anak-anak yang sekolah online daripada lelah mengurus anak-anak yang sakit. Kesehatan dan keselamatan anak-anak lebih penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun