Mohon tunggu...
Malindo J
Malindo J Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka menulis hasil amatan rindu. Terutama rindu rakyat yang gagal dipahami orang-orang penting.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bahaya Mengembik di Kandang Kambing

11 Juni 2022   18:56 Diperbarui: 11 Juni 2022   19:20 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ada kebiasaan pemandi jenazah di kampung saya yang dianggap benar dan tidak boleh ditentang oleh siapapun. Masalahnya, kebiasaan  itu berbeda sekaligus mencurigakan, dibandingkan kebiasaan pemandi janazah di tempat lain. Meski diamati dengan menutup mata dan telinga, tetap saja tercium bau ngawurnya.

Keluarga jenazah harus menyerahkan busana lengkap (dari kopiah/hijab sampai alas kaki) kepada pemandi jenazah. Ketika diserahkan, pemandi jenazah akan melakukan ritual pengiriman busana lengkap itu kepada arwah bersangkutan. Tidak boleh tidak, hal ini harus dilaksanakan secepatnya, setelah jenazah dimakamkan.

Jika tidak, arwah jenazah tidak bisa mengenakan sehelai pun busana di alamnya.
Biasanya akan ada keluarga yang bermimpi melihat arwah tersebut tanpa busana. Bahkan, bisa-bisa ruh jenazah  akan merasuki orang hidup dan meminta-minta penutup tubuh.

Hal itu menjadi kebiasaan yang disepakati bersama (berawal dari pendapat tokoh-tokoh agama di kampung saya). Jenazah yang baru dimakamkan harus secepatnya dikirimi busana lengkap. Yang menentang, dianggap sesat!

Hingga 8 Mei 2022 (siang), ibu saya yang usianya 50 tahun meninggal secara tiba-tiba. Padahal, di pagi hari masih sempat-sempatnya menyiapkan kopi di meja untuk saya. Cobaan yang menurut saya menguras stok psikologis.

Lebih-lebih pada saat terlibat dengan kebiasaan pemandi jenazah. Sudah saya usahakan menutup mata dan telinga, baik secara pura-pura maupun serius sekali. Tapi yang namanya gigi serigala tetap tercium meski terletak di mulut kambing.

 Dua minggu lebih setelah almarhumah dimakamkan, keluarga kami terus didesak menyerahkan busana lengkap ke pemandi jenazah.  Saya tidak percaya karena tidak ada satu pun keterangan dalam Islam  yang menganjurkan akan hal itu. Namun, apa boleh buat, kebiasaan tersebut berada di tingkat gengsi.

Menjadi suatu hal yang memalukan ketika tak ada busana yang dikirim pada almarhumah. Ayah, adik, dan kakak saya  tidak tahan malu akan pandangan orang-orang di kampung itu. Hal ini terjadi karena keluarga kami dianggap tidak mengasihani almarhumah di alamnya.

Tapi sekali lagi, saya tidak percaya, meski pada akhirnya menyerahkan busana lengkap kepada pemandi jenazah. Mengenai ritual pengiriman busana, saya tidak mempunyai informasi detail, tidak perlu punya. Yang ada hanyalah rasa luka ketika ibunda saya dituduh tidak berbusana di alamnya.

2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun