Mohon tunggu...
M Ilmi
M Ilmi Mohon Tunggu... -

penikmat kompasiana dengan akun yang belum terverifikasi.....\r\n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Siapa yang Tidak Ingin Sepak Bola "Bermartabat"?

11 Maret 2013   11:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:58 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1363000148523586556

[caption id="attachment_241369" align="aligncenter" width="300" caption="My Game is Fair Play"][/caption]

Sepak bola yang bermartabat!....., seperti slogan kota Bandung euy...BERMARTABAT: bersih, marak, taat dan bersahabat. Tapi bagus  juga kalau diterapkan  untuk sepak bola kita.

BERSIH dari mafia judi lewat pengaturan skor, suap wasit dan pemain, bersih dari  korupsi dan campur tangan politik. (yang disinyalir  memang ada meskipun belum bisa dibuktikan). Kita tunggu hasil kerja satgas anti mafia FIFA yang kabarnya akan segera datang ke Indonesia. MARAK, karena sepak bola yang bersih dan enak ditonton maka setiap pertandingan yang disajikan menjadi semarak dan menghasilkan pemasukan yang besar bagi pengelola sehingga bisa memberikan penghidupan yang layak bagi pemain, pengurus, dan semua yang terlibat di dalamnya, dan lebih hebat lagi kalau dananya bukan dari APBD yang rawan dikorup. TAAT tehadap aturan yang telah digariskan dan disepakati bersama baik dalam permainan maupun dalam menjalankan roda organisasi. Fair play....My game is fair play..... BERSAHABAT, karena pertandingan yang disajikan bebas dari kekerasan suporter sehingga bisa menjadi pilihan hiburan  yang aman bagi seluruh lapisan masyarakat... Mimpi kali ya? Ya. Saat ini memang baru sebatas mimpi, tapi kata orang bijak sih semua yang hebat-hebat berawal dari sebuah mimpi. Perlu pengorbanan lewat sebuah perjuangan yang panjang untuk mewujudkannya. Bukan jalan lurus yang bertabur bunga, tapi jalan terjal berkelok yang bertabur onak dan duri... Jadi ingat sejarah perang Khandaq di jaman Rosulullah SAW yang terjadi pada tahun ke 5 Hijriyah. Saat itu persekutuan musuh siap menyerang kota Madinah dengan berbekal kekuatan besar 10 ribu bala tentara dan dibekali persenjataan yang lebih lengkap.Sedangkan kekuatan kaum muslimin saat itu hanya 3 ribu tentara. Dalam sebuah rapat besar untuk menghadapi musuh, sahabat Salman Al Farizi mengusulkan agar membuat parit untuk menghalangi gempuran musuh. Hasilnya 3 ribu  pasukan kaum muslimin berhasil mengalahkan 10 ribu pasukan musuh yang lebih lengkap persenjataannya. Dahsyat bro...., luar biasa! Kok bisa?  Ya, strategi yang briliant,  ketulusan niat dalam hati yang akhirnya mendatangkan pertolongan dari Sang penguasa alam semesta sehingga hal yang mustahil menjadi nyata! mereka sukses memukul mundur musuh. Loh apa hubungannya dengan sepak bola? Gini bro...., Dominasi kekuatan pro status quo di sepak bola kita sudah sangat luar biasa, kalau itu saya nisbatkan sebagai kekuatan musuh, mereke 10 ribu, sementara kita hanya 3 ribu.....kalau kita lawan secara frontal bunuh diri namanya...konyol bro! Makanya Rasululloh pun memilih untuk tidak melawan secara frontal, tapi Beliau mendengar usulan Salman Al Farizi. Ini sejarah, bukan mitos.. Potongan sejarah yang saya sampaikan di atas bisa menjadi bahan pembelajaran, karena sejarah diabadikan dan disampaikan supaya generasi berikutnya bisa belajar dan mengambil hikamahnya. Dalam konteks bahasan ini, hemat saya untuk menghadapi pro status quo/kontra reformasi diperlukan strategi yang briliant dan ketulusan serta keteguhan hati untuk memperjuangkan kebenaran yang diyakininya. Salah satu kekuatan yang sangat berperan adalah kekuatan  massa/suporter. Mengingat keberagaman latar belakang pendidikan dan tingkat sosial ekonomi mereka, sangat perlu untuk diberikan edukasi untuk menumbuhkan kesadaran mereka guna mendukung perubahan sepak bola Indonesia menuju ke arah yang lebih baik. Butuh proses yang panjang memang, tapi itu adalah realita yang mesti dihadapi. Semoga kita menjadi bagian dari sejarah reformasi sepak bola Indonesia. Saya hanyalah penulis amatir  pecinta sepak bola Indonesia yang merasa berkewajiban untuk mendukung segala visi perubahan ke arah perbaikan. Siapa sih yang tidak ingin hal yang lebih baik? Saya tidak mendukung personal/gologan, tapi mendukung esensi perjuangannya, siapapun itu orangnya! Salam sepak bola "BERMARTABAT"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun