Mohon tunggu...
Malik Fajar
Malik Fajar Mohon Tunggu... Lagi suka menulis

Menulis apa yang disuka

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Fraud of Advanced Recycling: Solusi Palsu Mengatasi Limbah Plastik

19 Agustus 2025   15:46 Diperbarui: 20 Agustus 2025   14:41 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by: Nereeta Martin from Unsplash | unsplash.com/id/@splashabout

If you put the name 'recycling' on anything, people assume that it's green and it's good for the environment.- Brittany Martin

Plastik

Berbicara mengenai topik yang satu ini rasanya tidak akan pernah ada habisnya. Bagaimana plastik membantu kehidupan kita sehari-hari, mempermudah membungkus makanan, menciptakan produk ekonomis, hingga di titik plastik sudah tidak lepas dari manusia.

Di satu sisi, plastik juga menimbulkan permasalahan untuk manusia terutama dari segi lingkungan dan kesehatan. Dampak buruk yang dihasilkan plastik dapat dikatakan lebih besar dari manfaat yang diberikan.

Industri plastik sendiri menyadari akan hal itu. Mereka mencoba mencari cara untuk mengurangi dampak yang dihasilkan dari plastik. Salah satunya dengan proses daur ulang plastik. 

Ada dua jenis proses daur ulang yang biasa digunakan, yaitu mechanical recycling dan chemical recycling (advanced recycling). Keduanya merupakan proses daur ulang yang memecah limbah plastik menjadi bahan baku baru.  

Industri plastik mengklaim bahwa advanced recycling sebagai solusi baru permasalahan limbah plastik, mengatasi kegagalan dari metode sebelumnya yaitu mechanical recycling.

Lalu, benarkah klaim yang dibuat itu? 

Atau hanya sekedar solusi palsu?

Advanced Recycling Bukan Sesuatu yang Baru

Source: Facebook America's Plastic Makers
Source: Facebook America's Plastic Makers

Ide bahwa advanced recycling datang sebagai teknologi baru yang mampu mengatasi limbah plastik ramai digaungkan oleh perusahaan plastik beberapa tahun belakangan ini.

Contohnya CveroncPhillips Chemical yang melalui sebuah video menyatakan bahwa advanced recycling adalah inovasi revolusioner yang mampu mengubah kepingan plastik menjadi bahan baku baru secara terus menerus.

Pada dasarnya advanced recycling merupakan istilah yang digunakan oleh industri plastik untuk mendeskripsikan berbagai proses daur ulang secara kimia. Metode ini memungkinkan memecah plastik ke dalam lapisan kecil untuk diubah menjadi bahan baku baru.

Daur ulang kimia ini bukan sesuatu yang baru. Daur ulang secara kimia pertama kali diperkenalkan pada tahun 1970-an untuk menjawab reaksi publik terhadap limpah plastik. Sayangnya, belum diterapkan  oleh semua perusahaan plastik pada saat itu. 

Pada akhirnya di tahun 1980 hingga 1990 awal, industri plastik kembali mempromosikan "advanced recycling" karena tekanan publik yang semakin besar. 

Beberapa perusahaan seperti Dupont,Coca-Cola, dan Pepsi mulai mengembangkan proses daur ulang secara kimia ini.  Namun, upaya yang dilakukan beberapa perusahaan itu dianggap sebagai a public relations exercise atau pencitraan belaka.

Ditambah lagi motode Daur ulang kimia ini merupakan bentuk eksperimental industri plastik kala itu. Keekonomisan metode ini belum dapat dibuktikan secara pasti.  

Benar saja, kekhawatiran tentang keekonomisan daur ulang plastik akhirnya terbukti. Banyak perusahaan yang akhirnya tidak lagi menggunakan metode ini karena alasan finansial. 

Dupont harus menutup fasilitas daur ulang kimianya di tahun 1998 setelah 3 tahun beroperasi. Coca-Cola dan Pepsi mengurangi produksi botol plastik daur ulang setelah mengeluhkan biaya yang mahal di pertengahan tahun 1990-an. 

 Banyak perusahaan-perusahaan lainnya yang mencoba menerapkan "advanced recycling", namun berujung kepada permasalahan yang sama. Faktor ekonomi

Komitmen Daur Ulang Tak Terpenuhi

Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa industri plastik mengklaim advanced recycling sebagai inovasi mengatasi limbah plastik. Oleh karena itu, mereka berkomitmen untuk mengembangkan metode ini dalam skala komersial.

Beberapa perusahaan plastik telah mulai berkomitmen untuk mengelola limpah plastik dengan menggunakan advanced recycling.

Eastman berkomitmen akan mengelola 113,4 kiloton limbah plastik di tahun 2025 dan lebih dari 226,8 kiloton di tahun 2030. Ada juga DOW yang berencana mengelola 600 kiloton limbah plastik menggunakan advanced recycling di tahun 2030.

ExxonMobil menempatkan perhatiannya untuk mengelola 453,6 kiloton limbah plastik di akhir tahun 2026. Sementara Shell lebih ambisius lagi dengan berkomitmen untuk memproses 1 juta metrik ton limbah plastik pada tahun 2025.

Komitmen positif ini didukung oleh Kelompok America Fuel & Petrochemical Manufacturers (AFPM) yang menyakinkan bahwa hal ini bukan sebuah eksperimen melainkan bukti bahwa advaced recycling "layak secara komersial".

Cerita yang berbeda terungkap— cerita tentang kegagalan, target yang meleset, dan keraguan.

ExxonMobil, yang pada awalnya berkomitmen untuk mengelola 453,6 kiloton limbah plastik di akhir tahun 2026, hanya berhasil mengelola 31,8 kiloton sejak akhir 2022 hingga Januari 2025. 12,7 kiloton per tahun. Shell menarik kembali target ambisiusnya karena tujuan tersebut "tidak layak" untuk dicapai.

Bagi para ahli yang mengamati industri ini, potensi kegagalan ini sudah diprediksi sejak lama, seperti:

  • Pada tahun 2017, Accenture menyimpulkan bahwa daur ulang kimia "masih cukup teoretis" dan "tidak layak secara ekonomi" dalam skala industri.
  • Di tahun yang sama, Deloitte menyampaikan bahwa teknologi ini masih dalam tahap awal pengembangan.
  • Tahun 2023, Bain&Company memperingatkan bahwa teknologi ini tidak akan tersedia dalam skala besar pada periode waktu yang dekat.

Faktor utama dari kegagalan advanced recycling ini adalah satu masalah yang tidak terhindarkan, yaitu faktor ekonomi. Biaya daur ulang yang mahal dan harga resin plastik baru yang jauh lebih murah menjadi alasan utamanya.

Mau bagaimanapun juga sebuah perusahaan pasti berorentasi pada sesuatu yang menguntungkan. Lantas kenapa mereka masih terus mempromosikan dan melanjutkan proyek ini? Jawabannya untuk membangun persepsi positif publik. 

Sekalipun hal ini terbukti tidak berkelanjutan secara finansial, tetapi perusahaan lebih memilih untuk menjaga nilai hubungan dengan masyarakat.

Janji-janji besar, operasi yang tidak mencapai target, dan fasilitas yang tidak terwujud. Pada akhirnya, narasi tentang teknologi canggih pembawa solusi baru berakhir pada tempat yang sama, yaitu kegagalan.

Advanced Recycling Bukan Solusi Semua Jenis Limbah Plastik

Foto oleh Marc Newberry di Unsplash 
Foto oleh Marc Newberry di Unsplash 

Industri plastik berpendapat bahwa 90 persen limbah plastik tidak dapat di daur ulang oleh mechanical recycling, namun advanced recycling dapat mengatasi hal itu. 

America Plastic Makers secara konsisten mempromosikan advanced recycling sabagai metode yang mampu mengatasi 90 persen limbah plastik yang tidak terdaur ulang, yang mana itu adalah sampah plastik pasca-konsumen. Seperti plastik tipe 3-7, plastik berwarna dan buram, plastik multi-layer, atau kemasan plastik fleksibel.

Selain itu, mereka juga mengklaim bahwa metode ini jauh lebih lebih toleran dibandingkan metode sebelumnya. Bahkan ExxonMobil mengklaim mampu mengubah plastik dengan campuran komplek kotor dan terkontaminasi menjadi plastik yang baru.

Kenyataannya, advanced recycling menghasilkan plastik baru dengan kualitas yang baik ketika bahan yang digunakan itu bersih dan homogen. Bahan yang digunakan berasal dari limbah plastik pasca-industri seperti sisa produksi, produk cacat, atau limbah industri lainnya. Yang dimana lebih bersih dan seragam. 

Feedstock has essentially come from internal, post-industrial plant scrap, not something that’s been out in the consumer world.-President of Assosciation Plastic Recyclers

Sementara untuk mengelola limbah plastik pasca-konsumen, terutama limbah rumah tangga yang cenderung kotor dan tercampur itu membutuhkan biaya yang sangat mahal. Sehingga industri plastik lebih memilih menggunakan limbah industri.

Ditambah, limbah pasca-konsumen rentang terkena kontaminasi dari kotoran atau makanan yang nantinya akan meningkatkan tingkat arang dan abu yang tinggi. Artinya, ketika proses pemanasan akan menghasilkan residu yang memungkinkan merusak peralatan dan menurunkan kualitas produk. Yang pada akhirnya menambah beban biaya produksi.

Limbah plastik yang terkontimasi masih menjadi musuh utama dalam proses advanced recycling, sehingga industri plastik tetap ketergantungan terhadap limbah industri yang cenderung bersih dan homogen untuk digunakan dalam proses advanced recycling.

Menariknya lagi, keberadaan advanced reycling ini bukan datang sebagai pelengkap atau penyempurna mechanical recycling melainkan sebagai kompetitor. Kedua metode sama-sama kesulitan untuk mengelola sampah yang terkontaminasi. Alhasil, muncul persaingan bahan baku limpah plastik industri dan limbah plastik yang terkontaminasi tetap berakhir di pembuangan sampah.

Advanced Recycling Tidak Ramah Lingkungan

Foto oleh Сергей Крылов di Unsplash
Foto oleh Сергей Крылов di Unsplash

Industri plastik memposisikan advanced recycling sebagai sesuatu yang ramah lingkungan. Sejalan dengan promosi dan iklan yang dilakukan oleh beberapa perusahaan plastik.

Bahkan American Chemistry Council (ACC) menyebut advanced recycling sebagai "win for the environment" karena mampu mengurangi lebih dari 100 persen emisi CO2 yang biasanya dihasilkan dari pengelolaan sampah.

Para ahli berkata lain. Sejak istilah advanced recycling mulai sering digunakan pada tahun 20217, Ellen MacArthur Foundation (EMF) mengindikasi adanya risiko polusi yang disebabkan oleh advanced recycling ini. EMF menyarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut yang mendetail terkait dengan motode satu ini.

Pada tahun 2023 The Plastic Pollution Working Group dari Duke University memberikan catatan tentang kekhawatiran pengembangan dan penggunaan bahan kimia pada proses advanced recycling yang dianggap beracun. Kelompok ini menyarankan kepada perusahaan-perusahaan plastik untuk melakukan penelitian dan evaluasi untuk melihat dampak dari metode ini.

Selain menghasilkan zat-zat beracun, ternyata advanced recycling juga membutuhkan energi yang besar  untuk melakukan proses daur ulang. 

Plastik pada dasarnya merupakan material yang sangat stabil, sehingga memerlukan energi yang besar untuk menguraikannya, baik itu menggunakan termokimia, hidrolisis, ataupun solvolisis.

Kebutuhan energi yang besar pada akhirnya menghasilkan emisi gas rumah kaca karena energi yang dipakai berasal dari sumber yang menghasilkan banyak polusi.

Pada tahun 2023 terdapat penelitian yang dipublish di jurnal Science of The Total Environment yang menyimpulkan dua hambatan pengembangan pablik pirolisis (fasilitas daur ulang) dari skala kecil ke skala besar:

  • Kebutuhan energi yang sangat besar untuk mengubah sampah plastik
  • Emisi gas rumah kaca dan polutan beracun yang dihasilkan dari proses daur ulang

Bahkan ada yang menyebutkan bahwa proses daur ulang kimia melalui pyrolysis dan gasification lebih mahal dan merusak lingkungan 10-100 kali lipat dibandingkan membuat plastik baru dari awal.

Tapi kenapa industri mengklaim bahwa advanced recycling merupakan teknologi yang ramah lingkungan? Jawabannya ada pada cara mereka membandingkan.

Agar terlihat sebagai sesuatu yang "hijau" industri plastik membandingkan advanced recycling dengan proses insinerasi (pembakaran sampah). Jelas, apabila dibandingkan dengan proses pengolahan sampah paling buruk, advaced recycling ini dilihat sebagai sesuatu yang ramah lingkungan.

Contohnya, America Chemical Council (ACC) memberikan klaim bahwa advanced recycling mengurangi 43 persen emisi gas rumah kaca dibandingkan dengan proses insinerasi (pembakaran sampah).

Tapi jika dibandingkan dengan mechanical recycling, akan menemukan hasil yang berbeda. Laporan KPMG tahun 2021 menjelaskan bahwa advanced recycling memakan konsumsi energi yang lebih besar jika dibandingkan dengan mechanical recycling.

Selain itu, jejak emisi yang dihasilkan oleh proses pyrolysis dan gasification secara signifikan lebih tinggi dibandingkan mechanical recycling.

Seharusnya mechanical recycling lebih diutamakan daripada advanced recycling apabila dilihat dari faktor biaya dan jejak emisi yang dihasilkan.

Penutup

Klaim-klaim yang dibuat oleh industri plastik sebagian besar merupakan klaim yang salah seperti klaim tentang teknologi baru, ramah lingkungan, dan komitmen mereka untuk mengatasi limbah plastik.

Pemaparan di atas cukup untuk menjelaskan kenapa advanced recycling ini merupakan solusi palsu untuk mengatasi limbah plastik. Alih-alih untuk mengatasi limbah plastik, advanced recycling hanya sekedar alat untuk memoles citra industri plastik di muka publik.

Lantas, jika solusi yang ditawarkan palsu, langkah apa yang perlu diambil? Mungkin jawabannya bukan dari teknologi daur ulang yang lebih canggih, tetapi keberanian kita untuk mengurangi penggunaan plastik.

Referensi: 

Center for Climate Integrity

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun