Daur ulang kimia ini bukan sesuatu yang baru. Daur ulang secara kimia pertama kali diperkenalkan pada tahun 1970-an untuk menjawab reaksi publik terhadap limpah plastik. Sayangnya, belum diterapkan  oleh semua perusahaan plastik pada saat itu.Â
Pada akhirnya di tahun 1980 hingga 1990 awal, industri plastik kembali mempromosikan "advanced recycling" karena tekanan publik yang semakin besar.Â
Beberapa perusahaan seperti Dupont,Coca-Cola, dan Pepsi mulai mengembangkan proses daur ulang secara kimia ini. Â Namun, upaya yang dilakukan beberapa perusahaan itu dianggap sebagai a public relations exercise atau pencitraan belaka.
Ditambah lagi motode Daur ulang kimia ini merupakan bentuk eksperimental industri plastik kala itu. Keekonomisan metode ini belum dapat dibuktikan secara pasti. Â
Benar saja, kekhawatiran tentang keekonomisan daur ulang plastik akhirnya terbukti. Banyak perusahaan yang akhirnya tidak lagi menggunakan metode ini karena alasan finansial.Â
Dupont harus menutup fasilitas daur ulang kimianya di tahun 1998 setelah 3 tahun beroperasi. Coca-Cola dan Pepsi mengurangi produksi botol plastik daur ulang setelah mengeluhkan biaya yang mahal di pertengahan tahun 1990-an.Â
 Banyak perusahaan-perusahaan lainnya yang mencoba menerapkan "advanced recycling", namun berujung kepada permasalahan yang sama. Faktor ekonomi
Komitmen Daur Ulang Tak Terpenuhi
Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa industri plastik mengklaim advanced recycling sebagai inovasi mengatasi limbah plastik. Oleh karena itu, mereka berkomitmen untuk mengembangkan metode ini dalam skala komersial.
Beberapa perusahaan plastik telah mulai berkomitmen untuk mengelola limpah plastik dengan menggunakan advanced recycling.
Eastman berkomitmen akan mengelola 113,4 kiloton limbah plastik di tahun 2025 dan lebih dari 226,8 kiloton di tahun 2030. Ada juga DOW yang berencana mengelola 600 kiloton limbah plastik menggunakan advanced recycling di tahun 2030.
ExxonMobil menempatkan perhatiannya untuk mengelola 453,6 kiloton limbah plastik di akhir tahun 2026. Sementara Shell lebih ambisius lagi dengan berkomitmen untuk memproses 1 juta metrik ton limbah plastik pada tahun 2025.