Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Penulis Biasa

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Suami Harus Menggantikan Peran Istri, Ayah pun Menjadi Ibu

31 Oktober 2020   19:23 Diperbarui: 31 Oktober 2020   19:36 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ayah rumah tangga (tirto.id)

Bagaimana tidak pani, dua anak masih di SD dan yang sulung di pondok pesantren yang setiap minggu harus ditengok ayahnya karena beberapa hal. Sedangkan anak yang lain setiap hari harus diantar jemput sekolah. Untuk anak pertama anggaplah tidak terlalu masalah, asalkan semua kebutuhan sudah terpenuhi, saya sudah bisa mengurus rumah lagi, sedangkan urusan di pesantren sudah diurus oleh pengurusnya. 

Sedangkan anak kedua dan ketiga, karena mereka harus diantar jemput, maka setiap hari ayahnya harus mengantarkan mereka ke sekolah. Pernah beberapa hari dititipkan tukang ojek, nyatanya sang anak lebih suka dijemput ayahnya. Maka acapkali saya harus bergegas menjemput anak ketika jam sekolah masih istirahat.

Selain itu, masalah yang lebih besar tiba-tiba muncul, ketika anak sulung mengeluh sakit, maka otomatis saya harus mengurus sendiri pengobatannya hingga sembuh. Bayangkan memikirkan dua anak yang harus sekolah setiap hari sedangkan ayahnya harus mengurus kakaknya yang tengah sakit. Kadang dalam pikiran ada keinginan untuk menikah lagi, lantaran merasa tidak mampu melalui sendirian. 

Itu baru urusan pekerjaan dan urusan antar jemput anak-anak, karena pekerjaan rumah pun harus dikerjakan pula. Tidak peduli apakah kondisi tengah sakit, banyak pekerjaan kantor dan seabrek masalah karena anak yang juga mengalami kendala di sekolah.

Pada saat itulah ketika peran sebagai mengurus rumah tidak bisa digantikan oleh suami. Seandainya bisa, tentu karena pekerjaan sudah dihandel sang istri. Tapi, secara naluri, seorang suami adalah bertindak mencari nafkah, kecuali memang tengah menganggur dan sulit mencari pekerjaan, maka urusan di rumah juga bisa dikerjakan bersama-sama.

Menjadi Ibu Rumah Tangga Itu Berat, Maka Jangan Diremehkan

Boleh jadi ada dalam pikiran suami bahwa pekerjaan mengurus rumah tangga itu ringan. Dalam pikirannya sering mengatakan, "kerjaan di rumah mah enteng, lebih sulit mencari uang." Apakah pernyataan ini benar? Tidak sama sekali.

Karena setiap pekerjaan memiliki konsekuensi risiko dan tanggung jawab yang harus ditunaikan. 

Seperti bagi seorang ibu rumah tangga, maka mereka harus benar-benar mengurus rumah dan anak-anak. Apabila dihitung jamnya bisa berlaku 24 jam. Sejak pagi mereka harus memasak, membersihkan rumah, mengurus anak-anak dan seabrek pekerjaan yang sepertinya tidak ada habisnya. Sedangkan suami rata-rata berpatokan urusan mencari uang. Pagi berangkat kerja dengan keadaan rumah yang bisa jadi berantakan, dan pulang keadaan sudah bersih dan semua tertata rapi, anak-anak pun sudah ke sekolah dengan pakaian yang licin.

Nampaknya jika pekerjaan itu dihandel semua oleh ibu yang disebut ibu rumah tangga itu, rasa-rasanya dibayar ratusan juta pun tidak cukup untuk membayar kerja keras mereka mengurus rumah dan suaminya. Apalagi jika sang istri adalah pekerja pula, seperti sang istri kecil-kecilan juga mengelola PAUD dan PKBM yang kini dirintisnya. Maka pekerjaan pun harus dibagi agar tidak terlalu membebani.

Dalam situasi tersebut maka tidak heran jika saya harus membantu mencuci, menyapu halaman, atau mencuci piring dan persiapan sekolah anak. Demi pekerjaan bisa tuntas, maka pekerjaan pun harus dibagi agar beban pekerjaan tidak hanya diasakan pihak perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun