Setumpuk petuah toleran Menjadi pelajaran mulai dini hingga dewasa Mulai saling berbagi dan saling tolong menolong Kemudian saling menghormati dan saling menghargai Hingga sikap inklusif, pluralis, dan sikap respek Semua mengarah pada Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika Aku adalah Aku Kamu adalah kamu Dimaknai hanya sebagai kotak-kotak eksklusif kodrati Bukan menjadi warna-warni pembentuk pelangi Aku bersama kamu Kamu bersama aku Dimaknai sebagai penyatuan ekstrim identitas dan keyakinan Dimaknai pula sebagai pertarungan identitas dan keyakinan Dengan begitu...... Hanya akan ada kecurigaan dan ketidakpercayaan Antara aku dan kamu, bahkan akan ada mereka Mengapa meski begitu? Tidak dapatkah dimaknai lebih moderat? Bolehkah aku menulis dan memaknai seperti ini? Aku bersamamu, kamu bersamaku Aku berbagi kepadamu, karena aku butuh berbagi denganmu Aku menolongmu, karena aku juga butuh pertolonganmu Aku menghormatimu, karena aku bersamamu Aku menghargaimu, karena kamu berharga bagiku Aku terbuka kepadamu, karena aku tahu engkau akan terbuka kepadaku Aku respek kepadamu, karena aku tahu engkau akan respek kepadaku Pada hakikatnya... Aku pun tahu, kamu pun tahu, begitu juga dengan mereka Kita adalah warna-warni pelangi Kita adalah aku, kamu, dan mereka Kita bisa bekerja bersama-sama Kita bisa saling berbagi dan tolong menolong Kita bisa saling menghormati dan menghargai Kita bisa memakmurkan dunia ini Kita bisa mewarnai Indonesia dengan kesejahteraan dan perdamaian Base Camp PMII Ngalah, 13 Oktober 2014 Makhfud Syawaludin *Pernah dimuat di Radar Bromo Edisi Minggu, 02 November 2014 Halaman 30 Sumber: http://www.gitusajakokrepot.org/2014/11/aku-kamu-mereka-kita.html