Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Money

Bagaimana Kiranya Peran RRT Dalam Dua Dekade yang Akan Datang di Dunia Siapa dan Apa Peran Intelektual Dalam Negerinya (5)

28 Juni 2014   05:09 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:29 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perdebatan Pakar Untuk Model Guangdong dan Chongqing

Pada 30 Juli 2011, terjadi perdebatan antara model Chongqing dan model Guangdong dalam suatu serial seminar dan diskusi yang hangat, dilanjutkan dengan simposium yang sangat berpengaruh di luar kota Beijing-Unirule Institute (天则研究所北京) pada 12 Agustus 2011. Diskusi meja bundar terbuka tentang implikasi politik dari Guangdong-Chongqing dan segala kemungkinan bagi pemerintah pluralis bagi masa depan Tiongkok. Diskusi terbuka jenis ini merupakan yang pertama terjadi selama ini dengan tema ‘China Elections and Governance/中国选举与治理Zhongguon xuanju yu zhili). Walaupun dalam event ini Cui Zhiyuan yang merupakan supporter utama dari ‘model Chongqing’ tidak dapat hadir dalam ‘konfrontasi’ ini, namun presentasiXiao Bin ( 肖斌) menjadi tur de force dari acara ini, dengan makalah “The Evolving Guangdong Model: An Analytical Framework” (Diterbitkan dalam Journal of Public Administration 1 Juni 2011)

Peserta diskusi ini dihadiri oleh :

Mao Yishi (茅于轼) - Presiden Unirule Institute, Beijing.

Xiao Bing (肖滨) – Professor & Vice Presiden, Departemn of Public Affair, Sun Yat-sen University, Guangzhou.

Yang Fan (杨帆)- Professor, Department of Commerce, China University of Political Science and Law, Beijing.

Zhang Musheng (张木生) - Vice Secretary, The Chinese Tax Institute, Beijing.

Qiu Feng (邱枫) - Vice President of the Science Committee, Unirule Institute, Beijing.

Xiao Shu (萧疏) - Senior Analyst, Nanfang Zhoumo weekly newspaper, Guangzhou.

Li Weidong (李卫东) - Political Analyst, former Director of the monthly China Reform, Beijing.

Shi Xiaomin (石小敏) - Senior Economist and Vice President, China Society of Economic Reform, Beijing.

Zhang Shuguang (张曙光) - Researcher, Institute of Economics, Chinese Academy of Social Sciences; President of the Academic Committee, Unirule Institute, Beijing.

Xu Dianqing (徐滇庆) - Professor, National School of Development at Peking University.

Gao Quanxi (高全喜) - Professor, Faculty of Law at the Beijing University of Aeronautics and Astronautics.

Li Shengping (李升平) - Political Analyst and former Director of the Beijing Institute for Research in Social and Technological Development.

Cai Xia (蔡霞) - Professor, Department of Teaching and Research on the Construction of the Party, Party School of the Central Committee of the CCP, Beijing.

Yang Ping (杨平) - Director of the bimonthly Beijing Cultural Review.

Wang Zhanyang (王詹阳) - Professor and Director, Research Department of Political Science, Institute of Socialist Studies, Beijing.

Zhou Hongling (周红岭) - President, Beijing “New Era” Institute for Research in Public Education.

Dalam diskusi meja budar ini, Xiao Bin, Li Weidong dan Zhang Shuguang, antara lain menyebutkan bahwa selama tahapan pembangunan Guangdong dan Chongqing berada dalam tahapan yang berbeda, maka tidak dapat langsung diadakan perbandingan. Xiao Bin mengatakan bahwa Model Guangdong atau lebih tepatnya Model Pearl River telah lebih dulu berkembang sejak awal reformasi ekonomi. Pemda Guangdong telah memberi dorongan kepada perusahaan swasta, usaha kecil dan menengah yang mengarah pada pertumbuhan ekspor. Ini menyebabkan berkembangnya ekonomi pasar di kawasan ini dan berhasil untuk beradaptasi dengan globalisasi, sehingga membawa pertumbuhan yang luar biasa dalam dua dekade. Sedang Yang Ping mengatakan bahwa Chongqing berada 20 tahun tertinggal dari Guangdong, dikarenakan terletak di pedalaman (daratan) yang kurang menguntungkan. Ekonominya baru take-off 10 tahun belakangan sejak adanya proyek ‘pembangunan daerah Barat’(西部大开发/xibu da kaifa) yang dicanangkan oleh pememrintah pusat RRT tahun 2000. Oleh karena ada perbedaan latar belakang ini, Guangdong dan Chongqing memiliki permasalahan ekonomi dan sosial yang berbeda.

Pembangunan Guangdong Menuju Kebahagiaan ( 幸福广东/xingfu guangdong)

Xiao Bin mengatakan bahwa pertumbuhan Guangdong sedang menuju ke fase perubahan diatas (kebahagiaan) ini tidak dapat dihindari, namun ada hal yang sangat sulit untuk dapat dihindari. Perkembangan yang sangat cepat selama 30 tahun, memiliki konskuensi serius bagi wilayah ini dalam pencemaran lingkungan, masalah perselisihan perburuhan, pelanggaran hak-hak pekerja migran, dan terjadinya kolusi pemegang kekuasaan dan pemilik modal (KKN). Yang lebih buruk lagi masalah perpecahan soasial yang terkait terjadinya kesenjangan antara kota dan desa, ketidak seimbangan setempatdan kesenjangan kekayaan antara pekerja individual.

Li Weidong(李卫东)mengatakan bahwa Guangdong merupakan mikrokosmos dari masyarakat Tiongkok, dengan permasalahan yang sama seperti peningkatan secara keseluruhan akan ketidak adilan yang terjadi dan konflik sosial antara pekerja migran dan pekerja lokal. Guangdong dengan 36,67 juta pekerja migran yang hampir seluruhnya berasal dari desa dan pedalaman, yang kebanyakan telah 20an tahun tinggal di delta Sungai Peral (珠江) ini, sering terjadi stagnasi pembayaran upah dan upah yang dibayar tertundah berulang-ulang kali pada tahun-tahun terakhir ini (2011), menyebabkan terjadinya huru hara oleh pekerja migran di kota Zheng Cheng dan Hui Zhou. Menurut sensus 2010 populasi migran di Guangdong telah meningkat 70 kali lipat dalam 30 tahun, hingga akhir tahun 2010 populasi migran telah mencapai 1/3 dari seluruh populasi provinsi. Di kota Shenzheng dan Dongguan migran bahkan lebih banyak daripada penduduk lokal.

Tapi beberapa komentator mengatakan bahwa Pemda Guangdong telah mengadakan modifikasi kebijakan ekonominya secara signifikan dalam mengatasi provinsi yang menjadi makmur namun hasil pembangunannya masih tidak merata. Pada awal jabatannya Wan Yang sangat liberal pada isu-isu ekonomi, mendorong ‘percepatan pembaharuan dan modernisasi sektor industri’, dan menekankan bahwa sudah waktunya untuk “membuka kandang dan mengganti burungnya” (腾笼换鸟 / tenglong huanniao), yang bermakna kapasitas Guangdong untuk inovasi secara independen harus diperkuat dan pertumbuhan ekonomi akan dibangun atas dasar permintaan eksternal dan internal. Sistim pembangunan industri modern harus dipercepat dan pengembangannya harus terkoordinasi antara daerah perkotaan dan pedesaan.

Pada 2010, Wen Jiabao (kini mantan PM) pernah menyerukan untuk memperbesar “kue” kemakmuran sosial melalui pembangunan, sehingga lebih mudah memperbesar pembagian untuk rakyat. Wang lebih menekankan pada kualitas dari “kue” daripada ukuran besarnya. Salah satu langkah Wang adalah meningkatkan upah minimum sebesar 18,6% pada bulan Januari 2011, yang merupakan kenaikan 21,1% dari 2010. Tindakan ini dimaksudkan untuk memberi pekerja bagian keuntungan yang lebih besar, serta mendorong usaha padat karya untuk meningkatkan teknologi dan daya saing mereka. Jika langkah tersebut berhasil dapat mendatangkan keuntungan bisnis yang sangat besar, tapi dalam jangka pendek hal itu dapat mempersulit mereka.

Li Weidong(李卫东)meragukan kemampuan Guangdong untuk mereformasi industri padat karya yang telah mempekerjakan sebagian besar pekerja migran di kawasan itu selama dua dekade terakhir itu. Tapi dia menunjukkan bahwa jika industri ini dapat berkolaborasi dengan industri high value added (industri dengan produksi nilai tambah tinggi), maka rencana modernisasi industriini bisa bekerja dengan baik.

Qiu Feng (邱枫) mengatakah bahwa pandangan Wang Yang pada masalah-masalah sosial juga akan berubah dari waktu ke waktu, se-iring dengan dengan masalah pengintergrasian buruh migran, Guangdong harus menemukan cara untuk mengatasi masalah yang timbul dengan industri kelas menengah dan PNS kelas menengah yang baru serta pekerja kerah putih. Pekerja dari industri baru yang modern ini umumnya terorganisir lebih baik dan ini akan menjadi tekanan bagi pemerintah setempat.

Lebih lanjut Qiu mengatakan sistim yang ada sekarang tidak memiliki saluran kelembagaan yang memungkinkan partisipasi publik dalam pemerintahan daerah, untuk mengatasi masalah ini pada Sidang Pleno kedelapan Sidang kesepuluh PKTKomite Provinsi Guangdong pada 2011, pemerintah setempat menggelar rencana lima tahun (2011-15) untuk memperkuat rule of law dalam pemerintahan.(法治广东建设五年规划2011-2015). Dalam pertemuan ini juga untuk pertama kalinya Wan Yang secara resmi memperkenalkan target Provinsi untuk 12 konsep rencana ‘Guangdong Menuju Kebahagiaan’ (幸福广东, Xingfu Guangdong ). Xiao Shu mengatakan bahwa ini merupakan kemajuan yang nyata dalam memperkuat sistim pembangunan sosial (社会建设, Shehui Jianshe), yang dimulai dari rekontruksi sosial dari tingkat bawah naik ke atas (社会底盘, she hui dipan). Dorongan untuk menuju kebahagiaan harus dengan penciptaan sebuah masyarakat sipil yang terbuka dan pembentukan landasan bagi setiap warga negara untuk memantau dan memberi reaksi terhadap kebijiakan lokal, khususnya melalui internet/jaringan elektronik sosial (网络问政、公民问政 wangluo wenzheng, gongmin wezheng).

Wang Yang juga pernah berujar saat interview dengan News Weektentang modernisasi ekonomi(腾笼换鸟 / tenglong huanniao) dan kebijakan sosial untuk kesejahteraan (幸福广东, Xingfu Guangdong) di Guangdong akan saling berkaitan (11 Maret 2011). Modernisasi ekonomi akan memperkaya “porsi kue”, sementara kebijakan sosial mengatur pembagian tersebut. Namun “kue” tidak akan bisa dibagi jika belum dibuat, dan satu-satunya alasan untuk membuat “kue” adalah untuk dapat dibagikan. Tapi pada 10 Juli 2011 pada sessi kesembilan pertemuan untuk perencanaan Komite Provinsi, Wang mengemukakan padangannya yang sedikit berbeda. Dengan mengatakan walaupun sharing untuk “kue” itu penting, tapi tugas utama Partai tetap harus membuat “kuenya”.(分蛋糕不是重点工作,做蛋糕是重点/fen dangao buzhi zhongdian gongzuo, dangao shi zhongdian).

Tapi hal diatas ini dikritik karena hanya memproritaskan effisiensi atas ekuitas. Wang Zhanyang mengatakan Guangdong yang fokus pada pembuatan “kue” merupakan satu tindakan “politik yang benar”, selama Guangdong harus mengikuti kebijakan pemerintah pusat meskipun mereka salah. Tapi gagasan menciptakan kekayaan menjadi satu-satunya kebijakan pemerintah adalah sesuatu yang tidak dapat diterima, karena ketidak adilan yang disebabkan oleh distribusi arus pendapatan menjadi tidak tertahankan. Gao Quanxi mengatakan aturan dan hukum untuk penciptaan kekayaan perlu dibentuk. Ini penting supaya memungkinkan sengketa ekonomi yang harus ditangani melalui hukum yang independen dapat berjalan, juga agar dapat membantu untuk mempertahankan pertumbuhan yang berkelanjutan dengan berbasiskan pada hukum.(Bersambung......)

Sumber :

http://www.centreasia.eu/sites/default/files/publications_pdf/china_analysis_one_or_two_chinese_models_november2011_0.pdf

( http://www.eeo.com.cn/2008/0828/115647.shtml ) 何兵:司法民主化是个伪命题吗?

China 3.0 Mark Leonard

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun