Kisah Pertumbuhan Pribadi Wang Chuanfu
Seperti yang telah dikisahkan di postingan yang lalu, dia lahir dari keluarga petani biasa di Kota Wuwei, Provinsi Anhui. baca:
Kisah Pendiri dan Bos BYD Wang Chuanfu
ttps://www.kompasiana.com/makenyok/660919851470933cab1c75c7/kisah-pendiri-dan-bos-byd-wang-chuanfu
Ayahnya adalah seorang tukang kayu yang kemudian bergabung dengan partai dan pernah menjabat sebagai sekretaris brigade desa. Ayahnya sealau membedakan dengan jelas antara urusan publik dan pribadi di tempat kerja.
Karena dia adalah anggota partai, ide-ide ayah Wang Chuanfu relatif tercerahkan dan maju di pedesaan. Ketika dia meninggal, dia menanggapi seruan partai dan membujuk kerabatnya untuk dia dikremasi.
Ibu Wang Chuanfu adalah seorang istri dan ibu tradisional yang mendidik anak-anaknya dengan baik agar setia dan bertanggung jawab. Dipengaruhi oleh suasana kekeluargaan, anak-anak juga mewarisi karakter yang kuat dan jujur serta semangat pantang menyerah.
Hal yang sama juga terjadi pada Wang Chuanfu, yang tercermin jelas dalam perjalanan kewirausahaannya selanjutnya. Wang Chuanfu memiliki lima saudara perempuan, satu saudara laki-laki dan satu saudara perempuan. Termasuk orang tuanya, keluarga beranggotakan sepuluh orang ini mencari nafkah dengan keterampilan pertukangan yang diturunkan dari generasi ke generasi, dan kehidupan mereka cukup memadai dan tenteram. Namun masa-masa indah itu tidak berlangsung lama, ketika Wang Chuanfu berusia tiga belas tahun, ayahnya meninggal karena penyakit jangka panjang.
Situasi keuangan keluarga mulai memburuk. Lima saudara perempuan Wang Chuanfu menikah satu demi satu, dan adik perempuannya ditempatkan di panti asuhan. Saudara laki-lakinya Wang Chuanfang juga putus sekolah dan mulai bekerja mencari uang untuk menghidupi keluarga. Kehidupan yang sulit dan harapan yang sungguh-sungguh dari ibu dan saudara laki-lakinya terus-menerus memacu Wang Chuanfu.
Di masa remajanya, mungkin karena alasan keluarga, Wang Chuanfu lebih stabil dan dewasa sebelum waktunya dibandingkan anak-anak seusianya, dia pemalu dan tidak suka banyak bicara, serta enggan berinteraksi terlalu banyak dengan orang lain.
Namun dia tahu bagaimana belajar lebih giat dibandingkan anak-anak lain pada usia yang sama dan mencurahkan seluruh tenaga dan waktunya untuk belajar. Karena dia memahami bahwa harapan keluarga tertuju padanya, dan dia hanya bisa membalasnya dengan rajin belajar dan berprestasi baik. Oleh karena itu, dia selalu memiliki keyakinan di dalam hatinya, yaitu "selalu berbuat lebih baik dari orang lain".