Dalam tulisan ini akan coba mengurutkan seluk beluk konflik antara Rusia dan Ukraina, serta menganalisis faktor geopolitik, sejarah, dan budaya yang terlibat di dalamnya.
Namun menurut banyak pakar luar, Konflik Rusia-Ukraina sekali lagi membuktikan bahwa dunia telah memasuki "era pasca-Amerika", era hegemoni AS telah berakhir, dan tatanan internasional baru yang benar-benar multi-polar akan lahir dalam proses reformasi dan revolusi yang bergejolak.
Menurut pandangan beberapa pakar, AS telah melakukan kesalahan sejak berakhirnya Perang Dingin, memperlakukan Rusia sebagai negara yang kalah. Tantangan Rusia ini adalah tantangan paling berat bagi sistem AS yang terdiri dari satu negara adidaya dan multi kekuatan.
Akhir-akhir ini dunia telah memperhatikan krisis Rusia-Ukraina, yang belakangan ini telah meningkat menjadi penyerbuan Rusia ke Ukraina, seiring dengan perkembagnan situasi telah terjadi perubahan baru yang dapat melahirkan pola-pola baru.
Konflik Rusia-Ukraina jika dilihat secara historis keturunan biologis mereka itu "memiliki akar yang sama", tetapi krisis ini memang memiliki seluk beluk yang kompleks, terutama geopolitik. Faktor-faktor historis seperti budaya dan kemungkinan dampaknya terhadap tatanan internasional, kiranya masalah ini layak untuk didiskusikan lebih lanjut.
Maka tidak diragukan lagi bahwa salah satu alasan utama konflik antara Rusia dan Ukraina ini adalah ekspansi NATO yang terus menerus ke arah timur, yang membuat Rusia merasakan ancaman eksistensial. Pada awal abad yang lalu, ahli geo-politik Inggris Mackinder mengatakan bahwa siapa pun yang menguasai perairan Eropa Timur, berarti menguasai jantung kawasan (heartland), siapa pun yang menguasai jantung kawasan, berarti menguasai pulau dunia, dan siapa pun yang menguasai pulau dunia, menguasai dunia.
Sir Halford Mackinder menjelaskan pada "Teori Heartland" dalam "Poros Geografis Sejarah" pada tahun 1904. Negara mana pun yang menguasai Eropa Timur akan mengontrol Heartland (inti dari Eurasia); selanjutnya bangsa ini kemudian akan menguasai Pulau Dunia (seluruh Eropa dan Asia); dan akhirnya, akan mendominasi dunia. Ini pernah penulis singgung dalam tulisan terdahulu. Baca:
Apakah Huawei Akan Tumbang Melawan Tekanan Pesaing yang Didukung AS?
Dan teori "jantung kawasan (Hearthland)" Mackinder telah sangat mempengaruhi kaum politisi AS atas teori kontroversi atas ekspansi NATO ke arah timur. Mackinder menekankan pentingnya Eropa Timur, dan Ukraina adalah inti dari heartland ini. Sejauh menyangkut AS, Zbigniew Brzezinski, mantan penasihat keamanan nasional AS, adalah tokoh perwakilan yang menganjurkan bahwa Barat harus mempromosikan apa yang disebut "demokratisasi" dan perluasan NATO ke timur termasuk mencakup seluruh Ukraina.
Kebangkitan Rusia kini secara langsung mengancam status AS. Tetapi jika AS dapat mengendalikan Ukraina, tidak mungkin bagi Rusia untuk bangkit kembali untuk membangun kerajaan Eurasianya.
Karena itulah Brzezinski, dalam bukunya "The Grand Chessboard: American Primacy and Its Geostrategic Imperatives" , secara terbuka berpendapat bahwa perjuangan demokrasi di Eropa harus menjadi proses sejarah tanpa akhir yang tidak boleh tunduk pada pengolesan politik sewenang-wenang terhadap batas geografi. Dan, pandangan Brzezinski yang berpusat pada Amerika yang dirinya masih berlatar belakang keturunan Polandia dan ideologi anti-komunisnya yang kuat, menurut pandangan analis dan pengamat telah memengaruhi pandangannya tentang ekspansi NATO ke arah timur.
Pemimpin AS Joe Biden sebenarnya adalah pendukung konsisten ekspansi NATO ke arah timur. Baru-baru ini, sepotong pidatonya sebagai senator AS di Dewan Atlantik pada tahun 1997 beredar di Internet. "Dia mengatakan bahwa beberapa orang Rusia mengatakan kepada saya bahwa Amerika Serikat tidak boleh terus mempromosikan ekspansi NATO ke arah timur, karena hal itu akan mendorong Rusia lebih dekat ke Tiongkok. Dia berkata, "Tidak masalah, biar saja Rusia putar balik ke Tiongkok. Jika mereka tidak bisa beralih ke Tiongkok, mereka bisa beralih ke Iran." Penonton di bawah tertawa.
Tampak sekali Biden mengatakan ini dengan nada sarkastik, pandangannya sangat meremehkan Rusia, Tiongkok dan Iran.
Namun, Tiongkok, Rusia, dan Iran memang relatif lemah pada waktu itu, dan AS masih berada dalam tahap kemenangan pasca Perang Dingin, sehingga "lupa daratan". Tetapi ada pandangan yang bertentangan dengan pandangan ini dari George Kennan, Kissinger, dan beberapa senior ahli strategi diplomasi luar negeri AS.
Jauh sebelumnya pada tahun 1997 ketika Kongres AS membahas masalah ekspansi NATO ke arah timur, George Kennan, mantan duta besar AS untuk Uni Soviet yang berusia 93 tahun, menulis di "New York Times, " dengan mengatkan perluasan NATO Â akan menjadi kesalahan paling mematikan dalam kebijakan AS di seluruh era pasca-Perang Dingin, Rusia tidak akan percaya pernyataan bahwa sudah tidak ada lagi permusuhan terhadap AS, mereka akan melihat prestise dan kepentingan keamanan mereka secara negatif akan terpengaruh, dan prestise bagi orang Rusia adalah prioritas utama.
Maka pada tahun 2013 dan 2914, ketika AS memprovokasi "revolusi warna" di Ukraina, Kissinger juga mengingatkan Barat untuk berhati-hati di Ukraina.
Pada bulan Maret 2014, Kissinger menulis di New York Times bahwa Barat harus memahami bahwa bagi Rusia, Ukraina tidak akan pernah hanya menjadi negara asing. Ukraina adalah bagian dari Rusia selama berabad-abad.
Sebelumnya, sejarah mereka saling terkait. Bahkan pembangkang era Soviet seperti penulis Aleksandr Solzhenitsyn dan penyair Joseph Brodsky juga bersikeras menganggap Ukraina adalah bagian penting dari sejarah Rusia, dan kenyataannya memang bagian dari Rusia. Dan Ukraina sebenarnya adalah bagian dari Rusia.
Kissinger juga mengingatkan para pemimpin Ukraina bahwa kemerdekaan Ukraina (pada saat itu) yang baru berusia 23 tahun, sebelumnya selalu berada dibawa dominasi asing sejak abad ke-14, dan tidak mengherankan bahwa para pemimpin Ukraina belum belajar seni kompromi apalagi berbicara dari perspektif sejarah.
Kissinger menuliskan bahwa di Ukraina Barat berbicara bahasa Ukraina dan Ukraina Timur sebagian besar berbicara bahasa Rusia, setiap upaya oleh salah satu sisi Ukraina untuk mendominasi yang lain pada akhirnya akan menyebabkan perang saudara atau perpecahan. Maka akan lebih bijaksana untuk melihat Ukraina sebagai bagian dari konfrontasi antara Timur dan Barat
Kissinger kemudian percaya bahwa Ukraina seharusnya tidak menjadi pos terdepan dalam konfrontasi antara Timur dan Barat, tetapi jembatan di antara mereka.
Maka jika menengok ke belakang, menurut pandangan pengamat dan analis George Kennan, Kissinger harus dikatakan memiliki visi strategis, tentunya ini juga untuk kepentingan nasional AS sendiri.
Namun, karena berbagai alasan, proposisi Brzezinski akhirnya menang, jadi kita sekarang dapat  melihat AS dan Barat terus mempromosikan ekspansi NATO ke arah timur meskipun ada tentangan kuat dari Rusia.
Setelah disintegrasi Uni Soviet, Yugoslavia, dan runtuhnya Eropa Timur , pada tahun 1999 Polandia, Hongaria dan Republik Ceko bergabung dengan NATO.
Dari tahun 2002 hingga 2007, Bulgaria, Estonia, Latvia, Lithuania, Rumania, Slovenia, dan Slovakia, tujuh negara Eropa Timur menjadi anggota baru NATO.
Kemudian pada tahun 2014, AS menggulingkan Presiden Yanukovych yang pro Rusia melalui "revolusi warna", dan mulai mempromosikan Ukraina menjadi anggota NATO, kemudian sebagai serangan balik, Rusia juga mendukung Kroasia atas nama membela demokrasi dan kemanusiaan. hak atas nama yang sama dengan Barat.Â
Kremia bergabung dengan Federasi Rusia dalam sebuah referendum dan mendukung milisi di Ukraina timur melawan pasukan pemerintah Ukraina.
Kemudian seorang komedian Zelensky berkuasa menjadi presiden Ukraina pada tahun 2019. Setelah berkuasa, dia semakin mengintensifkan konflik dengan Rusia. Pendahulunya justru melihat bahwa negara-negara Barat tidak akan langsung mengirimkan pasukan untuk membantu Ukraina merebut kembali Krimea, sehingga dia mulai meremehkan konflik dengan Rusia, Â Isu Krimea berubah menjadi fokus pada isu untuk masalah Ukraina timur.
Oleh karena itu, pada tahun 2015, "Minsk Agreement" ditandatangani antara Ukraina dan Rusia untuk mencapai gencatan senjata di wilayah Ukraina Timur, dan pemerintah Ukraina juga mempertimbangkan untuk memberikan otonomi tingkat tinggi kepada dua negara di wilayah Ukraina Timur, yaitu Donetsk dan Luhansk. .
Namun, dengan dukungan AS, Zelensky bersikeras untuk menghubungkan masalah Krimea dengan masalah Ukraina, dan pada saat yang sama secara aktif mendorong Ukraina untuk bergabung dengan NATO.
Pada tahun 2021, Ukraina menjadi mitra peningkatan kemampuan NATO, dan militer Ukraina mulai berlatih bersama dengan pasukan NATO.
Bagi Rusia tampaknya jika tidak bertindak, Ukraina dapat mencapai tujuan bergabung dengan NATO dalam satu atau dua tahun ini, yang berarti bahwa NATO dapat mengerahkan rudal di Ukraina untuk menghantam Moskow dalam 10 menit. Ini sama sekali tidak dapat diterima oleh Rusia.
Bagi Rusia menghadapi situasi demikian seperti apa yang dikatakan oleh "Hamlet" -- "to be or not to be (hidup atau mati)"
Dari segi sejarah dan budaya, akar dari budaya Rusia berawal di Ukraina, yang kemudian terbagi menjadi Rusia, Ukraina dan Belarus pada Grand Duchy of Kyiv. Ukraina masih sebagai lumbung besar bangsa Rusia, dan kemudian menjadi salah satu basis industri terpenting di era Soviet.
Jadi sekarang operasi militer khusus Rusia yang telah berlangsung selama beberapa waktu, menurut pandangan pengamat Putin mungkin memiliki tujuan yang lebih dalam, yaitu ingin menumbangkan tatanan internasional hegemoni yang unipolar Amerika melalui operasi militer.
Lukyanov, seorang cendikiawan senior Rusia, menerbitkan sebuah artikel di "situs Russia Today" belum lama ini, dia mengatakan ini, dia mengatakan bahwa operasi militer yang diluncurkan oleh Presiden Putin menandai akhir dari sebuah era, dan dampaknya akan terjadi di masa depan. Beberapa tahun kemudian, tampaknya Moskow telah memposisikan dirinya sebagai "agen perubahan mendasar di seluruh dunia" ("become an agent of cardinal change for the whole world.").
Jadi banyak pengamat yang berpandangan konflik antara Rusia da Ukraina berasal dari "provokasi/ menyalakan api" dan "mengipasi api" yang dilakukan AS.
AS mengharapkan konflik antara Rusia dan Ukraina jika terjadi, berharap modal Eropa dapat mengalir ke AS, dan berharap dapat melemahkan Rusia dan memecah belah Eropa.
Agar Eropa lebih bergantung pada AS, tetapi Presiden Putin tampaknya yakin bahwa AS tidak memiliki keinginan dan kekuatan untuk melawan Rusia, dan akan melakukan apa pun yang diperlukan setelah bertahun-tahun bertahan dan menunggu, maka kini serangan balik skala penuh akhirnya diluncurkan, skala yang jauh melebihi dibayangkan AS.
Beberapa pengamat berpandangan Putin memiliki tiga tujuan, salah satunya seperti yang telah dinyatakan kepada publik bahwa Ukraina harus di buat "de-militerisasi, de-Nazifikasi, dan dibuat menjadi netral (Netralisasi).
Kedua, mengguncang keberadaan NATO dari akarnya. AS yang terus telah "menyalakan api" dan "mengipasi api" sejak perkembangan konflik. Tidak berani terlibat dalam pertempuran secara langsung. Terdapat juga pertikaian di antara anggota NATO, termasuk penolakan Polandia baru-baru ini untuk "cepat mengirimkan" jet tempur ke Ukraina atas permintaan AS.
Jelas hal ini telah menohok hegemoni AS. Dengan kata lain, ini berarti Rusia kini telah menetapkan aturan untuk AS dan NATO Â yang mengisyaratkan tidak mengizinkan NATO untuk melakukan apa pun yang mereka ingin lakukan terhadap Rusia.
Yang ketiga adalah untuk mempromosikan "perubahan mendasar di dunia" kata Lukyanov, yang juga disebut menumbangkan tatanan internasional yang didominasi oleh hegemoni unipolar AS yang terbentuk setelah Perang Dingin, dan membangun tatanan internasional multi-kutub ataau multi-polar, dan Rusia akan menjadi orde baru yang memegang kunci.
Terus terang, tiga tujuan Rusia memiliki simpatisan dan pendukung yang luas di dunia, terutama tujuan ketiga mengubah tatanan internasional yang dipimpin oleh AS. Yang selama ini menjadi satu-satunya kekuatan yang dapat mendikte sema negara di dunia, denga moto "Kekuatan adalah Kebenaran" Â siap[a pun "jika menurut menjadi makmur, tidak menurut akan binasa" , dengan mengertak negara-nengara lemah sesuka hatinya
Sejak tahun 2003, dengan tindakan apa yang disebut "perang melawan teror" , AS telah menyebabkan begitu banyak kehidupan dan rumah orang-orang tidak berdosa menjadi hancur.
Hampir satu juta orang telah meninggal, puluhan juta telah mengungsi dan kehilangan tempat tinggal, dan dunia telah menderita untuk waktu yang lama.
Kemudian negara-negara yang mewakili mayoritas penduduk dunia, termasuk Tiongkok, India, Pakistan dan kekuatan non-Barat lainnya dan negara-negara Islam yang luas, semuanya abstain dalam pemungutan suara resolusi PBB tentang konflik yang melibatkan Rusia dan Ukraina.
Pendapatnetizen di negara-negara ini mencerminkan hal ini. Beberapa hari yang lalu, ada sarjana AS yang bertanya kepada koleganya di Tiongkok, mengapa Tiongkok tidak menjatuhkan sanksi kepada Rusia. Dia mengatakan bahwa AS belum meminta maaf seperti rakyat Afghanistan, rakyat Irak, dan rakyat Suriah, belum meminta maaf kepada rakyat Libya, jadi apa hak AS untuk mengajukan pertanyaan ini....
Bagaimana pun kita sangat bersimpati kepada rakyat Ukraina. rakyat Rusia dan Ukraina adalah teman kita. Kita berharap mereka dapat menemukan solusi damai untuk perselisihan tersebut. Memang seluruh dunia harus mengutuk dan menghentikan perilaku anti-manusia semacam ini. Tatanan internasional yang tidak adil seperti itu tidak dapat diterima begitu saja.
Namun kita juga memaklumi sebagian negara di dunia merupakan reformis dari tantanan ini, bukan revolusioner. Tapi perkembangan dunia kini, dimana dunia Timur sedang naik dan dunia Barat sedang menurun, maka kita dapat melihat bahwa tatanan internasional yang langka itu sendiri harus memulai berbagai perubahan, dari penggantian G7 oleh G20 di bidang ekonomi ditambah promosi Tiongkok dengan popularitas inisiatif "OBOR" dll dapat terlihat cermin dari hal ini.
Sekarang Rusia telah mengubah operasi militer menjadi skala besar dan kontroversial, dalam arti telah menjadi revolusioner yang menumbangkan tatanan lama, ini memiliki dampak besar pada evolusi pola dunia. Tidak diragukan lagi, konflik antara Rusia dan Ukraina sekali lagi membuktikan bahwa dunia telah memasuki "era pasca-Amerika". Era hegemoni AS tampaknya akan berakhir. Sistem Sekutu seperti NATO, termasuk hegemoni dolar AS, dll, mungkin secara bertahap menurun di sepanjang jalan, tatanan internasional baru yang benar-benar multi-kutub telah mulai tumbuh.
Banyak peneliti yang beranggapan akan lahir dalam proses interaksi revolusi dan reformasi yang bergejolak. Dalam hal ini, apakah Rusia dapat mencapai tujuan pertama demiliterisasi, de-Nazifikasi, dan netralisasi Ukraina akan memiliki signifikansi indikator yang sangat penting menjadi perhatian kita semua.
Jika tujuan ini dapat dicapai, itu sudah berarti telah tercapai pada awalnya. Dua tujuan terakhir Rusia adalah untuk melemahkan NATO dan mengguncang tatanan internasional yang didominasi oleh AS.
Menurut Flyodor Lukyanov dalam artikelnya "The End Of An Era" dikatakan, sejak Perang Dingin, pendekatan yang lebih modern hampir selalu menjadi metode yang digunakan. Sebut saja dengan namanya yang modis, tetapi tidak akurat, -- "perang hibrida". Namun, sebagian besar, ini belum pernah terpenuhi dengan perlawanan serius, apalagi konfrontasi bersenjata langsung.
Perang Rsuia-Ukraina 2022 adalah ujian yang menentukan yang akan membuktikan pendekatan mana yang akan menang. Dalam pengertian ini, mereka yang menduga bahwa konsekuensinya bisa jauh lebih dalam daripada yang mereka kira benar.
Para pemimpin Rusia, yang memutuskan langkah-langkah yang sangat drastis, mungkin memahami konsekuensinya, atau bahkan secara sadar mencita-citakannya. Halaman kerja sama dengan Barat telah dibuka. Ini tidak berarti bahwa isolasionisme akan menjadi norma, tetapi ini menandai akhir dari babak sejarah penting dalam hubungan politik. Perang Dingin yang baru tidak akan berakhir dengan cepat.
Setelah beberapa waktu, efek yang ditimbulkan oleh operasi militer saat ini kemungkinan besar akan mulai mereda, dan beberapa bentuk interaksi akan dilanjutkan, tetapi batasnya pasti telah ditarik, diangkat dan ikatan dipulihkan secara bertahap dan selektif.
Restrukturisasi prioritas ekonomi akan membutuhkan pendekatan yang berbeda, yang akan merangsang pembangunan dalam beberapa hal, dan memperlambatnya dalam hal lain. Bagian paling aktif dari masyarakat Rusia harus menyadari bahwa cara hidup lama mereka hilang.
"Benteng Rusia" telah memutuskan untuk menguji kekuatannya dan, pada saat yang sama, telah menjadi agen perubahan utama bagi seluruh dunia.
Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri
https://www.themontrealreview.com/Articles/The-End-of-an-Era.php
https://en.wikipedia.org/wiki/Russia%E2%80%93Ukraine_relations
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI