Bagi Rusia tampaknya jika tidak bertindak, Ukraina dapat mencapai tujuan bergabung dengan NATO dalam satu atau dua tahun ini, yang berarti bahwa NATO dapat mengerahkan rudal di Ukraina untuk menghantam Moskow dalam 10 menit. Ini sama sekali tidak dapat diterima oleh Rusia.
Bagi Rusia menghadapi situasi demikian seperti apa yang dikatakan oleh "Hamlet" -- "to be or not to be (hidup atau mati)"
Dari segi sejarah dan budaya, akar dari budaya Rusia berawal di Ukraina, yang kemudian terbagi menjadi Rusia, Ukraina dan Belarus pada Grand Duchy of Kyiv. Ukraina masih sebagai lumbung besar bangsa Rusia, dan kemudian menjadi salah satu basis industri terpenting di era Soviet.
Jadi sekarang operasi militer khusus Rusia yang telah berlangsung selama beberapa waktu, menurut pandangan pengamat Putin mungkin memiliki tujuan yang lebih dalam, yaitu ingin menumbangkan tatanan internasional hegemoni yang unipolar Amerika melalui operasi militer.
Lukyanov, seorang cendikiawan senior Rusia, menerbitkan sebuah artikel di "situs Russia Today" belum lama ini, dia mengatakan ini, dia mengatakan bahwa operasi militer yang diluncurkan oleh Presiden Putin menandai akhir dari sebuah era, dan dampaknya akan terjadi di masa depan. Beberapa tahun kemudian, tampaknya Moskow telah memposisikan dirinya sebagai "agen perubahan mendasar di seluruh dunia" ("become an agent of cardinal change for the whole world.").
Jadi banyak pengamat yang berpandangan konflik antara Rusia da Ukraina berasal dari "provokasi/ menyalakan api" dan "mengipasi api" yang dilakukan AS.
AS mengharapkan konflik antara Rusia dan Ukraina jika terjadi, berharap modal Eropa dapat mengalir ke AS, dan berharap dapat melemahkan Rusia dan memecah belah Eropa.
Agar Eropa lebih bergantung pada AS, tetapi Presiden Putin tampaknya yakin bahwa AS tidak memiliki keinginan dan kekuatan untuk melawan Rusia, dan akan melakukan apa pun yang diperlukan setelah bertahun-tahun bertahan dan menunggu, maka kini serangan balik skala penuh akhirnya diluncurkan, skala yang jauh melebihi dibayangkan AS.
Beberapa pengamat berpandangan Putin memiliki tiga tujuan, salah satunya seperti yang telah dinyatakan kepada publik bahwa Ukraina harus di buat "de-militerisasi, de-Nazifikasi, dan dibuat menjadi netral (Netralisasi).
Kedua, mengguncang keberadaan NATO dari akarnya. AS yang terus telah "menyalakan api" dan "mengipasi api" sejak perkembangan konflik. Tidak berani terlibat dalam pertempuran secara langsung. Terdapat juga pertikaian di antara anggota NATO, termasuk penolakan Polandia baru-baru ini untuk "cepat mengirimkan" jet tempur ke Ukraina atas permintaan AS.
Jelas hal ini telah menohok hegemoni AS. Dengan kata lain, ini berarti Rusia kini telah menetapkan aturan untuk AS dan NATO Â yang mengisyaratkan tidak mengizinkan NATO untuk melakukan apa pun yang mereka ingin lakukan terhadap Rusia.