Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menyoroti Krisis Rantai Pasokan Barang Konsumsi AS Saat Ini

9 November 2021   19:40 Diperbarui: 9 November 2021   19:49 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: dreamstime.com

Presiden AS Joe Biden memiliki banyak julukan, tetapi terakhhir ini beredar juga julukan "Presiden Rak Kosong/The empty shelves President" yang harus dia hadapi dan mengatasinya selama era pemerintahannya.

Selama Biden menjabat presiden AS, tingkat inflasi di masyarakat tetap tinggi. Tapi yang lebih memperburuk situasi adalah terjadinya krisis gangguan rantai pasokan barang konsumsi, banyak supermarket yang rak-raknya pada kosong.

Dilaporkan bahwa situasi ini kemungkinan akan berlanjut hingga "Black Friday", festival belanja terbesar di AS pada 26 November, dan bahkan mempengaruhi musim belanja Natal di bulan Desember.

Sekretaris pers Gedung Putih bahkan secara terbuka menyatakan bahwa inflasi memiliki pengaruh kecil di AS karena tidak ada lagi yang bisa dibeli di rak-rak supermarket.

Pandangan dan komentar aneh ini oleh pengamat luar dikhawatirkan pemerintah AS dengan kemampuan tata kelola yang begitu rendah tidak mungkin menghadapi krisis rantai pasokan ini.

Media AS umumnya memprediksi bahwa krisis rantai pasokan AS saat ini akan berlanjut hingga 2022 atau bahkan 2023.


Dalam menghadapi tuduhan rakyat, beberapa politisi telah mencoba menyalahkan dan memfitnah Tiongkok. Mereka mengklaim bahwa akar penyebab krisis rantai pasokan masyarakat Barat ini, disebabkan karena Tiongkok telah mencapai pengentasan kemiskinan secara besar-besaran, dan setelah 1,4 miliar standar hidup orang Tiongkok telah sangat meningkat, konsumsi makanan dan energi telah meningkat pesat, sehingga mengambil porsi bagian dari pasokan asli ke Barat, dan bahkan teori konspirasi baru telah dikomandangkan.

Bahkan telah menuduh pemerintah Tiongkok ikut campur dalam kegiatan produksi perusahaan dan mengurangi ekspor ke AS. Tujuannya adalah untuk mengontrol rantai pasokan global, menyeret ekonomi AS dan menjadi hegemon dunia baru.

Tingkat absurditas penyataan tuduhan tidak berdasarkan data yang sulit diterima nalar ini, terus dikumandangkan ke media-media di seluruh dunia.

Apakah Benar Tiongkok Mengurangi Ekspor ke AS?

Mari kita bicara dengan data yang bisa terbaca. Menurut statistik Administrasi Umum Pabeanan Tiongkok, total ekspor Tiongkok mencapai RMB 9,85 triliun yuan pada paruh pertama tahun 2021, meningkat 23,8% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2019 sebelum pandemi, dan ekspor ke AS terus berkembang.

Total volume ekspor ke AS pada September meningkat 15,04% dibandingkan Agustus, sehingga krisis rantai pasokan di AS tidak disebabkan karena pasokan barang dari Tiongkok yang berkurang.

Politisi AS mungkin seharusnya menempatkan pandangan mereka kembali ke domestik AS dan merenungkan penerbitan mata uang Fed yang berlebihan. Faktanya, over-issue mata uang adalah metode AS untuk menanggapi krisis ekonomi. Sejumlah besar mata uang tambahan telah memanfaatkan hegemoni dolar AS untuk membeli produk nyata dari negara lain dengan uang kertas, dan melempar tekanan inflasi ke dunia.

Menurut pengamatan, sejak merebaknya pandemi Covid-19, telah terjadi fenomena aneh di AS. Kali ini, kegiatan produksi terhenti, tetapi pasar saham melonjak. Kekayaan 1% orang terkaya di AS meningkat penghasilannya sebesar lebih dari 6,5 triliun dolar AS.

Di sisi lain, kebijakan stimulus konsumsi yang diterapkan AS selama pandemi tidak hanya secara langsung menyuntikkan dolar AS ke rekening semua warga negara AS, tetapi juga memberikan sejumlah besar uang bantuan kepada para penganggur.

Banyak orang Amerika mendapati bahwa mereka menerima lebih banyak tunjangan selama pengangguran daripada ketika mereka sedang aktif bekerja di tempat kerja, yang menambah kekayaan $1,2 triliun lagi untuk 90% orang Amerika. Angka-angka ini diciptakan dari udara tipis telah membuat melambungnya keinginan orang Amerika untuk konsumsi.  

Fenomena aneh lain di AS di masa pandemi adalah bahwa tingkat pengangguran tetap tinggi, tetapi berbagai industri telah mengalami kekurangan tenaga kerja dari berbagai tingkat.

Dalam industri perdagangan dan transportasi yang intensitas kerjanya relatif tinggi, fenomena ini lebih parah lagi. Menurut data dari Departemen Tenaga Kerja AS, 4,3 juta orang Amerika memilih untuk mengundurkan diri pada bulan Agustus, nilai tertinggi sejak statistik, termasuk banyak dari pekerja terminal pelabuhan laut dan pengemudi truk.

Apa yang menyebabkan di AS kekuarangan angkatan kerja? Di satu sisi, ekonomi memang buruk, dan semua perusahaan merumahkan karyawan. Di sisi lain, manfaat yang diberikan Biden kepada rakyat Amerika sangat baik. Orang-orang ini tidak mau bekerja setelah melakukan perhitungan pemasukan dari stimulus yang diterima dari pemerintah.

Agaknya Biden menyesalinya sekarang, dan dia tidak akan "membagi-bagi uang" kepada mereka jika dia mengetahui hal ini. Setelah wabah pandemi di AS merebak pada Maret tahun lalu, AS awalnya ingin menunjukkan keunggulannya sebagai negara paling kuat di dunia, dan mulai membagi-bagikan uang kepada rakyatnya untuk menunjukkan ke dunia hebatnya "negara kaya AS".

Tetapi metode ini dinilai banyak pengamat adalah sejenis anggur dengan racun kronis, dan rasanya sangat enak pada awalnya. Namun, semakin banyak Anda meminumnya, semakin banyak racun berakumulasi. Tindakan ini bertahan hingga September tahun ini.

Mari kita lihat  jumlah subsidi yang diberikan pemerintah Federal AS kepada rakyat AS selama beberapa bulan terakhir. Kurang lebih mereka menerima US$100 per hari, dan setiap negara bagian di AS masih memberi mereka yang menjalankan bisnis dan tunjangan pengangguran sekitar US$50 sehari. Artinya, jika seorang Amerika berkarir, dia dapat menerima sekitar US$150 per hari dalam bentuk bantuan, yang berarti  lebih dari US$4.000 per bulan, Jadi seorang Amerika karir dapat menerima lebih dari US$ 4.000an sebulan.

Sedang gaji normal pekerja Amerika kurang lebih US$ 2.000an sebulan. Namun, selama dia seorang Amerika yang berkarir, maka akan dapat menerima lebih dari US$ 4.000an dari pemerintah AS setiap bulan, jadi hampir satu kali lipat. Jadi bagi pekerja lebih baik berbaring di rumah dan tidak bekerja saja. Akibatnya tidak heran jika di AS kekuarangan tenaga kerja mendistribusi barang-barang ke supermarket-supermarket.

Saat ini, pelabuhan-pelabuhan utama di AS masih terjadi penumpukan atau kongesti muatan. Presiden Biden meminta pelabuhan-pelabuhan di pantai barat AS untuk beroperasi 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Tetapi sulit untuk memecahkan masalah jika tidak ada cukup tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan yang sebenarnya.

Meskipun pandemi masih merupakan penyebab langsung yang menghambat pemulihan kapasitas produksi di banyak negara, lonjakan harga energi global saat ini telah sangat meningkatkan biaya produksi komoditas dan biaya transportasi. Kenaikan harga batu bara dan gas alam secara langsung mempengaruhi pasokan listrik yang dibutuhkan untuk produksi komoditas, dan kenaikan harga minyak mentah secara langsung mempengaruhi harga transportasi komoditas.

Ketika sebuah perusahaan tidak dapat memperoleh energi yang cukup atau tidak dapat memperoleh keuntungan, tentu akan sangat mempengaruhi semangat berproduksi.

Tetapi meskipun ekonomi AS menghadapi banyak masalah. Namun, laporan terbaru Dana Moneter Internasional (IMF) menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan yang diharapkan dari PDB AS pada tahun 2021 masih 6%. Di permukaan, dampak negatif pandemi terhadap ekonomi memudar, dan sebagian besar perusahaan dengan permintaan sosial yang kuat sedang menguntungkan.

Tetapi siapa pun dengan mata yang tajam dapat melihat bahwa ini hanyalah gelembung indah, dan mungkin kali ini AS masih dapat mengandalkan hegemoni dolar AS untuk memanen "keuntungan" dari dunia.

Tapi lain kali tidak ada makan siang gratis di dunia ini, kata banyak pengamat. Pada bulan September tahun ini, pemerintah AS memerintahkan TSMC dan Samsung menyerahkan informasi rahasia pelanggan, dengan kedok memecahkan masalah rantai pasokan chip, TSMC awalnya akan menolak, mengumumkan tidak akan menyerahkan informasi rahasia pelanggan.

Kemudian Menteri Perdagangan AS, mengancaman dengan terang-terangan, bahwa kotak peralatan AS masih banyak alat yang cukup untuk memaksa TSMC mengirimkan informasi rahasia para pelanggannya. Baca:

Bisakah TSMC dan Samsung Terhindar Dari Perangkap "National Defense Production"AS

https://www.kompasiana.com/makenyok/6179095606310e26a74d5fd2/bisakah-tsmc-dan-samsung-terhindar-dari-perangkap-national-defense-production-act-as

Pada bulan Juli, TSMC (Taiwan) mengkonfirmasi bahwa mereka akan menyerahkan semua informasi rahasia pelanggan pada 8 November 2021. Harap diingat bahwa begitu TSMC menyerahkan semua informasi bisnisnya kepada AS, maka TSMC akan menjadi daging di talenan AS. Demkian menurut pandangan pengamat luar.

Karena AS mudah untuk memahami kekuatan dan kelemahan dalam informasi perusahaan TSMC itu sendiri, baik dengan cara mewajibkan bagi TSMC untuk merelokasi kapasitas manufaktur chip kelas atas ke AS, atau untuk membunuh TSMC dengan  memungkinkan akuisisi yang didanai AS.

AS pasti akan berupaya mendapatkan TSMC sebelum reunifikasi Taiwan dilakukan Tiongkok daratan. Adapun otoritas DPP Taiwan (parati berkuasa), tampak hingga kini mereka  hanya menyaksikan AS akan merebut TSMC, tetapi mereka tampaknya tidak berani mempertahankannya.

"Kotak peralatan AS masih banyak alat yang cukup untuk memaksa" ketika menghadapi krisis rantai pasokan. Ini adalah senjata inti dari pemerintah AS saat ini.

Harap diingat untuk menentukan kekuatan sesungguhnya dari suatu negara mana pun harus dari dalam bukan dari luar. Birokrasi AS begitu keras kepala sehingga kemampuan tata kelola sosial sangat rendah. Mereka masih tetap bertindak seperti sebuah kerajaan besar (a la preman), sifat lemahnya terlihat di mata orang-orang yang perduli. Dan akan makin menyolok terlihat oleh pengamat luar, jika dibandingkan kemampuan dekasi dan efisiensi kinerjanya dengan Tiongkok.

Hampir semua pelabuhan di dunia memiliki mekanisme kerja "7 hari x 24 jam", kecuali AS. Karena kekuatan serikat pelabuhan yang kuat, semua pekerja di pelabuhan AS akan berhenti bertugas setelah jam kerja berakhir, tidak perduli meskipun masih banyak kargo menumpuk dan yang belum ditangani.

Tingkat otomatisasi di pelabuhan AS sangat rendah, terutama karena serikat pekerja pelabuhan sangat menentangnya. Di AS juga pernah mencoba membangun otomatisasi pelabuhan, tetapi mendapat perlawanan yang kuat dari serikat pekerja.

Beberapa serikat pekerja pelabuhan bahkan bertindak sangat buruk, sehingga mereka dengan sengaja menghancurkan peralatan otomatisasi pelabuhan, tetapi bahkan pernah sengaja mencabut freezer peti kemas karena konflik dengan otorita pelabuhan, sehingga menyebabkan sejumlah besar barang dibuang.

Pada akhirnya, Pengadilan menghukum serikat pekerja pelabuhan untuk membayar kompensasi, tetapi sejauh ini pihak pelabuhan belum mendapatkan kompensasi yang dijatuhkan kepada serikat pekerja bersangkutan.

Perbandingan Kinerja AS-Tiongkok

otomatisasi-pelabuhan-qingdao-618a6afeffe7b543a373d8c2.png
otomatisasi-pelabuhan-qingdao-618a6afeffe7b543a373d8c2.png

Sumber: chinadaily.com.cn

Mari kita lihat di Tiongkok, apakah krisis rantai pasokan serupa juga akan bisa terjadi di pelabuhan pesisir Tiongkok di masa depan? Banyak pengamat yang mengatakan "Tidak". Alasannya sederhana, karena Tiongkok sudah jauh hari mempersiapkan model manajemen tanggap darurat yang sangat matang dan efektif.

Selain itu, terlihat Tiongkok terus meningkatkan metode operasi dan manajemen rantai pasokan, dan secara komprehensif membangun pelabuhan modern cerdas tak berawak di pelabuhan pesisir negaranya.

Dalam beberapa tahun terakhir di Tiongkok, dengan peningkatan bertahap dalam biaya tenaga kerja, semakin sulit bagi perusahaan untuk merekrut pekerja, sedangkan permintaan tenaga kerja di bisnis pelabuhan telah meningkat, dan persyaratan untuk keterampilan pekerja juga menuntut lebih tinggi.

Meskipun selama ini, tidak pernah ada krisis rantai pasokan di pelabuhan Tiongkok, untuk meningkatkan efisiensi operasi pelabuhan dan menyelesaikan kesenjangan tenaga kerja, maka untuk pertama kali di pelabuhan Qingdao (Shandong) mulai menjelajahi jalan menuju "otomatisasi penuh" pelabuhan.

Tujuh dari terminal peti kemas tersibuk di dunia ada di Tiongkok, salah satunya yang benar-benar tidak memiliki pekerja adalah Pelabuhan Timur Qingdao meruapkan pelabuhan otomatis penuh pertama di Asia, Qingdao New Qianwan Automatic Container Terminal, sebuah perubahan yang kemungkinan akan merevolusi bisnis pelayaran global.

Sejak pelabuhan tersbut selesai melakukan transformasi nirkabel dan tanpa awak, kecepatan bongkar muat 'Pelabuhan Qingdao' telah meningkat, dan berulang kali memecahkan rekor dunia kinerja dan terus dapat mempertahan prestasi ini selama ini. Kapasitas penanganan bisa mencapai 1,7 juta TEUs (20-foot setara uunit) per tahun dengan nol emisi karbon dioksida.

truk-autopilot-dipandu-oleh-kecerdasan-buatan-618a6b1e06310e2177433382.png
truk-autopilot-dipandu-oleh-kecerdasan-buatan-618a6b1e06310e2177433382.png

Sumber: news.cgtn.com

Saat ini, pelabuhan tak berawak dan cerdas terbesar di Tiongkok adalah di Dermaga Fase 4 Pelabuhan Shanghai Yangshan. Terminal ini telah sepenuhnya mewujudkan bongkar muat tak berawak dan transportasi tak berawak. Efisiensi bongkar muatnya meningkat lebih dari 300% lebih tinggi daripada pelabuhan internasional serupa.

Pelabuhan ini sendiri, kenyataan menangani kargo lebih dari setengah kali dari total kumulatif semua pelabuhan di AS setiap tahun.

terminal-peti-kemas-otomatis-penuh-shanghai-yangshan-port-fase-618a6b38ffe7b53e47076814.png
terminal-peti-kemas-otomatis-penuh-shanghai-yangshan-port-fase-618a6b38ffe7b53e47076814.png

Sumber: academic.hep.com.cn

Di satu sisi, AS masih terjebak dengan cara tradisional bongkar muat dengan tenaga kerja, peti kemas masih diangkut dengan mengandalkan tenaga kerja. Dengan adanya kekurangan tenaga kerja menyebabkan peti kemas menjadi kongesti menumpuk di pelabuhan.

Di sisi lain, Tiongkok telah meng-upgrade pelabuhannya untuk mencapai efisiensi tinggi dengan cara bongkar muat pelabuhan tanpa awak. Perbandingan kinerja ini sebenarnya adalah gambaran transportasi nasional Tiongkok dan AS.  Di Tiongkok berbagai teknologi canggih membuat kinerja lebih hidup dan produksi terorganisir dengan baik dan lebih efisien.

Jadi banyak pengamat yang dapat memprediksi siapa yang akan memenangkan persaingan antara Tiongkok dan AS di masa depan, jika keadaan AS tetap seperti sekarang....

Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri

satu, dua, tiga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun