Tiongkok adalah kekuatan yang baru muncul, dan AS adalah kekuatan yang sudah mapan. AS tidak ingin tatanan dunia banyak berubah. AS masih berharap mereka harus mempertahankan keunggulan absolut dan memimpin tatanan dunia.
Tetapi karena Tiongkok sudah terlihat bangkit, jadi apa yang telah dirancang seperti diatas ini mulai goyah, sehingga AS sangat panik dan mencoba menggunakan perdagangan atau metode lain untuk mengisolasi Tiongkok untuk batas-batas tertentu.
Namun banyak ahli berpandangan kekuatan dan tekanan tidak dapat menghentikan lonjakan pembangunan di Tiongkok. Tampaknya Tiongkok untuk mengatasi hal ini dengan terus mendorong maju babak baru reformasi dan keterbukaan serta bertahan terus dalam dorongan inovatifnya yang sekarang sedang berjalan.
Xiang Songzuo, Prof. di School of Finance Renming Universitas Tiongkok memberi pendapatnya: "Anda dapat memberikan sanksi kepada kami (Tiongkok) atau menaikkan tarif. Anda dapat menuntut kami melakukan ini atau itu, tetapi tidak ada yang akan mengubah pedoman strategis dasar kami. Pedoman kami adalah 'Made in China 2025.' Dan ketika menyangkut arah strategis Tiongkok, itu harus dimulai dengan langkah dan tindakan yang lebih besar. Tapi jujur saja, kita perlu mempercepatnya. Kita perlu mencoba untuk mendapatkan terobosan otonom dalam teknologi inti ini, dan menguasai hak kekayaan intelektual otonom kita."
Qin Hailin, Director of the Industrial Economy Research Institute of CCID mengatakan: "Ini akan memaksa kekuatan inovatif negara kita (Tiongkok) untuk dipercepat. Dalam hampir tiga tahun 'Made in China 2025' telah dilaksanakan, kami telah mendirikan empat pusat inovasi manufaktur tingkat nasional, yang telah mempercepat peningkatan kapasitas Tiongkok untuk inovasi otonom dalam industri manufaktur."
Presiden Tiongkok Xi Jinping mengatakan saat menghadiri Pertemuan Tahunan Forum Ekonomi Dunia 2017 bahwa proteksionisme seperti mengurung diri di ruang gelap. Sepertinya Anda telah melewati badai, tetapi Anda juga telah memutus semua cahaya dan udara.
Perang perdagangan akan menyebabkan kedua belah pihak yang terlibat akan sama-sama kalah. AS telah menjadi perancang utama peraturan internasional selama ini, tetapi kelakuannya saat ini tampaknya menghancurkan aturan-aturan ini.
Dalam berbagai dugaan yang sangat mencolok, perilaku perdagangan AS tampaknya memiliki alasan yang sah, tetapi apa betul itu suatu yang benar?
Trump mengatakan: "Kami akan melakukan hal-hal untuk negara ini yang seharusnya sudah dilakukan selama bertahun-tahun yang lalu. Kami telah diperlakukan pelecehan ini oleh banyak negara lain, dan sekelompok negara yang bersatu untuk memanfaatkan AS dan kami tidak ingin itu terjadi lagi. Kami tidak akan membiarkan itu terjadi."
Ketika menandatangani memorandum tarif pada 22 Maret, Presiden AS Donald Trump memandang defisit perdagangan sebagai simbol dari "kerugian" AS. Defisit perdagangan ratusan miliar dolar AS antara AS dan Tiongkok selalu merupakan hal yang menyakitkan hati AS.
Banyak ahli percaya bahwa statistik AS "terlalu berlebihan". Jadi, apa sesungguhnya kebenaran di balik ketidakseimbangan perdagangan antara dua negara ini?