Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menerawang Kebijakan Trump dan AS Kembali ke Timur Tengah

25 Mei 2017   09:17 Diperbarui: 25 Mei 2017   10:13 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Trump mengatakan: Dorongan utama kita adalah harus menyingkirkan “ISIS.” Kita akan menyingkirkan “ISIS.” Itu akan terjadi. Itu sekarang sedang terjadi. Jendral Mattis dan timnya sedang malakukan pekerjaaan itu dengan luar biasa. Banyak hal yang berbeda telah terjadi dalam lima atau enam minggu yang lalu.

Pada 22 Maret lalu, di Washington 68 perwakilan dari Inggris, Jerman, Prancis, Irak, dan negara-negara lain menghadiri Pertemuan Menteri Koalisi Global untuk memerangi kelompok ekstremis. Ini adalah pertemuan pertama semua anggota koalisi kontraterorisme internasional pimpinan AS sejak didirikan pada bulan Desember 2014.

Dalam sambutan pembukaannya, Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson mengatakan bahwa memerangi pasukan ekstremis adalah misi utama AS di Timur Tengah.

Perang melawan "ISIS" sudah memasuki tahap akhir. Mereka harus memberantas "ISIS" seluruhnya dalam satu sampai dua tahun ke depan ini. Pada fase ini, AS berharap dapat memainkan peran yang memimpin, dan pada saat yang sama, ia berharap negara-negara lain dan kelompok negara-negara, seperti pemerintah Suriah, Iran dan Rusia, akan berkoordinasi dengan AS sampai batas tertentu. Dalam hal ini akan ada persaingan, tapi tidak ada yang bisa menjadi oposisi.

Dalam draf baru strategi kontraterorisme pemerintah AS, dengan jelas AS menginginkan sekutu-sekutunya mengambil tanggung jawab lebih besar dalam memerangi terorisme, dan juga mengusulkan untuk menghindari intervensi militer skala besar yang mahal.

Ini menunjukkan bahwa walaupun pemerintah Trump tidak melanjutkan kebijakan pengurangan strategi Obama, tapi tidak akan seperti pemerintahan Bush yang  mengambil tindakan unialteral/sepihak. Trump adalah seorang pebisnis yang sukses, dia paham untuk menguasai cara menggunakan metode paling ekonomis untuk mendapatkan keuntungan terbesar.

Kemudian, bagaimana Trump akan menerapkan strategi baru di Timur Tengah?

Arab Saudi menjadi negara yang dikunjungi pertama Presiden Trump dalam kunjungan kenegaraan pertamanya. AS telah menyiapkan kesepakatan senjata besar sebagai "hadiah" untuk bertemu dengan Arab Saudi.

Laporan media menyatakan bahwa AS dan Arab Saudi pada dasarnya telah mencapai kesepakatan senjata senilai lebih dari 110 miliar USD yang mencakup senjata dan peralatan high-end/canggih untuk darat, laut, dan udara. Kesepakatan itu bisa berlangsung selama 10 tahun, dan bisa mencapai total 300 milyar USD.

Dikabarkan bahwa daftar senjata dan peralatan yang direncanakan untuk dijual termasuk sistem pertahanan rudal "THAAD", kendaraan tempur infanteri, artileri mandiri, amunisi dengan presisi terkendali/terpandu, dan perangkat lunak komando dan komunikasi tempur.

Selain itu, laporan mengatakan bahwa Arab Saudi dengan menggunakan dana kekayaan negaranya berencana menginvestasikan sebanyak 40 miliar USD di infrastruktur AS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun